Bab Empat Belas
Pagi harinya, Stella tidak bertemu dengan Gary dimeja makan.
Pelayan memberitahunya, saat ini Gary masih terlelap di dalam kamarnya. Ia lalu memberitahu pelayan agar menyiapkan sarapan dan diantarkan ke dalam kamar Gary.
David mengkhawatirkan kondisi Stella yang sudah berjalan sigap kesana kemari.
“Yah Tuhan, ini ‘kan hanya luka kecil sayang, lagipula lihat, sekarang lukanya sudah menutup, paling tidak aku sudah bisa mengenakan sepatu-sepatuku lagi, syukurlah atas itu!“
“Berjanjilah, kamu akan beristirahat kalau kamu merasa lelah. “
Stella tersipu mendengar perhatian dari suaminya lalu memeluk dan mengecup bibir suaminya dihadapan Samuel.
“Apa kalian harus berciuman sepagi ini?“ goda Samuel sambil memalingkan wajahnya yang memerah.
“Kalau begitu, apa kamu mau dicium juga yah!?“
Stella dan David mendekati Samuel dengan wajah lucu.
Samuel berteriak histeris sambil tertawa-tawa menerima terkaman dari kedua orang tuanya.
“Aduh, bau semua dah ini! Muel mesti cuci muka lagi deh,“ katanya pura-pura marah, berlari menuju wastafel dan mencuci mukanya.
“Beh, tidak sopan yah!“ timpal Stella pura-pura merajuk.
“Iya sudah, kalau Muel tidak mau dicium, boleh dong Papi mencium Mami tanpa diprotes!?“ kata David meraih pinggang istrinya kemudian memberikan ciuman selamat pagi yang mengesankan bagi istrinya itu.
“Muel turun duluan deh!“ katanya sambil terkekeh.
“Sudahkah aku mengatakan aku cinta padamu, hari ini?“
“Sudah tiga kali,“ bisik Stella sambil mengelus wajah suaminya dengan penuh cinta.
“Jadikan empat kali. Aku cinta padamu, sayang. Entah kenapa, kamu selalu membuatku tergila-gila padamu!“ desah David dengan lembut.
“Magic!“ desah Stella sambil menggerak-gerakkan tangannya dengan gemulai dan menerima ciuman suaminya lagi.
“Nanti malam, oke!“ bisik David dengan mesra.
“Seandainya hari ini kamu bisa cuti, …“ desah Stella, setengah merajuk.
“Nanti malam, aku janji!“ kata David sambil mengecup leher jenjang Stella.
“Berapa kali!?“ tantang Stella sambil memekik.
“Tiga kali.“
“Oke!“ kata Stella sambil membersihkan bibir suaminya dari kilau lipgloss-nya.
David memberikan tas kerja-nya kepada Stella.
Kening Stella mengerut tapi tetap menerima tas kerja David.
Dengan sigap David menggendong tubuh istrinya.
Stella memekik karena kaget dan menuntut untuk diturunkan ketika David membawanya turun. Ia malu menjadi tontonan karyawannya tapi dalam hati, ia merasa sangat bahagia!
David tidak melepas Stella sampai ia sampai kekantornya dan mendudukkannya di kursi kerjanya.
“Aku pergi dulu,“ kata David sambil mencium Stella lagi.
Stella merasa hidupnya sangatlah sempurna dan penuh dengan kebahagiaan!
Ia menyalakan laptopnya dan segera menuangkan perasaannya ke dalam sebuah cerita baru.
Mungkin karena terlalu tenggelam dalam tulisannya, Stella tidak menyadari kehadiran Gary didalam ruangannya sampai Gary menyapa didekatnya.
Stella melonjak kaget saat merasakan hembusan napas berhembus ditelinganya.
“Ide baru?“ Tanya Gary sambil duduk disamping Stella.
“Hanya tidak mau waktu kosongku terbuang percuma. Ada yang bisa kubantu?“
“Aku hanya ingin mengajakmu melihat lokasi pembangunan villa yang akan aku bangun.“
“Kenapa?“ tanya Stella dengan bingung.
“Aku hanya ingin tahu pendapatmu. Aku ingin tahu penilaian orang awam mengenai lokasi yang aku pilih.“
“Aku bisa memastikan, kau pasti jauh lebih jago dari padaku,“ kata Stella menolak halus.
Ia tidak mau terlalu dekat dengan Gary. Ia tidak merasa nyaman kalau sampai Gary memiliki perasaan khusus kepadanya. Terlebih lagi karena Gary adalah atasan suaminya.
“Aku ingin mendengar pendapat dari sisi seorang wanita. Aku ingin mempersembahkan villa itu untuk calon istriku, mungkin kau bisa memberiku ide-ide penataan ruangan yang kalian, para wanita idamkan.“
Stella tersenyum lebar mendengar berita gembira yang dibawa Gary. Rupanya selama ini, ia telah salah sangka, kenapa ia sempat berpikir Gary memiliki perasaan khusus padanya!? Ia menertawakan imajinasinya itu. Gary hanya ingin, ia membantunya memberikan ide tentang tata letak ruangan untuk calon istrinya! Stella tersenyum lega karenanya. “Baik, kapan kita pergi?“
“Kapanpun kau siap.“
“Baiklah.“ Setelah memastikan tidak ada janji temu yang dibuat asistennya, Stella langsung menyuruh pelayannya untuk membawakan tas jinjing dan mengganti sepatu hak tingginya dengan sandal santainya. “Aku siap!“
“Kita berangkat sekarang?“ tanya Gary memastikan.
“Secepat kita pergi, bukannya secepat itu juga kita bisa pulang!?“ sahut Stella dengan spontan dan yakin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Tri Sulistyowati
Stella istri yg setia
2021-07-11
0