Farah tersenyum mendengar penuturan Erik tentang bagaimana Faiq memecahkan misteri meninggalnya Caca. Faiq senang karena berhasil mempertemukan Caca dengan Murti. Walau pun kenyataan pahit harus diterima oleh Murti yang harus melepas kepergian Caca yang kini telah berbeda alam dengannya.
" Tapi Bu Murti pasti lebih tenang karena bisa tau kepastian nasib Caca. Dan dia bisa menziarahi makam Caca kapan pun dia mau...," kata Farah yang mengerti perasaan seorang ibu yang dipisahkan dengan anaknya selama puluhan tahun.
" Kamu benar Ma. Faiq menangis karena terharu aja tadi...," kata Erik sambil melingkarkan tangannya di pinggang Farah seolah memberi sinyal tentang hasratnya.
" Maaf Pa, Mama ga bisa. Lagi M...," bisik Farah malu-malu.
Erik mendesah kecewa. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain tersenyum. Setelah mencium bibir Farah sekilas, Erik pun memejamkan matanya dan tidur. Farah pun ikut memejamkan mata dan tidur di dalam pelukan Erik.
\=\=\=\=\=
Usia Efliya enam tahun lebih saat pendaftaran siswa baru di sekolah Faiq dibuka. Sejak pagi Efliya terlihat semangat mempersiapkan diri karena akan mendaftar di sekolah yang sama dengan Faiq. Di tahun ajaran baru ini Faiq duduk di kelas empat, dan Efliya calon kelas satu.
" Nanti kalo ke sekolah Aku perginya sama Abang ya Ma...?" tanya Efliya sambil mengunyah roti.
" Iya. Nanti Efliya bareng Abang diantar Om Bonbon. Atau bisa diantar Papa kalo lagi ga sibuk...," sahut Farah sambil meletakkan lauk di atas piring Erik.
" Yeeyy, akhirnya bisa bareng Abang juga...!" seru Efliya senang.
" Ck, ga usah ribut bisa ga...," protes Faiq.
" Abang kenapa sih. Ga suka ya bareng sama Aku...?" tanya Efliya sedih.
Faiq mengangguk dan itu membuat mata Efliya berkaca-kaca. Ia menoleh kearah Farah dan Erik seolah meminta dukungan. Tapi dilihatnya kedua orangtuanya itu sedang serius membicarakan sesuatu. Dengan menahan sedih, Efliya pun pergi meninggalkan meja makan.
" Lho mau kemana Nak. Abisin dulu dong sarapannya...," kata Erik.
" Eliya ngambek Pa karena Papa sama Mama cuekin dia tadi...," sahut Faiq asal.
# Eliya adalah panggilan sayang Faiq untuk adiknya karena kesulitan mengucap 'Efliya' #
" Masa sih...?" tanya Farah lalu segera bangkit dan menyusul Efliya.
Farah masuk ke dalam kamar dan mencoba membujuk Efliya. Saat Efliya membalikkan tubuhnya, terlihat wajahnya basah dengan air mata sehingga membuat Farah terkejut.
" Kamu kenapa Sayang...?" tanya Farah.
" Aku ga mau satu sekolahan sama Abang, Ma. Abang malu kalo ketauan sama temannya punya Adik kaya Aku...," sahut Efliya sambil menangis di pelukan Farah.
Jawaban Efliya membuat Faiq dan Erik tertawa. Farah pun menggendong Efliya lalu membawanya kembali ke ruang makan.
" Abang cuma bercanda kok. Mana ada Abang malu punya Adik secantik Efliya. Iya kan Bang...?" tanya Farah dengan tatapan mengintimidasi.
" Iya Ma. Apalagi kalo ga cerewet...," sahut Faiq sambil melengos membuat Efliya makin cemberut.
Erik tertawa melihat tingkah kedua buah hatinya itu. Ia juga bangga pada Farah yang berhasil melerai permusuhan kedua anaknya itu. Akhirnya mereka kembali duduk dan melanjutkan sarapan mereka yang terhenti tadi.
Setelah selesai sarapan, mereka berempat pergi dengan mobil yang dikendarai Erik. Sedangkan Bonbon nampak bernyanyi kecil sambil merapikan meja makan usai sarapan tadi.
\=\=\=\=\=
Mereka tiba di sekolah Faiq yang terlihat lebih ramai dari biasanya. Rupanya pendaftaran siswa baru membuat pihak sekolah membuka pintu masuk lebar-lebar. Faiq pun turun dari mobil lalu menghampiri teman-temannya yang berkumpul di lapangan.
Farah dan Erik menuju ruang pendaftaran sambil menggandeng Efliya. Rupanya mereka harus antri. Dan karena merasa jenuh menunggu, Efliya pun keluar dari ruangan untuk melihat-lihat.
Efliya menatap ke lapangan dimana Faiq dan teman-temannya terlihat asyik bermain bola. Tiba-tiba Efliya merasa ada yang memanggilnya di ujung koridor. Efliya menoleh dan melihat sosok anak perempuan berseragam sekolah sama seperti yang dikenakan Faiq dan teman-temannya tengah melambaikan tangan padanya.
Efliya tersenyum dan kembali menoleh kearah lapangan. Saat bersamaan Faiq juga memperhatikan Efliya. Meski pun ia sibuk bermain, tapi matanya tetap mengawasi Efliya.
Tak lama kemudian Faiq berhasil mencetak goal hingga teman satu teamnya bersorak gembira. Faiq pun nampak tertawa bangga karena bisa menghasilkan angka untuk teamnya.
Dan saat Faiq kembali mengarahkan pandangannya, Efliya sudah tak ada di sana. Yang ada hanya Farah dan Erik yang terlihat kebingungan mencari Efliya. Tak ingin sesuatu terjadi dengan sang adik, Faiq pun keluar dari lapangan lalu menghampiri kedua orangtuanya.
" Cari Eliya ya Ma...?!" seru Faiq sambil berlari.
" Iya Nak. Kemana dia. Kayanya tadi berdiri di sini kok...," sahut Farah sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah.
Faiq menghela nafas panjang lalu berlari kearah gudang. Erik pun mengikuti Faiq dengan cepat seolah mengerti kenapa Faiq bersikap seperti itu.
" Eh, Kalian mau kemana...?!" tanya Farah.
" Kamu tunggu di situ aja Ma. Biar Papa sama Faiq yang nyari Efliya...!" sahut Erik sambil mempercepat langkahnya.
Farah pun mengangguk. Ia duduk di kursi di depan ruangan sambil memperhatikan anak-anak yang bermain sepak bola di lapangan. Sedangkan Faiq nampak menuju ke gudang dan menjumpai Efliya tengah bicara seorang diri.
" Ef...," ucapan Erik terhenti saat Faiq memberi kode untuk tak bersuara.
Erik melihat Efliya tengah bicara dengan sesuatu yang entah siapa. Saat melirik kearah Faiq, dilihatnya wajah Faiq yang terlihat santai. Akhirnya Erik mengerti jika tak ada yang perlu dikhawatirkan dari Efliya.
" Ehm, ternyata Kalian di sini. Lagi main apa...?" tanya Faiq sambil melangkah masuk ke dalam gudang.
" Eh, Abang. Kita lagi main catur Jawa...," sahut Efliya saat mengetahui kedatangan Faiq.
Sementara Lila, makhluk tak kasat mata itu nampak gusar melihat kehadiran Faiq.
# Tentang Lila dapat dilihat di novel Guna Guna eps. 183 #
Faiq menghampiri Efliya dan berdiri di sampingnya sambil menatap kearah Lila lekat.
" Jangan ganggu. Dia Adikku...," kata Faiq tegas.
" Aku cuma mau main aja sama Dia kok...," sahut Lila sambil menundukkan wajahnya.
" Tapi jangan bawa dia ke sini dong. Apalagi ke tempat Kamu kecelakaan. Eliya bisa sakit nanti...," kata Faiq tak suka.
" Aku kesepian. Aku mau jadi temannya, boleh kan...?" tanya Lila penuh harap.
" Ga boleh...!" kata Faiq.
" Tapi dia bakal sekolah di sini juga nanti. Aku janji ga bakal gangguin dia. Malah Aku bisa lindungi dia dari teman yang jahat nanti...," kata Lila mencoba membujuk.
" Kami udah dilindungi sama Allah, jadi ga perlu Kamu lindungi lagi...," sahut Faiq ketus.
" Tolonglah. Aku janji ga akan nyakitin Adikmu ini...," kata Lila dengan wajah sedih.
Faiq berpikir sejenak. Sesungguhnya Faiq tak merasa keberatan jika Lila mau berteman dengan Efliya. Karena Faiq tahu jika semasa hidupnya Lila adalah anak yang baik dan tak nakal. Akhirnya Faiq mengangguk membuat Lila bersorak gembira.
" Makasih Faiq...," kata Lila.
" Sama-sama. Sekarang Eliya ikut Abang ya. Mama sama Papa nyariin daritadi tuh...," kata Faiq sambil menyentuh tangan Efliya hingga menyadarkannya. Efliya menurut saja saat Faiq menggandeng tangannya.
Efliya terlihat bingung saat melihat ke sekelilingnya. Apalagi saat Faiq membawanya keluar dari gudang dan bertemu dengan Erik yang menunggu di luar pintu gudang. Efliya pun masih bingung saat Erik menggendongnya dan membawanya pergi dari sana. Saat menoleh ke belakang, Efliya melihat Lila tengah tersenyum sambil melambaikan tangannya.
" Efliya...!" panggil Farah mengejutkan Efliya.
" Mama...," sahut Efliya.
" Kemana aja sih Nak. Mama sama Papa bingung nyariin Kamu daritadi. Untung Abang ngeliat kemana Kamu pergi tadi. Kalo ga, gimana...," kata Farah cemas.
" Aku main sama Kakak cantik di kelas sebelah sana Ma...," sahut Efliya sambil menunjuk kearah ujung koridor.
" Kamu ngaco ya. Di sana tuh ga ada kelas, yang ada cuma gudang...," kata Farah yang memang hapal letak ruangan di sekolah Faiq.
" Tapi...," ucapan Efliya terputus. Ia kembali menoleh ke ujung koridor seolah ingin memastikan sesuatu.
" Kalo udah selesai, Kita pulang sekarang ya Ma...," ajak Erik tiba-tiba sambil mengedipkan matanya seolah memberi kode kepada Farah.
" Ok...," sahut Farah cepat yang memahami kode yang diberikan suaminya.
Setelah pamit kepada teman-temannya, Faiq pun mengikuti langkah orangtuanya. Saat tiba di dalam mobil Farah langsung mengambil air mineral dari dalam tas lalu membasuhkannya ke wajah Efliya sambil membacakan sholawat.
Ajaib. Efliya seolah terbangun dari tidur panjangnya setelah wajahnya dibasuh air. Ia mengerjapkan matanya sambil menatap ke sekelilingnya.
" Assalamualaikum Efliya...," sapa Erik.
" Wa alaikumsalam Papa...," sahut Efliya.
" Alhamdulillah...," kata Farah dan Erik bersamaan dengan wajah bahagia.
Lalu Erik menstarter mobilnya dan melajukannya perlahan meninggalkan sekolah Faiq. Di perjalanan tak ada yang membicarakan tentang apa yang dialami Efliya tadi. Faiq pun terlihat santai dan membuat Erik berkesimpulan bahwa makhluk yang mengganggu Efliya tadi tidaklah berbahaya untuk Efliya.
" Apa temanmu itu ga membahayakan Efliya Nak...?" tanya Erik saat Farah dan Efliya turun dari mobil untuk membeli es cream.
" Gapapa. Dia baik kok Pa. Aku juga udah ingetin supaya dia ga gangguin Eliya tadi...," sahut Faiq.
" Ok, Papa percaya sama Kamu ya Bang. Tolong jagain Adikmu saat sekolah di sini nanti...," pesan Erik yang diangguki oleh Faiq.
Tak lama kemudian Farah dan Efliya kembali ke mobil dengan membawa banyak es cream kesukaan Efliya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 459 Episodes
Comments
akbr
sebentar sebentar manggil nya "nak" trs "abang"...... 🥴🧐
2023-02-03
2
Risa Istifa
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-11-10
1
Aqua_Chan
ini malah adiknya
2022-07-09
0