ch 13

Mom sedang menyiram anggrek dan bunga lainnya ketika aku pamit mau ke kampus. Aku juga sekalian membawa semua perlengkapan mendaki, karena setelah bimbingan aku akan langsung ikut team berangkat ke Merapi agar tidak terlalu malam sampai Boyolali.

Aku hampir memetik satu bunga yang indah dan akan memberikannya pada Mom ketika Beliau terpekik keberatan.

"Jangan dipetik, Boy! Itu anggrek kesayangan Mom."

Aku hanya nyengir dan mendatanginya yang sedang merawat kenanga. Mom memetik beberapa bunga kenanga, memasukkan ke dalam kantung kecil dan memberikannya padaku. "Bawalah ini!".

"Untuk apa Mom?"

"Untuk teman perempuan yang kamu ceritakan kemarin."

"Lucia?"

Mom mengangguk, aku menyimpan itu tanpa bertanya. Aku tidak mungkin menyinggung perasaan Mom dengan menolak idenya. Kalaupun nanti kenanga itu aku ganti dengan mawar merah Mom juga nggak bakalan tau, pikirku iseng. Aku mencium tangan dan juga pipinya untuk pamit. "Al berangkat ya Mom!"

"Hati-hati Al."

Aku meninggalkan Mom, mengambil koin kuno yang sudah kusam di dekat air mancur taman dan memasukkan ke dalam saku jaket untuk aku buang nanti karena aku tidak melihat kotak sampah yang dekat denganku. Tiara tergopoh-gopoh menyusulku setelah berpamitan dengan Mom juga.

"Kakak nggak pulang dulu nanti? Kok perlengkapannya sudah dibawa semua."

"Hemm…."

"Kenapa Ara nggak boleh ikut kakak ke Merapi sih?"

"Karena ini nganterin tamu Ara, bukan jalan-jalan sama teman-teman. Aku juga males kok sebenarnya. Nanti aja kalau liburan semester kita ngelayap bersama."

"Tour Bali Lombok yuk kak!"

Aku tertawa terbahak-bahak dengan ide gila Tiara. "Masalahnya Mom sama Dad mau nggak nanggung biayanya?"

"Iya juga, kalau ngandalin tabungan mana cukup? Kecuali kalau Mom sama Dad ikut." Ucapnya licik, "Nanti coba Ara bicara sama Mom."

"Boleh juga, lagian kan masih beberapa bulan lagi. Moga-moga aku sudah selesai semua urusan kuliah, jadi bisa buat alasan liburannya."

"Lulus nanti Kakak mau kemana?"

"Cari kerja cari istri lah Ara, mau apa lagi?"

"Cuma gitu doang?"

"Kalau aku bilang mau keliling Indonesia nanti kamu ribut minta ikut."

"Ya ampun Kak, sama adik sendiri juga."

"Eh… Kamu tuh udah dewasa Ara, lagian ngapain ngikutin aku terus? Cari pacar sana!"

"Jangan menghina ya, kalau cuma pacar mah banyak yang mau sama Ara."

"Trus kenapa nggak ada yang diterima?"

"Karena nggak ada yang kayak Dad."

"Hah? Maksudnya? Orang mana ada yang sama, Ara."

"Ya setidaknya mendekati," jawabnya dengan cengiran tengilnya.

Aku berpisah dengan Ara di parkiran untuk selanjutnya bertemu Risa dan Dika yang sedang mengobrol.

"Kamu masih marah sama aku Ris?" Tanyaku menghampirinya. Seminggu ini Risa menghindariku. Aku sudah berusaha minta maaf dengan telepon dan mengirimkan pesan tapi tidak ada hasilnya.

"Apa aku mengganggu obrolan kalian?" Tanya Dika tak enak hati. "Aku duluan deh kalau gitu." Pamitnya menepuk bahuku dan berlalu terburu-buru.

"Ris?"

"Apa sih Al? Aku nggak apa-apa."

"Trus kenapa aku nggak dimaafkan?"

"Sudah."

"Kok masih menghindar kalau papasan sama aku?"

"Entahlah, aku cuma merasa konyol dengan perasaanku."

"Jadi gimana hubunganmu dengan Leo?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Mungkin dia nggak nyaman dengan kejadian yang lalu denganku. Jadi aku tidak berani membahasnya.

"Putus."

"Eh…?"

"Aku rasa aku tidak menyukainya."

"Trus?" Tanyaku terkejut dan juga penasaran.

"Ya nggak ada terusannya, Al. Kamu tau arti putus kan? Artinya udah nggak ada hubungan apapun sama dia lagi selain teman. Tau arti teman nggak kamu?" Tanyanya kesal.

"Tapi penyebabnya apa? Kan kalian baru aja pacarannya, katamu dia baik. Ketimbang Dika."

"Kamu penyebabnya."

"Loh kok jadi aku yang salah?" Gerutuku nggak kalah kesal.

"Ya, karena aku suka sama kamu. Dan aku benci itu. Aku benci kamu baik sama aku."

"Ris…? Jadi aku harus gimana sama kamu? Jahat gitu?"

"Kenapa hanya aku yang kamu tolak dari sekian banyak wanita yang suka sama kamu Al?" Matanya menatap skeptis saat bertanya.

Ehm, banyak juga kok yang nggak beruntung kayak dia. Kamu bukan satu-satunya Risa.

"Karena hubungan kita tidak akan ada putusnya jika kita tetap jadi teman, Ris. Aku tidak mau kamu sakit hati padaku pada akhirnya." Jawabku dengan nada yakin.

"Kalau begitu biarkan aku yang sakit hati nantinya! Aku juga ingin bersamamu, terima aku jadi pacarmu, Al!" Matanya lurus menatapku, menantangku.

"Risa? Kamu serius?" Sekarang aku yang balik menatap skeptis padanya.

Dia mengangguk dengan sangat yakin.

Mati aku.

***

Sengaja banget aku menolak berangkat satu mobil dengan Lucia. Biar saja dia kesal, aku tidak peduli. Aku lelah dan aku butuh tidur, jadi aku memilih satu mobil bersama teman-teman. Dan aku berhasil mendengkur dengan nyenyak sepanjang perjalanan Surabaya Boyolali.

Setelah melaporkan kedatangan dan mendaftarkan pendakian kami sempatkan makan dan ngopi di warung. Kami mulai berjalan dari basecamp pendakian dan langsung menuju pos 2 yang kami tentukan sebagai tempat istirahat pertama. Waktu hampir pukul 8 malam ketika kami mulai mendaki.

Kata Faisal ada satu kelompok pendaki berangkat setengah jam sebelum kami, dan nanti akan ada satu kelompok lagi yang akan berangkat sekitar jam sembilan. Aku bersyukur nanti di atas akan ada banyak teman.

Faisal memimpin, diikuti Denis, Ferdi, Miko, Lucia dan aku paling belakang. Aku mengatur langkah Lucia agar tidak berjalan tergesa dan memperhatikan kondisi team yang lain. Dia lebih menurut padaku walaupun sesekali aku masih melihat kilat merah di matanya saat menatapku. Asih Jati kadang terlihat kadang tidak pada tubuhnya.

Suara gemerisik angin menggoyang pohon menjatuhkan daun kering terdengar mencekam dan menakutkan. Burung hantu di kejauhan seolah jadi pelengkap melodi malam ini. Dan bunyi jangkrikpun ikut meneror mental kami. Suasana memang terasa berbeda entah karena faktor apa.

Aku mendengar Miko sesekali bersenandung dengan nafas tersengal, dia sedang menghilangkan rasa gelisahnya. Apalagi biasanya dia selalu di sebelahku berbagi cerita sambil berjalan santai.

Yang lain juga berjalan dalam diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Padahal tidak ada larangan untuk berbicara di sini. Mereka bersuara seperlunya saja, ketika minta istirahat sebentar mengambil nafas atau untuk minum.

Angin berhembus kuat dan dingin dari arah belakang. Aku bahkan penasaran dengan dahan yang jatuh dengan suara keras di kegelapan punggungku. Aku membalik tubuh dan mengarahkan senter pada jalan yang barusan aku lewati. Pada pohon-pohon tua di sekitarnya, tapi tidak menemukan patahan dahan di sekitarku. Saat aku berbalik ke arah team yang akan kembali berjalan aku lihat Lucia menyeringai kepadaku.

"Bang, aku jalan dekat Abang bisa?" Miko tiba-tiba berhenti, wajahnya menyiratkan rasa takut. Senandung dari bibirnya sudah menghilang sejak ada suara dahan jatuh tadi.

"Kenapa Miko?" Lucia menjawab dengan geli. "Sini loh deket aku kalau takut, aku kan juga ada di dekat Al." Sambungnya genit.

Miko yang kikuk karena digoda Lucia akhirnya membatalkan permintaannya dan kembali berjalan dengan goyah.

"Aman kok Mik, semua terkendali," kataku sedikit keras untuk membangun mentalnya yang jatuh. Aku nggak mau Faisal dan Denis merasakan ketakutan yang sama. Ferdi hanya diam dengan wajah pucatnya. Sedikit aneh untuknya, karena dia lebih mengenal Lucia dari pada kami.

Lucia tertawa cekikikan meledek ketakutan kami akan suasana yang janggal, dia mulai bersenandung menggantikan Miko. Bukan lagu yang lagi trend yang dibawakannya, tapi lagu Jawa yang aku tidak mengerti artinya. Lebih tepat jika dikatakan kalau dia sedang nyinden.

Berbeda dengan pendakian Lawu yang cenderung aman dari penampakan, di sini ekor mataku selalu melihat kelebatan hitam.

Sekarang dari jauh di belakangku aku mendengar suara langkah berat mendekat, langkah itu terlalu berlebihan untuk manusia biasa. Hawa gunung yang berhembus dingin mendirikan bulu tengkukku.

"Lucia, bisakah kamu tidak bernyanyi?" Suara Lucia yang mendayu menambah suasana makin buruk dan menyeramkan. Aku terganggu dengannya.

"Ini kidung sugeng rawuh, Al," jawabnya ringan.

"Nyanyian selamat datang untuk siapa Lucia? Untuk makhluk besar di belakang yang sedang berjalan mendekati kita?"

***

Terpopuler

Comments

Ass Yfa

Ass Yfa

Al kebanyakan tebar pesona... hadeh... Lucia bikin horor

2024-04-25

1

Nur Bahagia

Nur Bahagia

rasanya kok pengen ngeplak pala nya lucia 😄

2024-03-21

0

AbiSatya

AbiSatya

🙈🙈

2023-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!