RAFFASHA
“Satu..., Dua..., Tiga...” teriak seorang wanita sambil mengangkat benderanya. Terlihat 2 motor melaju dengan kencangnya membelah jalanan yang sunyi malam itu. Keduanya berlomba untuk jadi yang pertama.
Motor merah terlihat duluan sampai ke garis finish mengalahkan lawannya.
“Mulai sekarang lo gak ada urusan lagi sama gue.” Ucap seorang pemuda yang memenagkan pertandingan itu.
“Gue gak bakal nyerah untuk ngalahin lo, ingat itu.” Balas pemuda yang kalah, kemudian berlalu diikuti beberapa motor dibelakangnya. Ya merekalah geng serigala yang termasuk salah satu geng kuat diantara geng lain.
“Gue yakin dia punya rencana buruk setelah ini.” Ucap Farid.
“Tetap pada kesepakatan yang kita buat.” Ucapnya optimis. Kemudian mereka berlalu sambil merayakan kemenangan tersebut.
***
“Raffa!” teriak sang mama melihat putranya tidur di sofa ruang tamu.
“Apasih ma?” iya mencoba membuka mata melihat mamanya yang berteriak.
“Kamu mabuk lagi kan?” tanya mamanya penuh emosi.
“Nggak ma, Raffa gak mabuk. Semalam Cuma terlalu ngantuk jadi tidur disini deh.” Balasnya ngeles.
“Mama potong uang jajan kamu minggu ini.” Ucap mama kemudian berlalu.
“Ma, please jangan dipotong belanjan Raffa dong ma. Nanti gimana bilangnya sama teman-teman Raffa, masa Raffa anak orang kaya tapi gak ada uang jajan.” Ia berusaha membujuk sang mama.
“Keputusan mama sudah bulat.” Mama benar-benar marah padanya.
Ia duduk di sofa dengan frustasi, kalau saja malam itu ia mendengar ucapan sahabatnya hal ini tidak akan terjadi.
Flash back on
“Bro, kita mau kemana nih?” tanya Denis.
“Biasalah bro, merayakan kemenangan kita.” Balas Raffa santai.
“Lo yakin kesini lagi?” tanya Farid.
“Gak masalah, asalkan gak banyak-banyak.” Ucapnya.
“Gue gak mau tanggung jawab ya bro, sejak kejadian lo diusir dari rumah gara-gara mabuk, kami udah janji sama orangtua lo buat larang lo kalau hal itu terjadi lagi.” Ucap Andrew.
“Mama gak bakalan tahu kalau gak dikasih tau.” Ucapnya lagi dengan santai.
“Terserah lo deh, kita gak tanggungjawab ya. Kita aja gak berani minum sejak itu.” Balas Andrew lagi.
“Cemen lo pada, masa diancam gituan aja udah pada jera. Katanya anak motor, masih aja pengecut.” Racaunya yang sudah minum beberapa gelas minuman.
“Gimana nih anak?” tanya Denis.
“Gak peduli lagi gue. Antarin aja nanti dia pulang.” Denis mencari kesibukan memainkan gawainya.
Raffa benar-benar mabuk, hingga ketiga temannya mengantarnya sampai rumah.
Flash back off
***
Raffa turun dari kamarnya untuk sarapan, ia melihat adiknya menyiapkan bekal tidak seperti biasanya.
“Tumben lo bawa bekal.” Ucapnya cuek.
“Tumben apanya, ini untuk kakak. Mama bilang siapin bekal untuk kakak. Karena mulai hari ini hingga seminggu kedepan uang jajan kakak akan dipotong 80%.” Ucap adiknya.
“apa? 80%?” ia tak percaya mamanya benar-benar melakukan ancaman itu.
“Yasudah ya kak, daripada nanti kakak kelaparan di sekolah mending bawa bekal ini ya. Udah Ura siapin kok. Bye kakak sayang, yang semangat ya sekolahnya. Jangan boros-boros.” Kali ini adiknya sengaja mengolok dirinya.
“Sial.” Ia melempar sendok ditangannya ke lantai kemudian berlalu tanpa membawa bekal yang sudah disiapkan sang adik.
Ia mengendarai motornya dengan kecepatan balap, ia benar-benar frustasi hari ini. Ia sampai di sekolah setelah gerbang ditutup.
“Gak punya perasaan emang.” Ujarnya, menyepak pagar dihadapannya.
Ia menelpon teman-temannya, berharap salah satu diantara mereka bisa menolongnya.
“Farid, Denis dan Andrew tinggalkan Hp kalian disini.” Ucap mama Raffa sebagai kepala sekolah disana.
“Baik buk.” Ketiganya mengeluarkan Hp kemudian meletakkannya diatas meja.
“Mulai sekarang jangan beri bantuan apapun pada Raffa,” ucap mama Raffa. Masih belum ada jawaban dari ketiganya karena takut.
“Kalian dengar itu?” suara mama Raffa meninggi.
“Dengar buk.” Jawab mereka bersamaan.
“Bagus, mulai hari ini Raffa akan dihukum dan kalian jangan pernah bantu dia. Atau saya akan meminta orangtua kalian meperlakukan hal yang sama seperti saya meperlakukan Raffa.” Ancaman yang membuat ketiganya kikuk.
“Baik buk.” Tanpa diminta jawaban ketiganya menjawab bersamaan.
“Sekarang kalian boleh pergi.” Ucap mama Raffa. Ketiganya berlalu dengan khawatir.
Disisi lain Raffa sibuk menelpon satu-persatu dari ketiga temannya tapi tidak ada yang aktif.
“Pada kemana lagi mereka, gak tau temannya dalam kesusahan apa?” umpatnya.
Hingga jam 9 siang gerbang sekolah masih belum terbuka, ia duduk di salah satu kantin yang ada di depan sekolah.
“Gue laper banget njir, tadi gue gak jadi makan lagi. Bekal yang disispin juga gak gue bawa, uang gak ada. Apes banget sih nasib gue.” Gerutunya.
Jam 10 bel istirahat berbunyi, ia siap-siap akan masuk ke sekolah. Entah karena lupa atau terlalu haus, ia mengambil sebotol teh gelas di pendingin kemudian berniat untuk membayarnya.
“5000 nak.” Ucap buk Ina penjaga kantin.
Ia merogoh sakunya, tidak ada uang. Ia melihat isi dompetnya juga tidak ada uang. Ternyata di sampingnya ada seorang wanita yang akan mebayar makan juga.
“Astagah gue kok bisa lupa, gue kan gak ada uang.” Batinnya.
“Buk, ini bayar belanjaannya. Sekalian sama minumannya juga ya buk.” Ucap si wanita itu.
Raffa masih mematung menggenggam botol tehnya dengan penuh kekesalan. Ia tak sadar kalau wanita yang tadi di sampingnya sudah membayarkannya.
“Buk gak jadi tehnya, saya balikin aja ya.” Ucapnya lemah.
“Kok dibalikin nak, sudah dibayar sama si Diya tadi.” Ucap buk kantin.
“Ibuk yang bener?” tanyanya tak percaya.
“Bener nak.” Jawab si ibuk.
Kantin bagian depan sekolah sangat jarang ditempuhnya makanya orang-orang disana tidak banyak yang mengenalnya. Karena sebagian besar siswa-siswi berbelanja di kantin sekolah yang jauh lebih elit dan terjamin.
Ia berjalan memasuki kawasan sekolah, “Baik juga tuh cewek, apa dia gak tau ya kalau gue anak pemilik sekolah? Ah bodo amat yang penting hari ini gue bisa minum gratis.” Batinnya.
Ketiga temannya tampak memasuki kelas. “Heh mau pada kemana?” ketiga temannya berhenti mendengar kata-kata itu.
“Lo kemana ajah sih Raf.” Kali ini Denis pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.
“Lo pada emang gak tau atau pura-pura gak tau ha?” tanyanya geram.
“Yang kita tahu, tadi mama lo minta kita buat nyerahin Hp, ya kita mana berani melawanlah. Bisa-bisa kita dikeluarin lagi dari sekolah.” Balas Farid.
“Apa? mama menyita Hp kalian?” ia tak percaya.
“Ngapain juga bohong bro.” Kali ini Andrew memperlihatkan wajah sedihnya.
“Gue dihukum seminggu ini gara mabuk semalam, uang jajan gue gak dikasih.” Ia bercerita tampak memprihatinkan sekali.
“Ngeyel sih.” Bisik Denis.
“Gue nyesel banget ngulang hal itu. Gue juga gak nyangka mama bakal semarah ini.” Ia menundukkan kepalanya, “Bahkan kalian juga kena getahnya.” Ia menatap temannya satu persatu.
“Udahlah, gak usah mewek gitu lo. Cemen banget.” Farid mengulang ucapannya tadi malam.
Mereka berempat tertawa bersamaan
Jangan lupa Like & komen ya guys...😉
terimakasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Salis R_
Sulit memang meninggalkan kebiasaan 😁
2023-01-21
0
golddiamond
makanya jangan mabok..udah tau yang namanya mabok itu ga Baek hehehehe
2022-12-27
0
Elsa Dhaniw
Cerita yg menarik, nggak sabar gmn kelanjutannya. Mampir dicerita aku yok Kak, judulnya LIKE TWILIGHT AND HORIZON.
2022-12-24
0