Adikku Is My Wife
Farhansyah Nataniel dan Inayah Givani terlihat bersedih. Mereka duduk di bangku dengan rindangnya pepohonan tepat memayungi mereka. Inayah menyenderkan kepala pada pundak Farhansyah.
"Kenapa di usia pernikahan kita yang hampir menginjak satu tahun ini belum dikaruniai momongan ya, Mas? Salah kita apa? Allah gak adil!" seru Inayah pada Farhansyah --suaminya.
"Astagfirullah, Dek. Tidak baik bicara seperti itu. Allah pasti punya rencana lain. Ingat, selalu berbaik sangkalah pada-Nya," ujar Farhansyah pada istrinya, walau sesungguhnya dia pun merasakan hal yang sama dengan istrinya. Laki-laki ini telah merindukan hadirnya buah hati dalam kehidupan mereka.
Di tengah kesedihan, mereka mendengar suara tangisan bayi. Farhansyah dan Inayah dibuat penasaran oleh keberadaan sang bayi. Mereka mencari, hingga akhirnya menemukan seorang bayi tergeletak di rerumputan hijau dalam sebuah keranjang. Betapa terkejutnya mereka saat melihat bayi itu seorang diri, bayi yang sedang menangis ketika mereka mendekatinya.
"Mas, lihatlah! Kasihan sekali bayi ini. Apa bayi ini di buang oleh orang tuanya?" tanya Inayah pada suaminya.
"Entahlah. Jika memang benar, kasihan sekali bayi ini," ujar Farhan. "Kita masih menantikannya, dia yang sudah dikaruniai seorang anak, dengan mudah menelantarkannya," sambung Farhan.
"Mas, gimana kalau anak ini kita adopsi? Boleh, ya, Mas." mohon Inayah pada suaminya.
"Kamu yakin mau merawat anak ini?" tanya Farhan memastikan.
Inayah hanya mengangguk sebagai tanda jawaban.
"Baiklah, kita akan mengadopsi anak ini. Besok, aku akan ke kantor polisi untuk melaporkan hal ini, dan meminta tolong kepada mereka untuk mambantu menyiapkan surat-surat adopsi si bayi. Untuk sekarang, kita bawa bayi ini pulang terlebih dahulu," tutur Farhan.
**
Sesampainya di rumah, seketika wajah lusuh mereka sirna bak hanyut di arus air sungai yang deras berganti dengan wajah hinar-binar memancarkan aura bahagia karena kehadiran bayi itu.
"Mas, bayi ini mau dikasih nama apa?" tanya Inayah.
"Gimana kalau Reyhan, Reyhan Fier Nataniel," usul Farhan.
"Iya, Mas, namanya bagus. Kalau begitu, namamu adalah baby Ray, hai baby Ray." Inayah mengajak Ray berbicara setelah menyetujui nama yang diberikan oleh Farhan.
***
3 tahun kemudian
Farhansyah dan Inayah sedang duduk di sofa ruang tamu sambil melihat tumbuh kembang putra mereka yang telah menginjak usia 3 tahun. Akantetapi, kebahagian mereka bukan itu saja, di usia pernikahannya yang sudah menginjak 4 tahun, Inayah diketahui sedang mengandung seorang putri yang telah memasuki usia 9 bulan. Hal itu semakin menambah kebahagiaan mereka.
"Mama, kapan adik Ley lahil?" tanya Reyhan dengan gaya cadelnya.
"Sabar ya, Nak! bentar lagi adik Rey bakal lahir kok," jelas Farhan.
"Yeeayy!!! Ehmm, Pah, adik apain di dalam pelut Mama?" tanya Reyhan polos, sontak membuat Farhansyah dan Inayah tertawa mendengar ucapan balita yang satu ini.
**
Keesokan harinya, Farhan dan Inayah telah berada di rumah sakit, karena tadi malam Inayah mengalami kontraksi dan disinilah, mereka tengah berjuang untuk melahirkan seorang malaikat kecil yang sebentar lagi hadir meramaikan suasana rumah.
"Ayo, Bu! Dorong dikit lagi, rambutnya udah kelihatan," seru dokter yang membantu persalinan.
"Ayo, Ma! Kamu pasti bisa." Farhan menyemangati sang istri.
Dalam sekali dorongan terakhir yang sangat kuat, Inayah berhasil melahirkan seorang putri Nataniel.
"Aaakkkhhhhhhhh...." Dorong Inayah kuat.
Setelah Inayah berjuang antara hidup dan mati, akhirnya tangisan bayi pun terdengar nyaring memecah kepanikan Farhansyah ketika melihat sang istri yang sepertinya hampir menyerah.
"Selamat, Pak, Bu! Anaknya lahir dengan sehat," ucap dokter.
Dokter kemudian memberikan bayi itu kepada suster, mungkin untuk dibersihkan dan ditimbang berat badannya. Beberapa menit kemudian, suster kembali dan menyerahkan bayi itu kepada Farhan.
"Syukurlah, ayo, Pah! Di azanin gih anaknya!!" suruh Inayah.
Beberapa jam kemudian.
"Yeayyy!!! Adik Ley udah lahil!" teriak Reyhan girang. "Pah, adik kecin namanya apa?" tanya Reyhan.
"Iya, Pah, udah dapet belum namanya?" tanya Inayah menimpali.
"Udah dong, nama adik Rey adalah Gita. Gita Syafitri nama panjangnya," terang Farhan tersenyum.
"Wah bagus, Pah. Iya kan, Rey?" seru Mama Ina.
"Iya, Mah, nama adek tantik, anti alok udah besal nikah sama kak Rey!! yakan, Pah? Yeayy!!" seru Rey polos kegirangan.
"Etdah, ada ada aja ni bocah." Farhan geleng-geleng kepala melihat tingkah polos putranya.
***
Hari ini keluarga Farhan dan Inayah sudah berada di istana kecil mereka, sambil sesekali tertawa melihat tingkah Rey kegirangan karena telah menjadi seorang kakak.
"Mah, cini adek Gitanya bial kak Ley yang endong!!" tawar Reyhan.
"Eh, belum boleh, Kak. Nanti adeknya jatoh terus nangis. Kalok adeknya sakit gimana?" jelas Inayah. "Nanti kalau adeknya udah besar baru boleh di gendong," sambung Inayah.
"Becal cegini ya, Mah?" tanya Reyhan merentangkan tangannya sebagai ukuran besarnya. "Adik Gita, cepet besal ya!! Bial bica maen cama Kakak," tambah Rey mengajak baby Gita berbicara.
"Haha, ada ada aja kamu Kak, sini, Papa gendong!!" tawar Farhan merentangkan tangan, dan tentu saja langsung disambut oleh Reyhan.
"Ishh, emok tium tium kak Ley, Pah!! Ley udah becal. Mah!! iat papa tium tium kak Ley," kata Reyhan mengadu.
"Hahaha, iya-iya, udah besar sekarang anak Papa, udah jadi Kakak." ucap Farhan yang di gelengin oleh Inayah.
"Ada ada aja kamu kak, kak." kata Inayah geleng-geleng kepala.
***
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, hingga tanpa kita sadari, Rey dan Gita tumbuh menjadi anak-anak yang ceria, selalu bermain bersama, tetapi saat akan berpisah untuk bersekolah, ada di antara mereka yang bersedih.
"Akak enelan au igi??" tanya Gita yang telah berusia 3 tahun saat melihat kakaknya mau pergi ke sekolah, karena sekarang usia Rey sudah 6 tahun dan sudah waktunya memasuki jenjang sekolah dasar.
"Adek tenang aja yah, nanti pulang sekolah kita main lagi, dadah Dek Gita." ucap Reyhan melambaikan tangan.
"Dadah Kakak." balas gita.
**
Sepulang sekolah, Reyhan langsung mendatangi adiknya, dia terlihat sangat gembira karena dia ingin menceritakan pengalamannya di hari pertamanya bersekolah. Akan tetapi, saat telah masuk kamar sang adik, dia melihat Gita sedang tidur, muncullah pikiran jahilnya, ingin mengganggu tidur sang adik.
"Eh, tidur ternyata, kerjain ah!" seru Reyhan jahil.
"Ehmm...." gelisah Gita karena kakinya di kelitikin oleh sang kakak.
"Ihh, kayak kebo, udah digangguin masik aja tidur, Dek bangun!! Bangun lah!!" racau Reyhan karena sebal dengan sang adik, karena merasa terganggu Gita pun bangun dengan raut wajah yang sangat girang.
"Yeayy, akak uga ulang!!" Gita langsung bangkit dan memeluk sang kakak.
"Eh, awas jatuh, Dek! Nanti jatoh terus luka, nanti sapa yang susah?? Kakak juga yang susah. Oh iya, Dek, Mama mana?" tanya Reyhan.
"Mama agi di apul kak tadi katanya," jelas Gita. "Kak, ecok Akak nddak boleh igi agi!! adik nddak ada awan ainnya," tambah sang adik.
"Eh, kok ngambek, iya deh besok kakak nggak pergi lagi, tapi, di sana enakloh, nanti kalok adek udah besar kita pergi bareng bareng yah," kata Reyhan.
"Enelan, Kak??" tanya Gita.
"Iya, Yaudah yuk, kita ke dapur sama Mama. Papa masih belum pulang kerja juga, yuk!!" ajak Reyhan.
"Yuk," balas sang adik. Mereka pun berjalan bersama menuju dapur untuk menjumpai sang mama dan meminta makan.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Hai gusy, ini karya pertama aku, mohon di baca ya guys, jangan lupa dilike, komen, dikritik juga ya!
Btw, di percakapan Rey dan Gita emang sengaja di buat seperti itu, pertanda sebagai ciri khas anak-anak kalau lagi bicara, tutur katanya agak cadel.
Author masik pemula, butuh masukan sebanyak-banyaknya, Mohon kritikannya ya!!
LOVE YOU ALL.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
mampir kk 🥰
2021-11-01
0
Sophia Verheyden✨
maaf baru mampir ya author 🙏💜
2021-10-25
1
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞 ZY ᵇᵃˢᵉR⃟✇⃟ᴮᴿ⸙ᵍᵏ
mampir othor semangat terus yah
2021-10-25
1