Fardhan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, pikirannya benar-benar kacau, hatinya sungguh tak sanggup menerima semua kenyataan pahit ini. Baru saja dia merasakan sakit kehilangan sang ayah, kini dia harus kembali sakit karena harus kehilangan sang kekasih.
Kesalahan apa yang telah dia lakukan sehingga takdir memperlakukannya dengan begitu kejam?
Memori otaknya berputar kembali ke masa-masa bahagia dirinya dan Keyla, saat cinta masih begitu indah terasa. Semua kata-kata manis Keyla menggaung kembali di telinganya.
"Aku mencintaimu. Kita akan menikah dan memiliki banyak anak, pasti menyenangkan melihat mereka tumbuh. Lalu kita akan menua bersama hingga maut memisahkan."
"Aaaahhh ...."teriakan Fardhan memenuhi seluruh ruang di dalam mobilnya, dia mencengkeram kuat kemudi sampai buku-buku jarinya memutih. Geram, marah dan tak berdaya kini dia rasakan.
Matanya yang merah kini mulai memanas dan dengan cepat cairan bening menggenangi nya, tapi sebisa mungkin dia tahan agar tak jatuh menetes sebab dia tak ingin menangisi kekalahannya dan benar-benar menjadi pecundang.
"Kalau kau pikir harta bisa membuatmu bahagia, maka lakukanlah! Lakukanlah apa yang kau dan keluargamu inginkan." ucap Fardhan lirih. Cairan bening itu semakin banyak dan membuat pandangannya kabur.
Fardhan mengusap matanya dengan punggung tangan dan tak menyadari jika seorang wanita sedang menyeberang jalan dengan tiba-tiba dan ....
Brak ....
"Ya Tuhan, apa yang aku lakukan?" Fardhan tersentak saat menyadari mobilnya telah menabrak seseorang.
Dengan tergesa-gesa Fardhan turun dari mobil dan memastikan bagaimana kondisi korban. Beberapa orang sudah mulai berkerumun.
Fardhan sontak mendekati seorang wanita yang sedang terduduk di aspal sembari meringis memegangi kakinya. "Kau nggak apa-apa?"
"Kakiku sakit sekali." ucap wanita itu tanpa memandang Fardhan.
"Aku antar ke rumah sakit."
"Nggak usah!." tolak wanita itu.
"Tapi kau cedera, aku harus mengantarmu ke rumah sakit." Fardhan memaksa.
"Iya, Mbak. Dia harus bertanggungjawab, biar diantara ke rumah sakit." celetuk seorang lelaki yang ikut berkerumun.
"Aku nggak apa-apa. Aku pulang saja."
"Tapi ...."
"Aku mau pulang. Tolong pesankan taksi saja." wanita itu mengangkat kepalanya dan memandang Fardhan dengan tatapan memohon.
Fardhan sempat tertegun melihat wajah cantiknya yang memerah dan dipenuhi peluh, hidung mancung dengan bibir yang mungil serta mata indah. Perpaduan yang begitu sempurna bak boneka Barbie.
"Hey, kenapa melamun? Mau tolong pesankan atau nggak?"
Fardhan tersentak setelah mendengar suara wanita itu, dengan gugup dia berinisiatif menawarkan diri. "Hem, kalau begitu biar aku antar pulang saja."
Wanita itu menggeleng. "Pesankan taksi saja."
"Baiklah. Akan aku pesankan, sekarang kau tunggu ditepi jalan dulu, disini panas."
Wanita itu mengangguk dan berusaha berdiri dengan susah payah, Fardhan membantunya dengan memegang tangan wanita itu.
"Bisa? Atau mau aku bantu?" tanya Fardhan sekedar memastikan jika wanita itu bisa berjalan ke tepi.
"Aku bisa sendiri. Tolong ambilkan keranjang itu." ujar si wanita sembari menunjuk keranjang belanjaan yang isinya tercecer keluar karena terlempar saat dia terjatuh tadi. Lalu dia berjalan dengan terpincang-pincang menuju trotoar yang tepat berada di bawah pohon besar nan rindang.
Fardhan pun menurut dan memunguti isi belanjaan yang tercecer lalu memasukkannya kembali ke dalam keranjang. Fardhan segera menyusul wanita itu dan memberikan keranjangnya, lalu dia segera mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online.
"Mau diantar kemana?" tanya Fardhan memastikan tujuan wanita itu.
"Ke jalan merak jingga nomor 12."
Fardhan mengangguk tanda mengerti dan segera mengetik alamat tersebut.
"Aku minta maaf, tadi aku terburu-buru dan nggak melihatmu." ucap Fardhan setelah selesai mengorder taksi online.
"Nggak apa-apa. Aku juga salah karena menyeberang dengan nggak hati-hati." balas wanita itu sembari meringis.
Melihat wanita itu kesakitan, Fardhan semakin merasa bersalah. "Sakit sekali ya? Kau yakin nggak mau ke rumah sakit?"
"Paling cuma keseleo aja, nanti bisa diurut. Nggak perlu ke rumah sakit."
"Oh. Perkenalkan nama aku ...."
"Dengan Mas Fardhan Gunawan?" seorang lelaki tiba-tiba menghampiri mereka, membuat Fardhan tak sempat memperkenalkan dirinya.
Fardhan sontak berbalik saat mendengar namanya disebut. "Iya, saya sendiri."
"Oh, taksinya sudah datang ya?" Fardhan tersenyum saat menyadari lelaki itu adalah supir taksi online yang dia pesan.
"Iya, Mas."
Wanita itu pun segera berdiri dengan susah payah, Fardhan dengan sigap membantunya.
"Mari aku bantu." Fardhan memegangi tangan wanita itu.
Setelah berdiri sempurna, wanita itu melepaskan tangannya dari pegangan Fardhan dan hendak meraih keranjang yang masih teronggok di dekat kakinya.
"Biar aku ambilkan." Fardhan mengambil keranjang itu dan memberikannya kepadanya.
"Terima kasih." wanita itu kembali berjalan dengan terpincang-pincang menuju taksi yang sudah dipesankan oleh Fardhan.
"Hati-hati ya." balas Fardhan dan wanita itu hanya mengangguk dua kali tanpa menoleh.
Setelah wanita itu pergi, Fardhan menghela nafas lega. Dia bergegas masuk ke dalam mobilnya dan melanjutkan perjalanan, tapi seketika perasaan hancur dan rasa sakit kembali menyerangnya tanpa ampun. Tapi kali ini dia tak membiarkan emosi menguasainya hingga dia berkendara dengan tidak hati-hati seperti tadi, dia tak ingin kejadian tadi terulang lagi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sulati Cus
kebahagiaan tdk selama nya di ukur dr harta
2022-03-29
0
Mutmainah Hidayati
j.
.
.
.
2021-10-21
1
Septiana Tri Rahayu
jodoh Fardhan sepertinya..
lanjuuuutt
2021-10-13
1