"Dika.. Nur... Ayu..." Panggil Nita dengan suara pelan karena ia tak ingin Fani terbangun.
"Ada apa bu?" tanya Dika penasaran.
"Kalian, ayo ikut ibuk ke warung, ada orang yang mau ketemu sama kalian." Nita melambaikan tangan nya ke arah mereka.
Dan mereka pun bergegas keluar rumah dengan wajah penuh tanda tanya.
"Nahh.. ini orang nya.." Nita menunjuk ke arah Dimas yang baru saja selesai melahap habis makanan nya.
"Om Dimas? " Ujar Dika kaget seraya mata nya melotot ke arah Dimas.
"Dika? Ya ampun kamu ganteng banget sekarang..." Dimas berdiri menghampiri Dika.
"Om kemana aja sih? Kita kangen tau." Dika memeluk Dimas dengan erat, ya bagi nya Dimas adalah sosok ayah yang selama ini ia rindukan.
"Maafin om yaa.. karena om nggak pernah ngabarin kalian."
Sementara Nurul dan Ayu hanya bengong dan heran melihat mereka.
Nurul tidak terlalu ingat siapa Dimas, karena dulu ia masih sangat kecil. Hanya sekilas saja ia ingat, kalau dulu ia punya seorang oom yang sangat baik. namun ia tidak tahu kalau Dimas lah orang yang membekas di ingatan nya itu.
Apalagi Ayu yang Dulu masih bayi,ia sama sekali tidak kenal dengan sosok Dimas. Namun ia tahu kalau itu adalah oom yang sering di ceritakan ibunya.
Dimas juga menyalami dua gadis yang sedari tadi bengong melihat nya.
"Kalian pasti udah lupa ya sama om? "
"hehehe.. " Mereka berdua hanya menyeringai sambil menyalami tangan Dimas.
Yang Dimas tahu Nurul adalah Fani,dan Ayu adalah Nurul. karena ia tidak ingat kalau dulu anak perempuan Nita ada 3 dan yang terakhir masih bayi. Jadi Dimas hanya ingat 2 anak perempuan Nita yang sering bermain dengan nya.
"Ini om Dimas yang sering ibu ceritakan sama kalian nak." Nita menjelaskan pada Nurul dan Ayu.
"ohhh... ini to om malaikat yang ibu bilang." Sahut Ayu dengan wajah polos nya.
Dimas yang mendengar itu hanya tersenyum sambil mengelus kepala Ayu.
"Bu.. saya numpang ke kamar mandi ya."
ujar Dimas sambil menggulung lengan kemeja nya.
"iyaa iyaa.. masuk aja, tapi ya gitu kamar mandi ibu belum berubah masih kaya kandang tikus." Nita tertawa kecil.
"Ahh.. ibu ini ada-ada saja.." Dimas pun masuk kerumah Nita.
-
-
Fani terbangun dari tidur nya karena kebelet BAK. Dengan pandangan mata yang masih samar-samar, iya perlahan berjalan ke arah kamar mandi yang tidak jauh dari kamarnya. Ia berjalan lunglai dengan tangan meraba dinding.
"hhoooaamm...." Fani menguap lebar sambil mengusap kedua mata nya.
Ia membuka pintu kamar mandi, masih dengan pandangan yang kabur ia melihat sosok pria bertubuh kekar sedang berdiri membelakangi nya. Pintu kamar mandi memang tidak bisa di kunci, jadi yaa siapa saja bisa membuka pintu itu dengan tiba tiba.
Dimas yang terkejut karena pintu nya tiba tiba terbuna langsung menoleh kebelakang. Ia terkejut bukan main saat mengetahui yang membuka pintu itu adalah wanita yang membuat nya terpesona saat di bandara tadi.
Fani mengusap mata nya untuk memperjelas penglihatan, dan saat ia melihat wajah Dimas, ia langsung berteriak kaget.
"AAaaaaaa..! " Fani berteriak keras sambil berlari ke warung ibu nya.
Disusul dengan Dimas yang buru buru menaikkan resleting celana nya.
"Heii..kamu gadis tas tadi siang kan? " Dimas menunjuk kearah Fani.
"Bapak ?! Ngapainapin bapak di rumah saya ? Bapak ngintilin saya kan! " Fani menuding pria berwajah bingung itu.
"Loh..? Ngintilin apaan, orang saya lagi pipis kamu kan liat sendiri tadi, mana main buka buka aja pintu nya." Ujar Dimas tak terima, namun ia tetap tenang.
"Ya itu maksut saya..! bapak ngapain pipis di rumah saya?" Fani semakin membelalak.
"Rumah kamu?" Dimas terkejut mendengar itu.
"Aduh aduh.. .. kalian ini baru ketemu kok malah ribut." Nita melerai mereka yang tengah adu mulut.
"Fani.. ini om Dimas, dia baru pulang dari luar Negeri. kamu masih ingat dia kan? " Ujar Nita kepada putri nya itu.
"Dimas, ini Fani yang kamu tabrak dulu dan sering kamu gendong gendong." lanjut nya lagi.
"hahhhh? "
"apaa..?"
Dimas dan Fani sama sama terkejut karena mereka sungguh tidak saling mengenali.
"Om Dimas yang itu? Yang orang kaya?" Fani membelalak kan mata nya karena tak percaya.
"Loh bukan nya Fani itu, dia buk? " Dimas menunjuk ke arah Nurul.
"Ya bukan, dia itu Nurul. Masa kamu lupa sama Fani ? "
"Nurul bukan nya yang itu buk? " Dimas masih dengan wajah tak percaya menunjuk ke arah Ayu.
"Dia yang dulu masih bayi merah om. yang sering nangis kalau om gendong." Sahut Dika sambil tertawa.
"Jadi ini beneran Fani? " Ujar Dimas sambil menaikkan sebelah alis nya. Ia tidak menyangka kalau gadis cantik yang membuat nya terperangah saat di bandara adalah keponakan kesayangannya.
"hahh .. masa iya om-om genit ini om Dimas? " Batin Fani sambil terus memandangi Dimas dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.
"Fani, ayo salaman dong sama om Dimas." Ucap Nita,
"hai om..." Dengan wajah terpaksa Fani menyalami tangan Dimas. Entah kenapa ia masih belum yakin, dan entah kenapa ia melupakan wajah Dimas. Padahal pria itu banyak berjasa dimasa lalu.
Mereka berdua terlihat canggung karena kesan pertama Fani pada Dimas adalah om-om genit, karena tatapan Dimas begitu menganggu bagi nya.
Sedangkan kesan pertama Dimas pun terlihat fak masuk akal, melihat Fani seperti langsung jatuh cinta pandangan pertama, tapi tak tahu nya itu adalah keponakan kesayangan nya dulu.
Di tambah kejadian di kamar mandi tadi membuat mereka semakin canggung dan malu satu sama lain.
"Sini keponakan om .." Dimas membawa tubuh Fani ke dada bidangnya. ia berniat mencair kan suasana canggung mereka. namun ia lupa bahwa Fani bukan lagi anak kecil, melainkan sudah jadi gadis dewasa.
Fani yang masih tidak percaya hanya bisa terdiam. Ia hanya ingat kebaikan Dimas, dan hari hari mereka bersama dulu, namun ia tidak mengingat betul wajah Dimas.
Setelah melewati beberapa drama pertemuan Fani dan Dimas, mereka pun mengobrol bersama di ruang lesehan yang berada di warung nya Nita.
Nita juga bertanya apakah mereka pernah bertemu sebelum nya, karena Nita heran melihat respon mereka yang seperti sudah bertemu.
Fani pun menceritakan pertemuan mereka yang tidak disengaja karena sebuah tas. Untung saja ia belum bercerita mengenai kesan buruknya, saat melihat Dimas di Bandara.
Dimas membagikan beberapa baju yang dibeli dari luar Negeri untuk mereka semua. Hanya Fani yang berbeda, entah kenapa Dimas malah membelikan Fani sepasang anting berwarna silver dengan permata kecil sebagai hiasan nya.
"wahh.. kak Fani pasti cantik pakai anting itu." Celetuk Nurul, membuat Fani semakin gugup.
"Terimakasih ya nak... ternyata kamu masih inget sama kita semua " Sekali lagi Nita terharu karena bertemu lagi dengan Dimas.
"Nggak semua, bukti nya om Dimas nggak inget sama Fani." ujar nya sedikit sewot sambil melirik ke arah Dimas.
"Karena om nggak tahu kalau kamu jadi secantik ini." Dimas dengan enteng mengatakan itu.
"heheh.." Fani jadi semakin grogi mendengar pernyataan Dimas tersebut, ia juga menyesal kenapa mulutnya malah nyeletuk seperti itu.
......*************......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
susi 2020
🤣🤣🤣😂😂😂
2023-04-10
0
susi 2020
🤣🤣🤣
2023-04-10
0
Berdo'a saja
😀😀😀😀😀😀
2022-08-02
1