"Jangan menangis! Jangan menangisi kesalahanku Nayura. Aku tidak mampu menahan rasa bersalahku"
Selama perjalanan pulang tidak ada yang berbicara, hanya terdengar sesekali suara navigator yang menunjukkan arah kembali ke kediaman keluarga Anderson.
saat memasuki gerbang utama, Yura sesegera mungkin menghapus sisa air mata nya dan seolah memaksakan wajah cerianya, tak ingin membuat papa dan mama nya nanti semakin khawatir.
mereka tiba tepat pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Pak Muchsin sudah menunggu kedatangan mereka di ruang tamu.
"Ya ampun nak, apa yang membuat mu pulang begitu lama? tidak biasanya kamu seperti ini nak". tutur pak Muchsin khawatir Krn ia tahu betul sifat dan karakter putri nya itu.
"Maafin Yura karena sudah buat papa khawatir, Yura ga akan mengulangi nya lagi pa". Sesalnya kemudian memeluk erat tubuh papa nya yang dibalas usapan lembut di kepala Yura.
"terima kasih nak Adnan sudah mau menjemput Yura dan maaf karena harus merepotkan nak Adnan". Sesal pak Muchsin.
"sama-sama pak. Senang bisa membantu. kalau begitu saya kembali ke kamar, permisi".
Adnan berjalan menaiki tangga. Ia sesekali menoleh kearah Yura yang masih bergelayut manja di lengan papa nya. Saat Yura melirik ke arah tangga, Adnan melemparkan senyum nya dan berlalu pergi.
"apa aku tadi terlalu kasar kepada kak Adnan?"
.
.
.
Yura masih terus setia berbaring dengan posisi tengkurap di atas tempat tidur, ia begitu mengantuk hingga hanya sempat membersihkan make up-nya dan tertidur tanpa mengganti gaun yang dipakainya semalam.
Mama Maharani masuk ke kamar Yura dan mengambil sebuah remot dan menekan salah satu tombol disana sehingga gorden kamar terbuka lebar. Cahaya terik matahari langsung masuk menerpa seisi kamar.
"Astaga ini anak gadis apa kebo? tidur pake tengkurap. mana belum ganti baju". gerutu Maharani sambil menggelengkan kepala.
"anak gadis mama, bukan kebo". sanggah Yura dengan suara serak khas bangun tidur.
"kalau gitu bangun dong sayang, udah mau siang! Ga takut apa nanti dapat jodohnya kakek-kakek"
"Amit-amit Ma. mama kok gitu sama anak sendiri?" ucap Yura dengan wajah memelas
"salah sendiri.., siapa suruh bikin khawatir semalam. Andaikan mama ga nemenin adik kamu yang masih sakit, udah mama jitak kepala kamu".
"Ampun Ma! Yura ga bakal ngulangin lagi" sesalnya dan memeluk manja mama mama nya sambil terus memohon untuk di maafkan.
"janji?"
"Janji bos, hehe"
"Ya udah mandi gih sana, bau!"
Kini Jesi sudah sedikit membaik namun sang mama masih melarang nya untuk bersekolah karena khawatir sang anak akan kembali drop.
Jesi memang memiliki tubuh yang lemah dan gampang sakit. Untuk itu Maharani dan suami nya selalu ekstra menjaga kondisi kesehatan putri bungsunya itu.
Yura kini menuju meja makan setelah selesai membersihkan diri. sementara pak Muchsin sudah berangkat ke kantor.
"Sepi sekali, pada kemana semua orang?" ucap Yura sambil memakan sarapannya. Ralat, makan siangnya. karena memang jam kini telah menunjukkan pukul 12.30 waktu setempat.
Yura melahap habis jatah sarapan yang ia jadikan makan siang itu sambil terus mencari keberadaan semua orang dari satu ruang ke ruangan lainnya. Hingga salah seorang art nya angkat bicara
"Nona muda mencari nyonya?"
"ia.., mama dimana?"
"Nyonya dan Nona kecil sedang di gazebo di taman belakang nona".
"oh ia, kok ga kepikiran nyari di sana?" sambil menirukan gerakan tepuk jidat
Mama Maharani dan Jessica sedang asyik memberi makan ikan-ikan di kolam yang tepat berada di bawah gazebo sambil sesekali bercanda ria.
Yura tersenyum melihat mama dan adiknya kemudian menghampiri mereka
"kamu udah mendingan dek?" tanya nya kepada Jesi sambil duduk di samping adiknya itu dan mengelus kepala nya
"Maafin kakak yang sedari kemarin ga ngejaga Jesi, jadi nya Jesi sakit deh". sesal Yura
Yura dan Jesi memang selalu sangat dekat. Bahkan Jesi terkadang lebih memilih di gendong oleh Yura ketimbang mama Maharani jika ia sedang lelah dan merasa kurang enak badan.
"Jesi maafin tapi kakak tetep dapat hukuman" tegas Jesi
"ia deh.. hamba siap menerima hukuman dari tuan putri Jesi". ucap Yura sambil membungkukkan badannya kepada Jesi.
"janji?"
"ia tuan putri, perintah tuan putri akan hamba laksanakan".
Maharani yang melihat tingkah kedua putrinya hanya bisa mengulum senyum. Ia sangat bersyukur memiliki Yura dan Jesica dalam hidupnya.
"Hukumannya Kakak harus bawa pulang OM TAMU kesini lagi!
"OM TAMU? siapa itu?" tanya Yura bingung sambil menggaruk kepalanya
"Om Tamu ya om Tamu kakak. pokoknya Jesi ngambek kalau kakak ga bisa bawa om Tamu pulang!"
Yura yang melihat tingkah adiknya hanya bisa menghela nafas pasrah. ia tahu kalau Jesi sudah menginginkan sesuatu pasti akan tetap kekeh sebelum keinginannya dipenuhi.
"Ma yang Jesi maksud siapa sih?"
"Siapa lagi kalau bukan nak Adnan. ini aja Jesi baru berhenti merengek sama mama minta om Tamu nya di suruh balik ke sini lagi. padahal nak Adnan baru kembali ke Indonesia pagi tadi". tutur Maharani lesu
Deg
"Kak Adnan udah balik tanpa pamit padaku? Segitu keterlaluan nya kah sikapku padanya semalam?" Batin Yura.
Tak ingin memperlihatkan raut kusedihan nya kepada mama nya, Yura kembali mencoba setenang mungkin dan berkata "Tumben Jesi mudah dekat sama orang?"
"Entahlah adik mu itu.. sejak jalan-jalan kemarin dia selalu gandengan tangan sama nak Adnan. mama aja sampe dikacangin".
"hehe". Yura yang mendengar keluh kesah mama nya hanya tersenyum, senyum yang dipaksakan.
Tapi jauh di lubuk hati nya, ia begitu sedih. Setelah sekian lama memimpikan dapat bertemu lagi dengan sosok yang sudah berhasil mengembalikan senyumnya disaat ia kehilangan kedua orang tua kandungnya dulu, malah ketika bertemu justru terjadi pertengkaran.
"Sayang, bolehkah mama tanya sesuatu"?
"ya boleh dong Ma, ada apa?"
"Apa kau sebelumnya mengenal nak Adnan?"
Jantung Yura kembali berdegup kencang. ia tak merespon pertanyaan dari mana nya itu. Yura kemudian menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Nak, apakah dia....?
"ia Ma... Dia orangnya". bulir bening seketika menetes dan membasahi pipi Yura
Maharani menarik Yura kepelukan nya. Diusapnya kepala putrinya itu dengan sayang. Yura membalas pelukan mama nya dan terus meneteskan air mata.
Maharani tentu tahu bagaimana kisah hidup putri nya itu. bagaimana Yura yang setiap waktu selalu memandangi gantungan kunci berbentuk gitar sambil menangis.
Bagi Yura, Adnan adalah cahaya yang menerangi gelap hati nya. Di saat ia tak punya siapa-siapa dalam hidupnya, saat ia kehilangan kedua orang terkasihnya, saat pamannya sendiri menelantarkan nya dan saat semua teman-temannya di panti mengucilkan bahkan membulli nya, hanya Adnan lah sosok yang mau menerimanya. menjadi teman sekaligus kakak baginya.
Saat Adnan tak lagi datang menemui nya, seketika itu Yura kembali merasakan kehilangan yang mendalam. ia sudah pernah kehilangan sebelumnya, tentu akan menjadi cambuk bagi nya jika harus kehilangan untuk yang kedua kali nya.
"Sayang nak Adnan menitipkan sebuah surat untukmu" ucap Maharani sambil menyodorkan sepucuk surat kepada Yura.
.
.
.
Sebuah mobil memasuki pekarangan rumah pak Sanjaya. Dengan sigap Bi Mina yang melihat mobil yang begitu familiar itu segera mendekat
"Assalamualaikum Bi"
"Waalaikum salam Den Adnan. Bibi kangen Aden udah lama ga kesini".
"ia Bi, Adnan lagi banyak kerjaan. ini oleh-oleh buat Bibi sama yang lain." sambil menyodorkan beberapa paper bag. " Oh ya, Umi ada?"
"Makasih Den..., Nyonya ada di Kamar nya.... Nya...,nyonyaaaa.., Den Adnan pulang". teriak Bi Mina dengan semangatnya.
"ia ia bi... saya kan tidak tuli bi, jangan teriak-teriak dong! ucap Umi Marwah yang langsung ke ruang tamu menghampiri Andan. Adnan kemudian mencium tangan umi nya lalu merebahkan diri di sofa dan menyandarkan kepalanya.
"hehehehe maaf Nya, saking senengnya bibi jadi kelewat semangat. ya udah bibi ke dapur dulu nyiapin makanan sekalian ngasih ini ke yang lain" ucap Bi Mina memperlihatkan paper bag yang diberikan Adnan kemudian berlalu pergi.
"tumben ingat pulang? Umi kira kamu sudah lupa sama umi?" sindir Umi Marwah
"Umi mau balas dendam yah?" ucap Adnan yang memang baru sempat pulang setelah beberapa waktu selalu menghindari Umi Marwah lantaran sang ibu selalu berusaha menjodohkan putranya itu.
"Sayang..., kangen..., ummuuuaachh.., belajar dari mana itu? tanya umi Marwah yang masih berbau-bau sindiran
"hahaha..." Adnan tiba-tiba tertawa lepas.
"nak.., kamu sakit? apa salah minum obat? barusan kelihatan lesu, sedih, sekarang ketawa. Umi antar ke psikolog yah! masa ganteng-ganteng gila"
"Wah... umi mau ngajak perang nih. ya udah ah.., oleh-oleh buat umi Adnan kasih ke Bi Mina aja semuanya". ancamannya
"mau jadi anak durhaka kamu".
"Hehe ampun Umi, Adnan kan cuma becanda. sambil mendekat dan memeluk umi nya. "Adnan minta maaf karena ditelpon kemarin Adnan sempat ngerjain umi"
"kemarin itu umi kira kamu udah gila nak lantaran ga nikah-nikah"
"Tega banget umi kira Adnan gila, Adnan masih waras lah umi. Adnan kemarin cuma ngerjain gadis yang Adnan su..." ucapan Adnan terpotong. "Mampus, aku keceplosan".
"Gadis..., Gadis apa? gadis yang mana? Jangan-jangan di Singapure kamu bukan memenuhi undangan klien, tapi malah ketemu sama seseorang? kamu bohongin umi? jawab dong!"
Begini lah umi Marwah kalau sudah menyinggung tentang perempuan. apalagi yang akan menjadi pendamping hidup putranya kelak. ia menghujani Adnan dengan begitu banyak pertanyaan.
"Nah Umi mulai kan kepo nya... Adnan emang ke sana emang memenuhi undangan rekan bisnis Adnan Mi. masa Adnan bohongin Umi sih"
"terus gadis apa yang kamu maksud?"
"Hemmmm.., Adnan akan ngasih tau ke Umi detailnya saat waktunya tepat. jadi Adnan mohon umi ga lagi ngejodoh-jodohin Adnan lagi yah!" pinta Adnan dengan nada manja nya
"Tapi kapan sayang? umi sama ayah mu sudah tidak sabar mau punya cucu. Jeng-Jeng teman arisan Umi sudah banyak yang punya, tinggal umi yang belum". ucap umi Marwah sedih.
"Insya Allah umi akan dapat cucu. Doa' in Adnan ya Mi!" ucap Adnan sambil mengeratkan pelukannya.
tak dapat Adnan pungkiri, ia sebenarnya cukup pesimis, apakah ia mampu memenangkan hati Yura. Di tambah lagi Yura yang sepertinya masih enggan memaafkan nya.
.
.
.
************************
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Ya bagaimana mau tau isi hatinya kalau saat bertemu justru ngisengin bilang kamu udah nikah walaupun itu jawabannya samar2
2022-01-25
0
ciby😘
kak folback dong...pliiisss
2021-11-23
0
ciby😘
terharu thorrr...liat kedekatan adnan sama uminya
2021-11-23
5