Yura melempar tas ransel yang dipakai nya ke atas tempat tidurnya kemudian ikut berbaring di sana. Saat melihat gantungan kunci yang diberikan Adnan, Yura seketika meneteskan air mata.
"Aku sangat senang bertemu dengan mu kembali kak. seperti sebuah mimpi bisa melihat mu lagi. Tapi..." Air mata nya semakin deras mengalir di wajah cantiknya.
Yura membenamkan wajahnya di bantal dan menangis sejadi-jadinya.
Gawai Yura berbunyi beberapa kali namun ia tak memperdulikannya. Sepertinya yang menelponnya pun tidak menyerah begitu saja. benda pipi itu terus saja berdering sehingga Yura sedikit terganggu dan memutuskan untuk mengangkat nya.
"Akhirnya di angkat juga. kamu sudah siap-siap belum? Bentar lagi aku sama Cindy nyampe rumah kamu nih" tanya diseberang
"Siap-siap buat apa an" jawab Yura malas
"Hi, wake up baby.. kamu lupa kita bakal ke acara Daniel?
"Oh my God.., sorry I forgot".
"kebiasaan. ya sudah siap-siap sana!"
Seandainya Cindy tidak menghubungi nya Yura pasti lupa jika malam ini Daniel mengundang mereka ke acara pesta ulang tahun nya. Yura tampak sedikit berpikir, sejujurnya ia enggan untuk pergi namun mengingat apa yang terjadi sore tadi membuatnya berubah pikiran. Yura berharap dengan sedikit menikmati pesta bisa menghibur hati nya.
Mobil Cindy memasuki area rumah keluarga Anderson setelah seorang security membukakan mereka gerbang.
Cindy dan Shima terlihat cantik dengan gaun yang mereka kenakan.
saat memasuki rumah, mereka disambut oleh mama Maharani dengan senyum ramahnya.
"wah kalian cantik sekali malam ini, memangnya ada acara yah?"
"ia aunty, teman kampus kami ulang tahun. kami datang sekalian mau bareng sama Yura". ucap Shima
Pak Muchsin pun ikut bergabung dengan mereka setelah mendengar kedatangan ke dua sahabat Yura tersebut. Cindy dan Shima memang sudah sangat akrab dengan keluarga Anderson. Sehingga baik Maharani maupun suaminya tidak mempermasalahkan jika Yura pergi dengan mereka berdua asal jelas saja tujuan nya.
Adnan yang telah menyelesaikan shalatnya dan tadi sempat mengecek email yang dikirim Unni pun turun ke bawah.
Saat melihat Adnan menuruni tangga, mata Cindy dan Shima tak pernah berkedip. Adnan yang di tatap seperti itu hanya memperlihatkan ekspresi datar bahkan terkesan dingin.
Melihat ekspresi wajah Adnan yang biasa saja membuat Muchsin sedikit tersenyum.
mereka pun berkumpul di ruang tamu sambil menunggu Yura. Pak Muchsin saat ini tengah berbincang-bincang dengan Adnan perihal pekerjaan mereka sedangkan Shima dan Cindy sibuk saling tunjuk menyuruh sama lain untuk mengutarakan pertanyaan siapa gerangan pria tampan yang berada di sebelah pak Muchsin tersebut.
"Kalian kenapa?" tanya Maharani penasaran dengan tingkah kedua sahabat putrinya
"hehe.., maaf aunty siapa yah cowok ganteng itu?" tanya Cindy malu-malu sambil mengarahkan pandangan nya ke Adnan.
"Oh Nak Adnan. Dia rekan kerja papa nya Yura."
"oh gitu.., apa dia nginap disini yah aunty?".
Sebelum berhasil menjawab pertanyaan Cindy yang seperti nya tidak akan habis itu, kepala pelayan keluarga Anderson pun datang menghampiri mereka dan menyampaikan bahwa makan malam telah siap.
Maharani pun mempersilahkan tamu-tamu nya untuk ke meja makan. Saat semua orang hendak berdiri, Yura muncul dengan gaun berwarna dusty rose. Warna yang memberi kesan tegas dan sensual namun berkelas dengan rambut yang dibiarkan tergerai membuat semua yang melihat nya berdecak kagum.
Adnan sampai melotot sempurna melihat penampilan Yura. Tubuhnya seketika panas dingin apalagi saat gaun yang dikenakan Yura agak sedikit terbuka di bagian leher namun masih terkesan sopan. cepat-cepat Adnan mengucap istighfar dalam hati dan menundukkan pandangan nya.
Yura terlihat sangat cantik dan anggun. namun akan lebih baik jika ia hanya akan memperlihatkan kecantikannya itu kepada yang berhak melihatnya saja, batin Adnan.
Adnan begitu tidak rela jika semua pria bebas menikmati keindahan itu nantinya. ia berpikir keras bagaimana cara nya agar Yura tak pergi dengan penampilan seperti itu.
Yura melihat Adnan selalu menundukkan pandangan nya membuat nya salah paham dan sedikit kecewa. ia merasa Adnan seperti tidak tertarik dengan penampilan nya.
"Kak Adnan memang sudah bukan kak Adnan yang dulu lagi. Melirik kearah ku saja dia enggan". Batinnya
"ayo kita berangkat!" ucap Yura kemudian kepada kedua sahabatnya
"aunty, uncle, cogan kami pergi dulu ya" ucap Shima
"Loh kalian ga makan dulu sayang?" tanya Maharani
"Kan mau ke pesta aunty, kami disana pasti dikasi makan kok,hehe". jawab Cindy
"ia juga yah"
Mereka bertiga pun akhirnya pergi. Adnan masih sibuk dengan lamunannya hingga panggilan pak Muchsin akhirnya membuat Adnan tersadar.
"Nak Adnan..., Nak Adnan. Ayo kita makan dulu!" ucapnya sopan
"Ah, yah.., maaf-maaf, mari pak!"
Mereka pun kemudian ke meja makan bersama dan menikmati hidangan makan malam dengan penuh hikmat.
setelah menyelesaikan makannya. Maharani kemudian ke kamar Jesica untuk memeriksa apakah ia telah menghabiskan makanannya dan membacakan cerita putri kecilnya itu. sudah menjadi kebiasaan bagi Jesi kecil jika sedang sakit ia akan meminta mama nya untuk membacakannya cerita.
Sedangkan Adnan dan pak Muchsin melanjutkan pembicaraan mereka tentang pekerjaan.
"oh ya nak Adnan besok apa benar akan balik"?
"ia pak, saya tidak bisa lama-lama meninggalkan pekerjaan saya. Ada banyak berkas penting yang harus saya tanda tangani.
"Padahal saya masih ingin mengajak nak Adnan untuk berkeliling. Masih banyak tempat yang belum saya tunjukkan ke nak Adnan".
"Mungkin dilain kesempatan pak. Saya sudah cukup puas seharian ini".
.
.
.
kini jam telah menunjukkan pukul 22.15 waktu setempat. Adnan yang sedari tadi terus melirik ke arah jam tangannya dengan perasaan gelisah pun tak bisa tidur. Entah sudah berapa lama Ia berguling ke kiri dan ke kanan di kasurnya.
Adnan kemudian memilih duduk di atas kasur sambil mengacak-acak rambutnya. ia begitu stres karena menurutnya ini sudah sangat larut dan seorang gadis masih saja berada di luar rumah.
Adnan POV
Ah... sial, aku tidak akan tenang jika Yura belum kembali juga. Bisa-bisa nya seorang gadis seperti nya keluar rumah sampai selarut ini.
Apa sebaiknya aku bertanya ke pak Muchsin di mana rumah temannya yang berulang tahun itu?
Aku kemudian turun ke bawah, ternyata sudah ada pak Muchsin yang juga sepertinya mulai gelisah karena tidak biasa nya Yura pergi hingga selarut ini.
"Halo sayang, kamu di pesta nya masih lama yah? ini sudah hampir tengah malam loh nak. Apa papa jemput kamu?" terdengar suara yang begitu ramai di seberang
"Ga perlu pa! Yura bakal balik kok sebentar lagi". ucap Yura dengan suara yang agak keras takut papa nya tak mendengar lantaran kebisingan.
"Ya sudah, hati-hati sayang!"
Aku kemudian mendekat ke arah Pak Muchsin. Dia yang melihat ku tampak gelisah pun sepertinya merasa penasaran
"Nak Adnan belum istirahat?"
"saya belum mengantuk pak".
"Kalau begitu apa nak Adnan bisa bermain catur? tanya nya pelan, mungkin takut menyinggungku
"bisa sedikit pak"
Pak Muchsin tersenyum ramah kepadaku dan mengajakku ke ruang tamu untuk bermain catur. tak lupa ia memerintahkan salah seorang asisten rumah tangga nya untuk membawakan kami kopi dan beberapa cemilan.
kami sudah bermain selama tiga ronde. Sesekali aku melirik jam disela-sela permainan kami. ternyata sekarang sudah pukul 23.55 waktu setempat.
"saya menyerah nak Adnan, ini sudah ke tiga kalinya salah kalah". ucap pak Muchsin pasrah
aku hanya tersenyum kikuk mendengar penuturannya. jujur saja saat ini hatiku begitu tidak tenang.
kulihat pak Muchsin kembali menghubungi Yura namun sepertinya tidak ada jawaban. ia bahkan menghubungi Yura beberapa kali namun nomornya kini justru tidak bisa dihubungi.
pak Muchsin kemudian terlihat menghubungi Shima namun nihil. tidak ada jawaban juga.ia seketika menjadi begitu khawatir.
Ia terlihat menelpon salah seorang kepercayaan nya untuk mencari tahu keberadaan Yura dan teman-teman nya.
Hanya butuh belasan menit, terlihat ada notifikasi pesan masuk ke gawai pak Muchsin dan terlihat sebuah alamat yang menunjukkan lokasi yang kutahu adalah lokasi keberadaan Yura saat ini.
"Maaf pak jika saya lancang, tapi bolehkah saya yang menjemput Yura? tanya ku pelan takut menyinggung perasaan nya
Pak Muchsin terlihat berpikir sejenak
"Anda tidak perlu khawatir, saya akan pastikan Yura pulang dengan selamat pak". tutur ku mencoba menyakinkan nya
"ya sudah nak, maaf jika harus merepotkan mu larut malam begini. lagipula nanti Yura akan merasa malu jika saya yang harus menjemputnya".
Aku mengerti perasaan pak Muchsin. di satu sisi dia juga pasti khawatir dengan keselamatan putrinya. namun di sisi lain dia juga ingin menjaga nama baik putrinya.
Aku kini tengah berada di jalan sambil terus mengamati lokasi yang tadi diberikan oleh pak Muchsin. sekitar 30 menit kurang lebih aku sampai di tujuan. Dari dalam sebuah villa yang terlihat mewah tersebut terdengar suara yang begitu riuh.
Author POV
Adnan memasuki vila dan mencoba mencari keberadaan Yura. banyak pasang mata yang menatap ke arahnya dengan tatapan menggoda. Tak sedikit dari merak yang mulai mendekati Adnan dan menyodorkan minuman beralkohol,namun tak Adnan gubris.
Sikap Adnan yang dingin dan tidak memperdulikan rayuan dari beberapa gadis yang mencoba mendekatinya dilihat oleh Cindy. ia kemudian mendekat ke arah Adnan yang kini berdiri tak jauh dari tempat nya.
"Hi cogan, kenapa kamu disini? nyari in aku yah?" ucap Cindy dengan mulut yang berbau alkohol
"maaf, jangan menyentuh ku!" titah Adnan tegas yang sukses menciutkan nyali Cindy untuk menggoda Adnan
Adnan terus mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk mencari keberadaan Yura. ia Akhirnya sedikit bernafas lega saat melihat Yura tengah duduk termenung di sisi kolam renang namun sepertinya ada seorang pria yang terus mengganggu nya disana
"Ayo lah Ra, segelas saja".
"Tidak.. aku tidak suka dengan alkohol Daniel" ucap Yura tegas. namun bukan Daniel nama nya jika ia menyerah begitu saja
"Come on baby.., hanya seteguk saja!" Paksa nya
"Kalau Yura bilang tidak mau jangan di paksa"! tutur Adnan tegas
"Hai kamu siapa?". Bentak Daniel
"Aku kakaknya. Jangan pernah berbuat tidak sopan dan menawarkan minuman haram itu kepadanya atau kau akan merasakan akibatnya". Ucap Adnan tak kalah tegasnya dan menarik tangan Yura keluar dari tempat menjijikan itu.
Daniel hendak menyusul namun dengan sigap gadis-gadis mulai berkerumun dan bergelayut manja membuatnya tak bisa kemana-mana
Adnan terus saja menarik tangan Yura hingga ke parkiran dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil.
Merasa sudah cukup jauh dari vila, Adnan kemudian menghentikan laju kendaraan nya. Ia menatap Yura sejenak dan beralih menggapai jaket yang ia bawa dan menutupi tubuh Yura. Yura tak habis pikir mengapa Adnan sampai jauh-jauh menjemputnya dan memperlakukannya seperti ini.
"Kumohon jangan keluar rumah lagi dengan pakaian seperti itu!" mata Adnan mulai berkaca-kaca yang membuat Yura tidak tahu harus merespon seperti apa.
Mengingat bahwa Adnan dulu pernah berbohong dan mengingkari janji nya membuat Yura mulai merasa marah. apalagi mengetahui fakta Adnan telah menikah semakin membuat Yura tak lagi bisa menahan emosi dan air mata nya.
"Apa perduli kakak? aku selama ini terus menunggu kakak seperti orang bodoh, berharap kakak akan datang. Namun kakak tidak pernah berusaha menepati janji kakak".
Tangis Yura pecah seketika. ia sudah membendung perasaan kecewa itu begitu lama.
.
.
.
********************
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ciby😘
good yura...akhirnya diungkapkan juga kekecewaAn nya😊😊😊
2021-11-23
12