Part 16

"Om ...." panggil Yuki setengah memekik. Pria itu diam saja, tapi perlahan langkahnya mendekati Yuki. Berdiri di hadapannya kurang dari dua meter. Matanya memindai tubuh gadis itu dari ujung kepala hingga kaki. Asher semakin mendekat, Yuki yakin kini raut wajahnya nampak tidak baik-baik saja.

Asher diam ditempat dengan jarak mereka yang begitu dekat. Pandangan mata keduanya saling bertautan beberapa detik sebelum akhirnya Yuki membuang muka ke arah lain tak mampu menatap manik mata hitam pria itu.

Gadis itu memejamkan mata pasrah ketika tangan Asher bergerak ke arah wajahnya.

"Kamu sakit?"

Please Asher ... jangan peduli padaku.

Sorot matanya melembut, syukurlah ternyata Asher hanya menyentuh kening. Yuki membatu di tempatnya, sejurus kemudian menggeleng perlahan.

"Aku bawa makanan untukmu, di makan ya?" kata pria itu tersenyum lembut.

Yuki melongo seketika mendengarkan perkataan pria itu. Lalu Asher pergi meninggalkan kamarnya.

Yuki masih tidak percaya dengan kejadian beberapa detik lalu. Kenapa dia seperti mempunyai kepribadian ganda. Kadang dia sangat dingin dan cuek, namun beberapa saat bisa kembali menjadi manis. Yuki semakin tidak mengerti apa maunya pria itu.

Yuki memejamkan mata lelah, berbaring di atas kasur yang tidak tahu kenapa hari ini begitu nyaman. Rasa lapar yang tadi sempat memburu hilang sudah berganti dengan ngantuk.

Yuki baru ingin melelapkan matanya perlahan dan mungkin sudah berada di bawah alam sadar, namun karena sebuah gedoran pintu kamar yang nyaring mampu membuatnya terjaga seketika.

"Sayang ...."

Panggilan dari luar pintu yang terdengar mesra. Gadis itu

menajamkan rungunya.

"Sayang .... " Lagi terdengar begitu jelas.

Panggilan itu semakin jelas, lebih lembut dan terasa dekat.

Yuki rasa pria itu tengah memanggil kak Zumi. Kata ajaib yang tak pernah diucapkan Asher untuk dirinya.

Pintu kamar Yuki diguncang dari luar, ia tak tahu maksud kedatangan pria itu masuk ke kamarnya lagi itu apa. Apalagi dengan panggilan yang menurut gadis itu tidak biasa dan terdengar aneh menggelikan

"Sayang ... mama telfon, mau bicara," kata pria itu lembut.

Asher menjauhkan ponselnya sejenak lalu berbisik. "Jangan macam-macam dan mengadu yang tidak-tidak. Berbicara hanya yang baik saja."

Tuh kan benar saja, pria itu memanggilku sayang hanya karena akting agar terdengar manis di depan mamanya.

Sorot matanya tajam mengawasi Yuki yang tengah mengobrol. Sesekali dia melirik dan mengisyaratkan tangan supaya Yuki tidak mengadu.

"Assalamu'alaikum sayang ... lagi apa?" Itu suara martua Yuki di sebrang sana.

"Waalaikum salam, alhamdulillah baik mah. Mama apa kabar? Kapan pulang?" tanya Yuki sopan.

"Sudah lumayan, perlahan mulai kelihatan bedanya sayang. Doain mama cepet sembuh biar bisa cepet pulang dan ngumpul bersama kalian. Syukur-syukur kalau mama pulang nanti, mama dikasih kejutan dengan kehamilan kamu. Aamiin ...."

"Iya Ma."

Yuki mengangguk walaupun ia yakin mama Rianti tidak melihatnya. Namun, dalam hati tentu saja ia tidak mengiyakan. Yuki hanya bingung harus menjawab apa.

"Cepat sembuh ma," doa Yuki tulus.

"Terima kasih sayang, titip Asher."

Tut panggilan ditutup.

Yuki menghembuskan napas panjang. Sementara Asher, Yuki lihat pria itu tersenyum smirk melihat raut wajahnya yang tidak bersahabat. Yuki melihat pria itu masih sibuk meneliti isi kamar Yuki yang sedikit berubah. Iya gadis itu menggeser meja belajarnya ke tempat lain, tempat di mana langsung menghadap ke arah jendela luar.

"Maaf Om, tolong keluar dari kamarku, aku mau istirahat," pinta Yuki datar.

Pria itu tersenyum lalu berkata ....

"Kamu tidak dengar pesan dari mama tadi?"

"Pesan apa?" tanya Yuki tidak mengerti maksud Asher.

Lagi-lagi Asher tersenyum menyeringai.

"Om ... jangan macam-macam," ancam Yuki yang melihat pergerakan tubuh Asher semakin mendekati dirinya, pria itu mengikis jarak.

"Aku ... akan mewujudkan keinginan mama," kata pria itu tersenyum.

Yuki mendelik seketika, raut ketegangan nampak jelas kentara di wajahnya.

"Aku akan sangat marah kalau kamu berani melakukanya," salak Yuki menatapnya galak. Gadit itu menyorot sengit pria di depannya, yang katanya suaminya itu.

"Kamu tidak bisa menolak aku, kita pasangan yang sah di mata hukum dan agama."

"Tapi aku tidak mau melakukan kontak fisik apa pun denganmu, aku benci kamu, aku tidak mau, aku mau bercerai," pekik Yuki semakin lantang memberontak.

Asher menggeram marah, rahangnya mulai mengeras, dan giginya bergmletuk siap menghancurkan apa saja di depannya. Sorot matanya tajam menghunus ke wajah gadis itu. Asher mencangkup dagu Yuki dengan kasar lalu mencium gadis itu dengan rakus.

Luruh sudah air mata Yuki di bawah tangisan sengatan waktu. Asher terdiam sejenak meliha gadisnya tergugu, seketika emosinya menghilang dan berganti sendu. Pandangan mereka saling bersirobok dengan buliran air mata yang masih menggenang di pipi putihnya.

Di usapnya perlahan air mata Yuki dengan jari-jari tangannya, lalu Asher menghembuskan napas kasar dan berjalan ke luar kamar tanpa kata-kata sedikit pun.

Tubuh Yuki sontak merosot ke lantai marmer. Gadis itu tergugu di tempatnya, memeluk lututnya untuk menopang wajah yang masih banjir air mata. Pundak Yuki berirama naik turun sesuai dengan intensitas tangisnya.

Lama gadis itu menangis, menangis karena ia benci, benci dengan sikap suaminya, benci dengan hidupnya dan benci dengan dirinya yang lemah. Perlahan Yuki berdiri menghapiri ranjang dan melelapkan matanya, berharap besok pagi menemukan bahagia.

Tok tok tok

Yuki terbangun karena bunyi ketukan pintu. Ia dengar bi Tami memanggil-manggil menyerukan namanya. Setengah malas gadis itu turun dari ranjang dan membukakan pintu.

"Non Yuki ... ditunggu sarapan di bawah Non. Non Zumi dan Tuan Asher sudah menunggu di meja makan."

"Iya bi, sebentar. Aku mandi dulu." Bi Tami mengangguk lalu keluar.

Yuki tidak peduli Asher dan Zumi mau menunggu sarapan atau tidak. Sengaja gadis itu berlama-lama mandi hampir setengah jam baru ia turun. Yuki lihat, Asher dan Zumi belum memulai makan paginya.

"Pagi Yuki ...." sapa kak Zumi manis. Madunya itu selalu bersikap lembut seperti itu, membuat Yuki semakin muak dan jengah.

"Pagi kak," jawab Yuki dengan senyuman yang terpaksa ia tampilkan.

Percuma saja Yuki bersikap ketus dan dingin, kak Zumi tetap dengan mode lembut dan ramah selalu.

Hah pantas saja Asher begitu mencintainya, Wanita itu selalu bersikap lembut.

Yuki lirik pria dingin di samping kak Zumi, ia terdiam saja. Tangannya sibuk memainkan ponsel.

"Mas mau sarapan pakai lauk apa?"

"Apa saja sayang ... ambilin secukupnya saja. Aku harus keburu ke kantor, menunggu orang yang tidak penting hanya buang-buang waktu," sindir Asher kesal.

Pria itu berbicara tanpa menoleh kepada Yuki, tapi ia yakin kata-kata itu ia tunjukan hanya untuknya.

Yuki sempat tercekat mendengarnya, berusaha menahan amarah yang mulai gemuruh di dada. Pria di depannya memang tidak punya perasaan dan sampai kapan pun tidak akan memahami perasaan untuk dirinya.

Setelah selesai sarapan pagi Asher langsung berangkat. Seperti biasa Zumi mencium tangannya dan Asher membalas dengan kecupan sayang di keningnya. Yuki sudah biasa melihat pemandangan itu, gadis itu sudah terbiasa diabaikan, perlahan rasa itu telah mati. Tergerus rasa kecewa dan sakit hati.

Sepeninggalan Asher berangkat kerja, Yuki langsung pergi ke kamarnya, beberapa menit kemudian kak Zumi masuk ke kamar adiknya setelah sebelumnya mengetuk pintu.

"Yuki ... kakak ganggu nggak?" seru perempuan itu menyembul dari balik pintu.

"Nggak kak, ada apa?" kata Yuki lirih, masih terfokus dengan kertas gambar di atas meja belajarnya.

"Wah gambar kamu bagus banget Ki, desain kamu keren," puji kak Zumi tersenyum lebar melihat pola yang telah ia buat.

"Ada apa kak, katanya mau ngomong?"

Zumi berdehem sebentar menetralisir tenggorokannya sekilas. Yuki menangkap wajah gugup dan khawatir pada diri kakaknya.

"Ki ... bisakah kamu mulai terbiasa dengan menyiapkan segala keperluan Asher," pinta perempuan itu dengan tatapan teduh.

Yuki terdiam, masih sedikit bingung dengan perkataan Zumi.

"Aku ada acara kantor ke luar kota, jadi aku akan menginap beberapa hari ke depan, tolong bantu keperluan Asher setiap harinya. Siapkan pakaian kantornya, sarapannya, dan keperluan yang lainya," mohon kak Zumi.

"Berapa lama kak," tanya gadis itu ingin tahu, ia merasa membantu keperluan Asher adalah ide yang buruk.

"Beberapa hari, aku titip Asher ya, pola makan dia sangat berantakan. Ku lihat dia juga banyak pikiran, aku yakin kamu bisa menghiburnya."

"Hah!"

Menghibur Asher. bad idea.

Terpopuler

Comments

Nurhasanah

Nurhasanah

aku kesel bgt sama Asher,, kabur aja sih, Yuki, sakit bgt aku baca y

2024-04-02

0

ibeth wati

ibeth wati

kok bisa ya Zumi blg AQ titip Asher ..sangat menyakitkan untuk Yuki yg posisinya sebagai istri pertama

2024-03-10

0

Amalia Khaer

Amalia Khaer

kyaknya Zumi sakit keras deh.

2024-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!