Adnan terdiam mematung mendengar nama yang selama ini ia rindukan disebut. Nama yang selalu ada di setiap sujud nya.
Selama ini Adnan terus menutup diri dari dunia. ia bahkan tidak melewati masa muda nya layaknya remaja lain pada umumnya. yang ia lakukan hanyalah fokus pada pendidikan dan pekerjaan nya saja.
"Ya Allah, bagaimana ini? Bagaimana jika anak pak Anderson itu benar adalah dia? Apa yang harus kulakukan ya Allah? Apa yang harus kukatakan padanya? harus ku mulai dari mana semua nya? Aku belum siap bertemu dia".
Semua pertanyaan demi pertanyaan itu muncul di benak Adnan. Sampai nyonya Anderson mempersilahkan Adnan untuk beristirahat di kamar yang ia sudah persiapkan untuk tamu penting suami nya itu.
"Nak Adnan silahkan beristirahat terlebih dahulu, kami sudah siapkan kamar khusus untuk nak Adnan. Semoga nak Adnan suka, mari saya Antar ke lantai dua!" ucap Maharani sambil mengarahkan Adnan menuju ke kamar yang ia maksud, di temani oleh sang suami dan putri kecil mereka Jesica. Koper yang Adnan bawa pun hanya satu dengan ukuran yang tidak terlalu besar. kemudian koper tersebut di ambil alih oleh asisten rumah tangga pak Anderson yang juga mengikuti mereka menuju kamar Adnan.
Adnan masuk ke kamar nya, kamar yang cukup besar dan terbilang mewah.
"Silahkan beristirahat nak Adnan". ucap Maharani dengan senyum ramahnya
"terima kasih nyonya".
Adnan kemudian membersihkan diri dan melakukan shalat Dzuhur. setelah itu ia berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya.
Dari luar terdengar suara ketukan pintu memanggil nama nya.
"Permisi nak Adnan, boleh saya masuk?" ucap pak Muchsin
"Silahkan pak".
"Mari kita ke bawah! istri saya sudah mempersiapkan jamuan untuk nak Adnan" ucap pak Muchsin dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya. ia begitu senang setelah rekan bisnis nya itu benar-benar datang memenuhi undangannya.
"baiklah pak!" sambung Adnan
Adnan menuruni tangga dengan perasaan was-was. ia pun celingak-celinguk seperti seorang maling sedang mencari sesuatu.
Adnan begitu takut jika di meja makan nanti ia akan bertemu dengan putri sulung Anderson itu.
Setelah berada di lantai dasar dan menuju ruang makan, Adnan akhirnya bisa bernafas lega, ternyata yang ia takutkan tidaklah terjadi. yang berada di meja makan berukuran besar itu hanya nyonya Anderson dan putri kecil mereka yang sedang menunggu kedatangan Adnan serta seorang kepala asisten rumah tangga yang berdiri di samping meja makan bersiap-siap jika sang majikan membutuhkan sesuatu.
Di meja makan sudah tersedia begitu banyak menu yang berbeda. Adnan sampai dibuat bingung harus memilih yang mana.
"Om Tamu makan yang banyak biar cepet gede!" coloteh Jesica kecil dengan suara cemprengnya.
"ia..., Om Tamu akan makan yang banyak. oh ya nama kamu siapa?" tanya Adnan
"nama aku Jesica om" sambil cengengesan memperlihatkan deretan gigi nya yang terlihat sudah ada yang ompong disana.
"Silahkan Silahkan menikmati nak Adnan! Jesica kamu diem ya sayang supaya Om Adnan nya bisa makan dengan nyaman. ucap Maharani!
"oke mama".
Meski tinggal lama di Singapore, keluarga Anderson masih tetap setia menggunakan bahasa Indonesia. Hanya sesekali mereka akan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing, itu pun jika lawan bicara mereka sama sekali tidak mengerti dengan bahasa Indonesia.
Disaat mereka mulai menikmati makan siang, suara mobil pun terdengar memasuki halaman rumah keluarga Anderson.
salah satu art pun bergegas membuka pintu utama dan menyambut kedatangan seseorang disana.
Adnan seketika menghentikan makannya. jantungnya kini serasa memaksa untuk meloncat keluar saking gugupnya. keringat dingin mulai terlihat menetes dari pelipis pria yang selalu berhasil membuat wanita bertekuk lutut dengan ketampanannya yang di atas rata-rata itu.
"semua orang dimana Bi', kok sepi?
"lagi di meja makan nona, disana sedang ada tamu tuan besar. Ganteng banget"
"ya udah deh Yura langsung ke kamar aja".
"Loh, Nona ga gabung buat makan siang"
"males ah Bi' ketemu sama orang asing. lagian Yura udah makan kok tadi bareng Shima dan Cindy.
Yura pun naik ke lantai dua kamarnya. Asisten rumah tangga yang tadi membukakan Yura pintu pun kemudian berlalu hendak ke dapur namun saat melewati meja makan ia di cegah oleh Maharani
"Siapa Bi?"
"Nona muda, Nyonya"
"kok ga gabung?"
"katanya udah makan tadi bareng Non Shima dan Non Cindy. Nona muda sekarang di kamarnya nyonya. Kalau tidak ada lagi saya permisi nyonya".
Adnan yang mendengar penurutan Art tadi lagi-lagi bisa bernafas lega.
"lama-lama disini bisa-bisa aku kena serangan jantung". Batin Adnan
Pak Muchsin yang melihat perubahan raut wajah tamu nya itu kemudian memberanikan diri untuk bertanya
"ada apa nak Adnan? Apa makanan nya tidak sesuai dengan selera nak Adnan?
Saat melihat tidak ada jawaban dari Adnan, pak Muchsin pun memberi isyarat kepada kepala asisten rumah tangga nya untuk menyuruh koki untuk membuatkan menu yang lain yang berbeda dari yang disiapkan di meja makan.
"bukan begitu pak, saya memang sudah kenyang. Saya permisi sebentar ke kamar.
"ia silahkan".
Muchsin dan Maharani hanya bisa saling pandang melihat tingkah tamu nya itu. sementara Jesica kecil jangan di tanya, kini wajahnya belepotan penuh bulir nasi karena sedari tadi ia hanya fokus kepada makanannya dan sang ibu pun tidak memperhatikan putri kecilnya itu.
Adnan yang menuju ke kamarnya, sempat melewati sebuah kamar yang tepat berada di samping kamarnya itu. Samar-samar Adnan mendengar suara seseorang sedang bermain gitar dan bernyanyi dengan merdu nya. suara itu seketika langsung bisa menghipnotis Adnan
"Ku ingin saat ini engkau ada disini
tertawa bersamaku seperti dulu lagi
walau hanya sebentar, tuhan tolong kabulkan lah
bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu".
^^^*(Andmesh, Hanya Rindu)*^^^
Seketika Adnan langsung meneteskan air mata. Ia mengenali suara itu. suara yang ia rindukan selama belasan tahun terakhir.
Ingin rasanya Adnan mendobrak pintu yang menjadi penghalang dirinya melihat sosok Nayura yang telah tumbuh dewasa. Seberapa cantik ia saat ini?
.
.
.
Di Indonesia
Umi Marwah tengah bertemu dengan keluarga dari menantu kakaknya yang datang hendak mengantarkan Besse Mawwa ke pesantren milik Kyai Ja'far. Mawwa yang saat ini telah menyelesaikan pendidikan nya di Mesir memilih menjadi tenaga pengajar di pesantren tersebut atas rekomendasi dari Daffa yang melihat potensi dan kemampuan Mawwa yang luar biasa dalam mendalami ilmu agama.
Mawwa dengan senang hati menerima tawaran tersebut mengingat ia tahu bahwa Adnan pernah menimba ilmu di pesantren tersebut. ia berharap dengan begitu ia suatu saat akan bertemu Adnan. Syukur- syukur bisa menjadi pendamping hidup Adnan kelak, batinnya.
" Masya Allah..., umi sampai pangling melihat mu nak. Kamu cantik sekali sekarang". puji Umi Marwah
"Tapi sayang masih jomblo, hehe". ucap Nindy
"Bukan jomblo kak, tapi cuma belum ketemu jodohnya saja". Sanggah Mawwa tak terima dengan ucapan kakak sepupu nya itu.
Semua orang tertawa mendengar Mawwa yang biasanya selalu kalem ternyata bisa marah juga.
"Oh ya Tante, kak Adnan nya kemana? Dari tadi Mawwa perhatikan dia tidak ada? tutur Mawwa malu-malu
"Ah... dia jangan di cari, anaknya super sibuk. Sekarang saja lagi di Singapore, katanya sih di undang kliennya. Umi sempat di ajak, tapi umi males. kalau sudah masalah kerjaan, dia pasti bakal cuek ke kita. yang ada umi malah bosen disana. tutur umi Marwah panjang lebar.
"Mau jadi perjaka tua kali tu anak yah. urusannya kerjaan melulu, ga bosen apa dia" ucap Daffa yang langsung mendapat cubitan diperutnya oleh sang istri.
"Daeng ini tega banget sama adik sendiri"
"hehe maaf maaf sayang, kan cuma bercanda".
Ada sedikit kelegaan di hati Mawwa, setidaknya Adnan belum memiliki pendamping saat ini.
"semoga saja kami berjodoh ya Allah". Bantinnya.
.
.
.
***********************
Bersambung
Gimana Readers, kita Aamiin kan ga nih doa Mawwa, hehe...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ciby😘
masih deg deg thorr...🤭🤭🤭🤭
semoga gk dijodohin ama si mawwa😁😁😁
2021-11-23
5
Rusniati Akis
pertemuan Adnan Yura tapi aku yang greget 😂😂😂,
makin penasaran Dengan pertemuan mereka deh🤩
2021-06-17
1