Cinta Nagin
Siang itu, didesa Bayaman sangatlah panas, cuaca sangat terik.
Nagin masih sibuk saja mencari kayu bakar ditengah hutan. Kayu yang dikumpulkan pun masih sedikit.
Nagin tidak mengeluh, dia tetap mencari kayu bakar agar bisa dijual kepasar.
Ya..beginilah kehidupan Nagin, gadis cantik, berhati mulia dan tidak sombong itu, pekerjaan sehari - harinya hanyalah mencari kayu bakar di hutan.
Nagin hanya hidup sebatang kara. Kehidupannya sangatlah memprihatinkan. Tak sedikit caci maki yang ia terima.
Orang - orang didesa selalu menghina dan menertawakan Nagin. Tapi Nagin tetap sabar menghadapi perilaku warga desa.
Nagin tetap berjalan sambil melihat-lihat apakah ada kayu ranting yang patah.
Waktu pun berjalan hingga sore hari, hasil kerja keras Nagin kali ini sangat lumayan. Bisa dijual kepasar dan bisa membeli beberapa keperluan untuk didapur.
"Naginnn..." sapa seorang nenek yang melintas ditengah hutan. Nagin pun menoleh dan menjawab sapaan si nenek.
" Ya nek.." Jawab Nagin.
" Pulanglah sudah mulai sore, tidak baik seorang gadis masih berkeliaran ditengah hutan mencari kayu". Kata si nenek. Dan Nagin pun bergegas pulang.
Ditengah perjalanan, Nagin bertemu dengan Bibi Mia. Bibi Mia adalah tetangga Nagin. Bibi Mia mempunyai sifat yang kurang baik, terkadang ia baik dan terkadang pula ia suka menjelekan Nagin. Sifatnya berubah - ubah.
" Nagin....apa kamu tidak malu, sehari - hari mencari kayu bakar terus?? pergilah merantau ke kota Nagin, agar kamu tahu bagaimana kehidupan di kota. Apakah kamu tidak ingin menikah? punya keluarga?punya anak? lihatlah anak saya, Mooly. Dia sudah kaya raya, punya anak yang cantik dan tampan, punya suami yang baik, kehidupannya sudah enak. Sedangkan kamu?kamu hanya pencari kayu bakar Nagin. Apakah kamu tidak ingin merubah nasib mu?, apakah kamu mau hidup kamu terus - terusan seperti ini? kamu lihat Nagin, kamu memang cantik, tapi apa ada lelaki yang suka sama kamu? nggak adakan Nagin??kenapa??ya karena kamu hidup miskin, kerja kamu saja hanya mencari kayu bakar hahahahahaha".
" Bibi Mia...bagaimana saya mau kekota?saya tidak mempunyai keluarga dikota. saya harus tinggal dimana?" Jawab Nagin dengan sedihnya.
" Kasihan sekali kamu Nagin, sudah miskin, tidak punya keluarga. Ya sudah, kalau kamu mau, kamu bisa tinggal di rumah Mooly. Bibi akan menyuruh Mooly untuk menjemput mu di terminal. Nagin, kamu itu hidup sebatang kara, carilah pasangan mu Nagin, agar kelak masa tua mu ada yang mengurus mu". Kata bibi Mia dengan ketusnya.
" Ia bi, saya akan pikirkan. Terimakasih banyak ya Bi". Nagin pun pergi meninggalkan bibi Mia.
Nagin selalu memikirkan perkataan bibi Mia. Ada baiknya juga apa yang bibi Mia katakan.
Nagin gadis cantik, yang berhati mulia itu tinggal di Desa Bayaman, desa yang asri dan sejuk.
Disana banyak para warga hidup dengan bertani, ada padi dan sayur - sayuran.
Nagin hidup sebatang kara, kedua orang tuanya sudah lama meninggal ketika Nagin duduk dibangku SMP.
Untuk menghidupi kebutuhannya, Nagin setiap harinya pergi ke hutan mencari kayu bakar untuk dijual kepasar.
Didesa itu, anak sebaya Nagin sudah pada pergi merantau, ada juga yang sekolah atau kuliah diluar kota.
Hanya Nagin lah gadis satu - satunya yang tinggal di desa. Ia tidak punya teman. Karena itulah ia selalu sibuk dengan kayu - kayunya.
Nagin tinggal dirumah tua, yang hanya beralaskan dinding anyaman bambu, beratapkan jerami dan berlantaikan tanah.
Dan penerangan yang masih memakai minyak tanah, padahal tetangga Nagin rata - rata sudah memakai listrik PLN.
Ya...karena Nagin hidup sangat susah, ia tak sanggup untuk memasang listrik.
Nagin hanya punya rumah tua peninggalan kedua orang tuanya. Jika hujan tiba, rumah tua itu akan bocor.
Didesa itu, tidak banyak yang suka atau peduli dengan Nagin, karena Nagin hidup miskin, banyak yang mengejek Nagin bahkan tidak ada yang mau memperkerjakan Nagin menjadi buruh harian di kebun mereka.
Ntahlah, ntah apa alasan warga tidak begitu menyukai Nagin. Di desa Bayaman , banyak bantuan datang untuk warga sekitar, tetapi Nagin tak pernah mendapatkan bantuan itu. Ia selalu saja sabar akan perilaku dan sikap warga terhadapnya.
Waktu pun berlalu dan akhirnya Nagin berniat pergi kekota. Untuk sementara Nagin akan tinggal di rumah Mooly.
Mooly adalah anak dari bibi Mia. Mooly mempunyai 2 orang anak dan 1 orang suami.
Kehidupan Mooly sangatlah enak, Mooly kaya raya, suaminya pengusaha sukses karena itulah bibi Mia sangat angkuh. Dia selalu pamer akan kekayaan anaknya itu.
Setibanya Nagin di kota, awalnya ia sangat terkagum - kagum akan keindahan kota. Nagin berharap ia akan bahagia tinggal bersama Mooly.
Tetapi, tidaklah mudah tinggal dirumah orang, sekali pun orang tersebut kita kenal.
Nagin, wanita yang polos dan baik hati itu, terpaksa harus bekerja sebagai asisten rumah tangga dirumah Mooly.
Bukannya mendapat perlakuan yang baik, tetapi Nagin selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari Mooly.
Setiap hari Nagin selalu dimarahi, dicaci maki, dilempar dengan barang - barang jika ada pekerjaan yang kurang berkenan di hadapan Mooly.
Suatu hari, Nagin sedang memasak makanan untuk makan malam. Ketika semua sudah duduk dimeja makan, tiba - tiba Mooly marah dan memanggil Nagin.
" Kamu ga tau masak ya? atau kamu sengaja mau kasih kita makan dengan makanan kampung seperti ini???" Tanya Mooly sambil marah dan melempar mangkuk sop itu ke lantai.
" Maaf mbak, Mooly.... Saya sudah masak sesuai resep mbak Mooly". Jawab Nagin dengan lirihnya.
" Mbak? kamu bilang saya mbak???saya kan uda bilang, kamu panggil saya dengan sebutan Nyonya. Kamu ngerti???" Tanya Mooly sambil mendorong Nagin. " Sekarang bersihkan lantai ini, jangan ada sisa serpihan kaca. Dan kamu ingat, karena kamu uda buat kesalahan, gaji kamu akan saya potong bulan ini. Paham???kita akan makan diluar, minggir kamu....!!" Dengan kesalnya Mooly dan keluarganya pergi meninggalkan meja makan itu.
Masalah yang selalu datang bertubi - tubi membuat Nagin tidak tahan lagi tinggal dirumah itu.
Tinggal dikota bukan membuat Nagin lebih nyaman dan bahagia tetapi sebaliknya.
Nagin mengutip serpihan kaca itu sambil menangis. Sesekali ia melihat makanan yang ia masak.
Ia teramat sedih, hidupnya begitu menderita. Tinggal sebatang kara, tak seorang pun ada yang mengasihinya.
Bulan ini sudah 2x gajinya dipotong. Ia tidak tau apakah ia bisa menyisihkan gajinya untuk bisa di tabung. Ia harus bisa berhemat. Ia pun rela makan bekas sisa - sisa majikannya itu.
Pagi itu, Nagin pergi ke pasar. Ia tidak sengaja membaca sebuah iklan. Iklan tersebut mencari seorang asisten rumah tangga.
Nagin mengambil kertas itu dan pergi mencari alamat tersebut. Nagin memberanikan diri mencari alamat itu dengan bertanya kepada semua orang.
Kali ini Nagin tidak bisa menemukan alamat tersebut. Nagin tetap menyimpan kertas itu. Jika ada waktu luang, ia akan pergi mencarinya kembali.
Malam itu Mooly dan keluarga ingin makan diluar. Mereka ingin makan di sebuah restaurant yang terkenal di kota itu.
Mooly mengajak Nagin, bukan berarti Nagin bisa ikutan makan di restaurant itu. Jika Nagin ikut makan, maka gaji Nagin akan dipotong sesuai harga pesanan makanan yang ia makan.
Nagin pun mempersiapkan semuanya terlebih keperluan anak - anak Mooly. Mereka pun pergi.
Diperjalanan, Mooly selalu mengatakan kepada Nagin, jangan pernah pesan makanan atau minuman atau gaji yang akan melayang.
Setelah mereka mencari tempat duduk, Mooly mengingatkan kembali agar Nagin tidak memesan makanan atau minuman.
Mooly menyuruh Nagin untuk duduk dibangku saja atau diluar menunggu.
Nagin hanya bisa pasrah, dan ia harus menahan lapar dan haus. Nagin pun keluar dari restaurant itu. Ia hanya bisa berdiri bak manekin.
Begitu kejamnya Mooly terhadap Nagin. Tapi semua dilakukan Nagin agar gajinya tidak dipotong lagi.
Tetapi dari kejauhan ada seorang pria tampan yang memperhatikan tingkah laku Mooly dan Nagin. Pria itu bernama Bay.
Bay yang dari awal sudah melihat kedatangan Mooly dan keluarganya, benar - benar membuat mata Bay risih dengan sikap Mooly terhadap Nagin.
Kaki Nagin sudah lelah berdiri berjam - jam. Akhirnya ia pun terduduk di koridor restaurant itu.
Perut yang lapar, tenggorokan yang kering, harus ia tahan demi gaji yang tidak seberapa. Bay pun memanggil pelayan restaurant itu dan menyuruh agar Nagin disuru masuk dan diberikan makanan. Pelayan itu melakukan sesuai perintah Bay.
" Selamat malam nona...! maaf jika saya mengganggu. Nona, silahkanlah masuk ke dalam, saya akan menghidangkan makanan dan minuman untuk nona. Mari silahkan masuk nona". Pinta pelayan itu.
" Tidak pak, saya tidak makan atau minum. Saya tidak punya uang untuk membayarnya ". Jawab Nagin menunduk sedih dan malu.
" Tidak perlu khawatir nona, ada seseorang yang akan membayarnya. Mari silahkan masuk nona...!"
Akhirnya Nagin pun masuk. Sudah tidak tertahankan lagi lapar dan hausnya.
Pelayan itu menanyakan apa menu yang mau ia pesan. Nagin masih saja takut untuk memesan makanan, karena ia tak punya banyak uang, apalagi makanan di restaurant itu sangat mahal.
Tapi pelayan itu tetap menenangkan hati Nagin. Nagin hanya memesan sepiring nasi dan sepotong ayam goreng beserta orange jus.
Itu adalah menu yang paling murah di restaurant itu. Ia masih takut, dan bertanya - tanya. Mengapa masih ada orang yang baik dikota ini dan siapa orang yang telah berbaik hati kepadanya.
Makanan pun dihidangkan. Dan Nagin pun makan dengan lahapnya. Tiba - tiba Mooly dan keluarganya melihat apa yang dilakukan Nagin.
Mooly menghampiri Nagin dan bertanya dari mana uangnya bisa makan di restaurant ini, apakah ia mengemis atau bagaimana.
Nagin hanya bisa diam dan menangis. Ia tidak tau bagaimana ingin menjelaskan kepada Mooly, ia takut.
Tetapi Mooly selalu saja marah kepada Nagin, sehingga orang - orang yang di dalam restaurant itu melihat.
"Nagin....! kamu bisa makan, berarti kamu bisa pulang sendiri kan?? kamu cepat makan dan habis itu pulang. Kamu naik kendaraan umum saja karena kita masih ada urusan yang lain. Sesampainya dirumah, kamu beresin rumah sampai bersih. Ingat Nagin sampai bersih". Kata Mooly. Nagin hanya bisa tertunduk dan malu karena dilihati banyak orang.
Mooly dan keluarganya pun pergi meninggalkan tempat tersebut. Bay masih saja melihat keadaan Nagin.
Nagin pun terus memakan makanannya sampai habis tidak bersisa. Setelah selesai makan, Nagin pergi mengantarkan piring dan gelasnya itu kepada pelayan restaurant itu. Dan sambil mengucapkan banyak terimakasih.
Semua orang melihat perbuatan Nagin itu. Ia merasa malu dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.
Di tepi jalan Nagin menangis. Ia sedih sekali karena kehidupannya harus sampai seperti ini. Nagin selalu berharap, kelak ia akan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ma Wa Rindu
kasian bgt nasip ya
2022-10-25
0
Lusi Tri Ramayani Purba
mantap keren🥰🥰🥰🥰
2021-07-14
1
William Catherine
belum apa2 sudah mewek ...😭
2021-07-12
1