"Bagaimana kabarmu Nayura, apa kau masih mengingatku?"
Lagi-lagi tak ada jawaban oleh yang ditanya. Yura benar-benar diam mematung. Seperti sebuah mimpi ia bisa melihat Adnan lagi setelah sekian lamanya.
Gawai Yura kemudian berbunyi dan menyadarkan Yura dari lamunannya. Tertulis nama papa disana
"Halo Pa.. papa kok lama?" gerutu Yura
"maaf sayang, papa sama Mama terpaksa pulang duluan yah sayang. Adik kamu sakit perut. Mungkin salah makan tadi".
"Jadi gimana dong sekarang? apa Yura pulang juga kalau gitu?"
"Eh jangan pulang dong sayang! temenin tamu papa jalan-jalan ya sayang! please.."! ucap pak Muchsin dengan nada memohon
"Kok mesti Yura sih pa?" ucap Yura tak terima
"lalu siapa dong sayang? dia tamu penting papa loh nak, dia juga rekan bisnis papa. papa yang ngajakin dia kesini, masa ia Yura tega bikin papa malu"
Yura sudah kehabisan kata-kata mendengar penuturan panjang lebar papa nya. Yura tidak mungkin tega jika harus membuat papa nya nanti malu. mau tidak mau ia harus menemani Adnan jalan-jalan kali ini.
"Ya udah ia".
"gitu dong sayang, papa tutup dulu yah".
Saat Yura sedang fokus berbicara dengan papa nya di telpon, Adnan justru mencuri pandang ke arah Yura. Ia begitu takjub saat melihat Yura yang kini telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
"Ya Allah, sungguh indah ciptaan Mu". batin Adnan.
Senyum Adnan pun seketika mengembang sempurna saat ia melihat sesuatu yang ia kenali tengah menggelantung di ransel kecil yang Yura pakai.
Itu gantungan kunci berbentuk gitar dengan ukiran huruf 'A' pemberian nya. Ternyata Yura masih menyimpan nya hingga kini.
Yura yang telah selesai menelpon pun menarik nafas panjang kemudian berkata
"papa, mama sama Jesi sudah balik duluan. Jesi lagi sakit perut jadi saya yang diminta papa untuk menemani Anda untuk berkeliling".
"Saya..., anda...., formal sekali. tapi lucu, melihat mu bertingkah seperti ini aku jadi gemas Yura. Hmmm tak apa lah jika itu maunya, lebih baik ku turuti saja dulu". batin Adnan
"Ya sudah ayo kita lihat-lihat kampus kamu"! ucap Adnan dengan santai nya.
Yura yang memang ditugaskan oleh papa nya untuk menemani tamu nya itu pun hanya bisa pasrah.
Yura mulai memperkenalkan kampus nya kepada Adnan.
Area kampus yang luasnya sampai 150 hektar itu mampu menampung fasilitas seperti; gedung akademik, gedung penelitian dan administrasi, asrama mahasiswa, dan gedung olahraga ditambah adanya fasilitas rekreasi membuat NUS sebagai tujuan wajib bagi wisatawan yang berkunjung ke Singapura.
(sumber: google)
Detail demi detail Yura jelaskan satu persatu. Adnan pun manggut-manggut mendengar penurutan Yura sambil sesekali tersenyum melihat Yura.
"Cantik".. kata itu lolos dari bibir manis Adnan dan masih bisa di dengar oleh Yura
"Anda tadi bilang apa?"
Yura sebenarnya mendengar apa yang dikatakan oleh Adnan. Hanya saja ia berpura pura tidak mendengar apa-apa.
Adnan pun merutuki dirinya sendiri karena tanpa sadar mengeluarkan kata itu.
"Kok bisa keceplosan sih"🤦
Setiap pasang mata yang melihat mereka berjalan beriringan memasang wajah cemburu. Namun ada juga yang berbinar melihat Yura dan Adnan. katanya mereka adalah pasangan yang sangat serasi.
Daniel yang melihat Yura begitu dekat dengan seorang lelaki yang tidak ia kenal pun merasa marah. ia mengepalkan tangannya dan menatap tajam ke arah Adnan.
"Siapa pria itu? berani-beraninya ia mendekati Yura". Batin Daniel.
Daniel hendak menghampiri mereka namun segera dicegah oleh teman-temannya. Mereka mengingatkan Daniel tentang karakter Yura yang seketika langsung ilfil kepada pria yang pemarah dan tidak sabaran.
Daniel pun mengurungkan niatnya itu. ia kemudian melampiaskan kemarahannya dengan meninju tembok yang ada didekatnya hingga tangannya mengeluarkan darah.
Teman-teman Daniel yang melihat nya langsung menarik paksa Daniel menjauh. takut sesuatu yang lebih parah terjadi.
Adnan dan Yura yang sudah puas berkeliling akhirnya kembali ke pekarangan kampus. mereka pun duduk di bawah pohon yang rindang.
Lagi-lagi hening. Tak ada yang memulai pembicaraan. setelah beberapa menit terdiam, Yura Akhir nya memberanikan diri angkat bicara
"Anda benar adalah rekan bisnis papa"?
"ia.., perusahaan kami menjalin hubungan kerja sama". jawab Adnan jujur
"Apakah Anda sudah menikah"?
Kata-kata itu lolos seketika dari bibir Yura tanpa ia sadari. Ingin rasanya ia berlari dan bersembunyi di lubang semut saking malu nya.
Adnan yang mendengar pertanyaan itupun berbalik menatap Yura dengan tatapan yang sama sekali Yura tak bisa artikan.
Mata mereka seketika bertemu, namun secepat kilat Yura kembali mengalihkan pandangannya.
Adnan tersenyum melihat tingkah Yura yang seperti itu, sangat lucu dan menggemaskan menurutnya.
Muncullah ide jahil di kepala Adnan untuk mengerjai Yura. Adnan ingin melihat bagaimana perasaan Yura kepadanya. ia pun berpura-pura memasang wajah datar kemudian berkata
"Kenapa kau bertanya tentang status ku, apa kau begitu penasaran?"
"Tidak.., tentu saja tidak. saya hanya sekedar bertanya saja".
"kalau ia kenapa?"
Deg
Seperti ada sebilah pisau yang menyayat hati nya. Terlebih lagi Adnan yang seperti nya mengakui bahwa ia benar telah menikah.
"Apa ini.., perasaan seperti apa yang ku rasakan ini?" batin Yura.
.
.
.
Ketika hendak menjelang Magrib, Adnan dan Yura kembali ke kediaman keluarga Anderson menggunakan mobil Yura.
Selama di perjalan tidak ada yang membuka suara. Adnan tak berani lagi menegur Yura, apalagi dengan melihat raut wajah Yura yang datar se datar tembok.
Kali ini gawai Adnan yang berbunyi. Adnan tersenyum saat melihat Umi Marwah yang menelponnya. Ia kembali ke mode jahilnya. Apa lagi kalau bukan hendak mengerjai Yura.
"Assalamualaikum nak" sapa umi Marwah
"Waalaikum salam sayang, kamu sehatkan?" tanya Adnan
Umi Marwah yang mendengar panggilan sayang putranya itu mengerutkan keningnya dan menatap ponselnya. Takutnya salah nelpon orang.
"ini kamu kan nak, Umi ga lagi salah nelpon orang kan?" bukannya menjawab pertanyaan Adnan, umi Marwah malah balik bertanya.
"Kamu ga salah orang sayang, ini aku kok. kenapa nelpon Hem, kangen yah?"
sekali lagi umi Marwah kaget bukan kepalang. "Ya Allah ada apa dengan putra ku? Apa yang terjadi dengannya di sana sampai-sampai bertingkah seperti ini" lirih nya yang masih bisa di dengar oleh Adnan.
Adnan pun kembali melancarkan aksi nya
"Udah ga usah cemberut gitu dong sayang, aku juga kangen tau. besok siang aku balik. sabar ya! ummuuuaachh".
Umi Marwah sontak memutuskan panggilan telepon sepihak tanpa mengucapkan salam lagi. ia melemparkan benda pipih itu ke sembarang arah dan bergidik ngeri.
Ingin rasanya Adnan tertawa sekeras-kerasnya karena sudah menjahili dua orang wanita yang sangat penting dalam hidupnya itu.
Ditambah lagi raut wajah Yura yang sudah seperti cucian baru diperas semakin membuat Adnan senang.
Sebenarnya dari tadi Yura sudah memasang antena nya. ia dengan seksama mendengarkan perbincangan Adnan dengan seseorang yang ia duga adalah istrinya.
"Haha.., ternyata seru juga ngerjain mereka. Maafin Adnan ya Umi". Batin Adnan
"Yang tadi menelpon istri Anda?" tanya Yura tiba-tiba
mendengar pertanyaan itu, hati Adnan bersorak ria..
"Kalau ia kenapa"?
lagi-lagi jawaban ambigu yang semakin membuat Yura kesal.
Mobil pun memasuki halaman rumah mewah yang berada tepat di kompleks perumahan elit. Yura yang turun dari mobil seketika langsung melempar kunci mobilnya ke arah salah seorang security dan berlalu pergi masuk ke dalam rumah tanpa memberi salam atau pun menyapa papa nya yang sudah memasang senyum menyambut mereka.
Adnan yang juga baru turun dari mobil pun saling pandang dengan pak Muchsin.
"Ada apa dengan Yura nak Adnan?" tanya nya penasaran
"Entahlah pak, saya juga tidak tahu"?
Pak Muchsin kemudian mengajak sang tamu masuk dan berbincang sejenak di ruang keluarga.
"Saya minta maaf nak Adnan karena tadi tiba-tiba saja pergi tanpa memberi tahu nak Adnan. semoga saja Yura menemani anda berjalan-jalan dengan baik".
"Tidak apa-apa pak. saya justru berterima kasih kepada bapak"
"Maksud nak Adnan"?
.
.
.
Pukul 18.10 waktu setempat Adnan melaksanakan shalat Magrib setelah selesai membersihkan dirinya. Adnan memanjatkan doa begitu lama. ia mencurahkan segala perasaan nya dalam setiap doa-doanya. Adnan percaya bahwa Allah telah mempersiapkan Skenario hidup yang indah untuknya.
.
.
.
******************
Bersambung
Author minta maaf jika informasi yang author berikan ada yang keliru di part ini.
terutama yang membahas tentang NUS.
Sungguh tidak ada maksud apa-apa...🙂🙏
Semoga readers menikmati karya author yang tidak seberapa ini.🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ciby😘
🤣🤣🤣😅😅😅😅😅😅uminya ampek bingung
dasar adnaa....n🤣🤣🤣🤣🤣
2021-11-23
5