4.

Tania berdiri menatap foto pernikahan besar yang tergantung di dinding. Di dalam foto semua terlihat manis dan sempurna. Tetapi tidak pada kenyataannya.

6 bulan sudah dia menikah, dan tidurnya dengan Julian masih saja terpisah. Tania tidur di lantai beralaskan kasur lantai yang di belinya sendiri dari uang gajinya. Tidak ada yang tahu tentang hal ini bahkan pembantunya pun tidak mengetahuinya.

Beruntunglah dia karena walaupun Julian tak mengharapkan Tania tetapi masih ada ibu mertuanya yang sangat menyayanginya. Menyayanginya melebihi sayangnya kepada Julian yang selalu membantah kemauan orang tuanya.

" Hhhh, setidaknya ada yang manis dari pernikahan kami, walaupun itu hanya foto kami berdua." Gumam Tania yang mengusap air matanya yang entah mengapa jatuh begitu saja.

" Ibu, apakah hanya uang dan harta yang terpenting di dalam hidupmu? Apa artinya aku jika kau merelakan aku bersama lelaki yang tidak ku kenal? Ayah, mengapa hidupku seperti ini?" Tania mengusap lagi air matanya.

Derrtt!

Derrt!

📲 : "Bukakan gerbang, aku akan sampai sebentar lagi". Pesan Julian.

📱: "Y" Balas Tania dengan malasnya dan kemudian mulai beranjak dari duduknya dan mulai meninggalkan kamar.

Tania sudah berdiri di depan gerbang dan membukanya sambil menunggu Julian.

Ada satpam, kenapa harus dia?

Ya, semua adalah permintaan Julian. Julian tidak mau ada orang lain yang mengetahui ketidak harmonisan di dalam rumah tangganya termasuk para pembantu dan juga satpam rumahnya. Karena ibunya menugaskan seluruh pekerja di rumah putranya untuk mengawasi gerak-gerik Julian.

Ibu Julian tidak mau karena pernikahan yang bukan berdasarkan pilihan hati, lantas Julian akan memperlakukan dengan buruk menantunya.

Ibu Julian sangatlah mengenal baik putranya yang suka membangkang dan melakukan sesuatu yang mengecewakan.

Sudah seperti penjaga keamanan saja aku di sini.

Hhhh, ibu. Apakah kau bahagia sekarang? menjadikan aku penebus hutang?

Dan aku tahu ibu, kau selalu meminta uang kepada suamiku yang kejam ini.

Aku sangat membenci kalian berdua.

Tin!

Tin!

Deru mobil Julian memasuki pekarangan rumah. Tania membukakan gerbang dan menutupnya kembali. Setelah itu dia menghampiri Julian yang turun dari mobil dan membawakan tas kerja Julian setelah sebelumnya dia mencium punggung tangan suaminya dan kemudian ikut masuk mengekori Julian.

Semua terlihat manis dan romantis bukan? Tentu, karena ada CCTV sebagai pengawas yang juga terhubung dengan android sang ibu.

Bahkan Julian juga mengusap lembut pucuk kepala Tania dan tersenyum manis kepadanya.

Di dalam kamar.

" Buatkan aku kopi, aku akan lembur di ruang kerjaku malam ini!" Seru Julian saat Tania membukakan sepatunya dengan Julian yang duduk di tepian ranjang.

" Iya." Sahut Tania lirih tanpa melihat Julian.

Seperti inilah dia jika di rumah, dia akan seperti pelayan yang selalu di suruh ini itu dengan alasan bakti kepada suami.

Tania membuatkan kopi untuk Julian dan meletakkannya di meja kerjanya. Tania kemudian pergi ke ruang cuci baju dan langsung mencuci baju Julian.

Malam-malam mencuci baju? Iya.

Itulah jahatnya Julian yang tidak mau tahu apakah Tania juga lelah atau tidak. Hanya menyuruh dan terus menyuruh.

Tania menitikan air matanya saat mencuci baju kemeja putih milik Julian.

" Lagi lagi ada noda lipstik." Tania menyeringai di dalam tangisnya sambil terus mencucinya mencoba menghilangkan noda yang menempel di baju suaminya tapi mampu mengkoyakkan perasaannya.

" Aku hanyalah pembantu yang di bayar dengan mahar uang 30 juta dan itu akan menjadi bayaranku selama seumur hidup aku berumah tangga."

" Apa kamu puas dengan uang 30 juta itu ibu?"

" Tidak kau jual saja seluruh organ tubuh ku ini, setidaknya kau akan mendapatkan 1 miliar untuk semuanya." Tangis Tania merutuki jalan hidupnya.

Selesai mencuci baju, Tania kemudian masuk kembali ke kamar. Bukan untuk tidur bukan.

Tania kembali masuk ke kamar untuk mengambil sepatu Julian yang tadi habis di pakainya. Tania membawa sepatu itu ke ruang sepatu yang berada di dekat garasi mobil.

Tania mengelapnya dan membersihkannya kemudian menyemir sepatu itu sampai mengkilap. Tania meletakkan sepatu Julian dalam lemari kaca yang besar, lalu matanya menatap dua pasang sepatu pantofel hitam miliknya. Sungguh berbanding terbalik jika suaminya memiliki banyak sepatu yang berjajar, maka dia hanya memiliki dua sepatu kerja saja. Sungguh ironis.

Selesai dengan tugasnya, Tania kembali masuk ke kamar untuk membersihkan jas yang telah di pakai Julian untuk di bawanya ke laundry besok pagi.

Setiap saku di lihatnya, siapa tahu masih ada secuil kertas penting yang tertinggal.

Tangan Tania meraba sesuatu di dalam saku jas suaminya.

" Kertas apa ini?" Gumam Tania membukanya dan mulai membacanya.

" Oh, Lagi lagi, dia habis bersenang senang dengan pacarnya. Barang barang mewah dan mahal." Gumam Tania yang kini menitikan air mata.

Istri mana yang tak sakit hatinya jika di perlakukan seperti ini?

Tak di anggap sama sekali, Uang nafkah pun tak pernah Julian berikan dengan alasan dia juga tak pernah meminta haknya sebagai suami. Jadi, Tania juga hak ada hak untuk meminta sesuatu sebagai seorang istri.

Hak?

Julian sama sekali tidak pernah menyentuh Tania terkecuali di depan kamera pengawas dan pembantu.

Tania tak pernah menolaknya karena Tania tahu Julian lah pemilik dirinya seutuhnya setelah akad itu terucap.

Tapi, tidak bagi Julian yang menatap rendah tania yang mau melakukan semuanya hanya karena uang.

Ibu Tania terus terusan meminta yang kepada menantunya tanpa sepengetahuan Tania. Tetapi ibunya mengatasnamakan uang yang di mintanya atas nama Tania, dari situlah Julian selalu memandang rendah Tania.

🍂

🍂

🍂

Pagi hari,

Azan berkumandang, Tania menggeliat dari kasur lantai yang di tempatinya. Ia mulai bangun dan duduk sambil mengerjapkan matanya. Dilihatnya Julian tidak berada di atas ranjangnya. Hanya di kamar mereka yang tidak ada CCTV jadi Julian bebas mencaci dan memaki Tania di dalam kamar mereka.

Kamar yang seharusnya menjadi tempat peraduan justru menjadi tempat pertengkaran.

Kamar itupun di pasang peredam oleh Julian dengan alasan supaya suara aktivitas malam mereka tidak terdengar oleh para pembantu. Dan ibunya pun mempercayai alsan yang cukup masuk akal itu.

Tania bangun melipat kasur lantainya dan duduk beberapa saat untuk menguatkan dirinya menyambut hari yang akan terasa perih setiap detiknya.

Selesai dengan ritual mandinya, Tania kemudian membereskan kamar dan mencari keberadaan Julian. Dan benar saja Julian berada di dalam ruang kerjanya.

Julian terlelap dengan layar laptop yang masih menyala. Tania menjadi sedikit penasaran lalu melihat gambar apa yang ada di layar laptop Suaminya. Ternyata Julian masih melihat gambar mesranya dengan kekasihnya.

Lagi lagi air mata Tania jatuh saat melihat gambar itu. Dia tak mau menampakkan kesedihannya, karena di ruang kerja juga ada CCTV yang mengawasinya.

" Bangunlah, ini sudah pagi." Ucap Tania lembut sambil mengusap lembut rambut Julian.

Bagaimanapun kamu adalah suamiku.

Hanya nasib burukku saja yang mengharuskan aku menikah denganmu yang ada di sini tapi hatimu sudah bersarang di tempat lain.

Maafkan aku yang merusak mimpi mimpimu bersama kekasihmu.

Jika ada orang ketiga, akulah orang ketiga itu.

Aku siap pergi dan tak akan berebut Julian,

Aku hanya menunggu kamu untuk menceraikan ku dengan baik-baik.

" Eunghh hoamz...!" Julian menuap dan membuka matanya lalu menyadari jika layar laptopnya masih menyala, dia menutupnya perlahan lalu membalas pertanyaan Tania setelah sebelumnya melirik ke arah CCTV.

" Siapkan air mandiku cepat." Kata Julian datar tapi penuh penekanan di kata CEPAT dengan mata yang melotot tajam serta tangannya yang mencubit kuat paha Tania yang berdiri di hadapannya yang dengan otomatis menutupi tindakan Julian dari CCTV.

" Auh, sakit!" Pekik Tania meringis menahan sakit lali melepas perlahan tangan Julian.

" Kau berani ya!" Sahut Julian yang terdengar mengerikan dengan giginya gemertak.

Tanpa di duga Tania, Julian lalu menariknya dan menempatkan Tania di atas pangkuannya dengan tangan Julian yang melingkar di perut Tania.

Tania tidak bisa melawan karena ada CCTV yang mengawasi mereka dari sudut ruangan.

"Lepaskan!" Lirih Tania sambil memasang senyum palsunya di hadapan CCTV.

" Lepaskan katamu, Hahahaha, baiklah. Tapi setelah ini."

Tawa Julian terdengar mengerikan dengan lirikan tajamnya. Julian mendekatkan bibirnya ke leher Tania lalu Tania memekik kesakitan.

Bukan untuk mencium atau membuat tanda kepemilikan, tapi Julian menggigit kuat leher Tania hingga berdarah.

Yang terlihat di CCTV adalah Tania berlari karena tersipu malu, dan Julian yang tertawa senang setelah mencumbu.

Tapi yang sebenarnya terjadi adalah Tania benar-benar kesakitan atas tindakan gila Julian.

Tania menangis kembali masuk kedalam kamarnya lalu bercermin dan melihat luka di lehernya.

Yah, sepeti inilah hari harinya, terlihat bahagia padahal sebenarnya dia sangat menderita.

Julian menyusulnya masuk kedalam kamar. Terlihat Tania yang masih menyiapkan kebutuhan ritual mandi Julian dengan mata Julian yang tertuju pada luka bekas gigitan di leher Tania.

Julian menyeringai mengerikan saat melewati Tania.

Tania hanya menunduk tak berani membalasnya.

Di tutupnya luka bekas gigitan dengan plester dan Tania kembali menjalankan aktivitasnya.

Seperti inilah dia yang selalu mencoba kuat menghadapi hari harinya yang berat.

Terpopuler

Comments

$hiwoo

$hiwoo

kejamnya

2021-11-18

0

Kadek Pinkponk

Kadek Pinkponk

jahatnya julian 😡

2021-08-23

0

⛤Mursini Zahwa🆘

⛤Mursini Zahwa🆘

miris bgt nasib ny Tania..😢😭😭

2021-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!