Sudah seminggu Adnan terus berada di rumah merawat Umi nya yang sedang sakit. Ia hanya sesekali keluar rumah itupun sekedar menebus resep obat yang diminta dokter pribadi keluarga nya. Umi Marwah bersikeras agar dirawat di rumah saja dengan alasan ia tak nyaman dengan bau obat khas rumah sakit. Permintaan itupun akhirnya disetujui oleh pak Sanjaya meski dengan sedikit perdebatan diantara mereka. Mau tak mau pak Sanjaya menuruti keinginan istri tercintanya itu.
"Umi makan dulu ya habis itu baru minum obat! Biar Adnan yang nyuapin umi".
"Ga usah sayang kan umi udah baikan, biar umi makan sendiri aja"
"Tapi kan Adnan lagi pengen nyuapin umi, boleh ya!" ucap Adnan sedikit memohon
"Ya sudah, boleh"
Dengan telaten Adnan menyuapi uminya hingga makanan nya pun habis.
"Alhamdulillah.., bubur ayam nya enak sayang. Kamu yang masak?"
"mbo Mina yang masak Mi, Adnan hanya bantu dikit"
"pantes rasanya lebih enak sayang. oh ya maafin Umi yah karena harus ngurusin umi kamu jadi tidak punya waktu untuk diri kamu sendiri seminggu ini". sesal umi Marwah
"Kan Adnan anak umi, masa ia Adnan tega liat in umi sakit".
"Makasih sayang, umi bersyukur memiliki kamu dalam hidup umi"
"Adnan sayang banget sama Umi" sambil saling berpelukan.
Sekitar pukul 16.10 WIB terdengar suara mobil memasuki halaman rumah. Umi Marwah pun berusaha bangkit untuk menyambut kedatangan sang suami yang sejak kepulangan mereka dari acara pernikahan Daffa selalu disibukkan dengan berbagai kegiatan kantor yang sangat melelahkan.
"Umi ga usah banyak bergerak dulu, istirahat aja!" cegah Adnan
"Umi kan sudah bilang kalau umi sudah baikan kok sayang" sambil bangkit dari tempat tidur dan menuju ke lantai bawah diikuti oleh Adnan
"Ayah udah pulang?" sambil mencium tangan sang suami dan mengambil tas kerja nya diikuti oleh Adnan yang juga mencium punggung tangan ayahnya.
Mereka menuju ruang keluarga sesaat setelah pak Sanjaya mengganti baju dengan pakaian yang lebih santai sambil berbincang-bincang menunggu waktu magrib. Di sana sudah ada beberapa cemilan dan juga teh hangat yang disiapkan oleh mbo Titin
Adnan dengan sigap memijit bahu ayah nya kemudian berpindah ke lengan dan juga kaki sudah seperti seorang yang profesional saja.
"Enak kan Yah?" sambil terus memijat
"Enak, lelah ayah sedikit berkurang. Nanti kamu tidak usah jadi pengusaha atau semacamnya, jadi tukang pijat saja" ucap pak Sanjaya yang langsung mendapat jitakan dari sang istri.
"Ih umi KDRT nih..." keluh nya
"Itu sekalian bonus pijitan nya ayah. Lagian anak sendiri disuruh jadi tukang pijat, mau diapakan semua perusahaan dan aset keluarga kita nantinya?"
"Jan cuma becanda umi sayang. Kalau umi dah kuat ngejitak berarti umi udah sembuh dong?" ucap pak Sanjaya antusias
"Alhamdulillah umi udah mendingan".
"Oh ia Yah, bagaimana urusan di panti? udah beres? tanya Adnan tiba-tiba
"sudah beres Alhamdulillah nak, selama di Makassar kemarin ayah sudah nyuruh orang untuk menyelesaikan secepatnya proses renovasi lantai dan menambah beberapa furniture yang sekiranya dibutuhkan". ucap pak Sanjaya panjang lebar. "tumben nanya soal kerjaan ayah?"
"Ah ga kok, Adnan cuma penasaran aja". kemudian Adnan tampak berfikir sejenak. "Adnan lusa udah masuk pesantren, boleh ga sebelum itu mampir dulu ke panti? Adnan mau ketemu temen Adnan Mi, Yah? boleh yah, bentar aja". ucap Adnan sedikit memohon.
"Ya sudah boleh"
"yes".
.
.
.
Semua keperluan Adnan kini telah masuk ke dalam mobil. Pak Sanjaya dan umi Marwah turut mengantarkan kepergian putranya untuk menimbah ilmu. perjalanan dari rumah mereka ke pesantren Al hikmah milik Kyai Ja'far membutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan sehingga mereka berangkat pagi agar bisa sampai ke pesantren sebelum Dzuhur.
Karena arah ke pesantren searah dengan panti asuhan, Adnan dan keluarga menyempatkan diri untuk singgah menyapa teman Adnan.
Adnan sangat bersemangat Krn sebentar lagi ia akan bertemu dengan Yura, bahkan Adnan membawa sebuah gitar yang rencananya ia akan berikan untuk Yura sebagai bentuk permintaan maaf nya karena telah mengingkari janji yang mereka buat sebelumnya.
Sesampainya di panti Adnan langsung mengucap salam dan berlari menuju ke taman tanpa bertemu dengan Bu Rita terlebih dahulu. sementara pak Sanjaya dan umi Marwah hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putranya dan berlalu menuju ke ruangan pengelola panti sambil membawa banyak bingkisan makanan yang mereka beli untuk dibagikan ke anak-anak panti.
Adnan dengan senyum yang terus mengembang menuju ke taman. Ia langsung duduk di bangku yang biasa ia tempati bersama Yura dan langsung memainkan sebuah lagu.
Refleks semua anak yang mendengar Adnan bernyanyi dengan merdu nya mendekat dan bersorak-sorak ria menikmati kepiawaian Adnan memainkan alat musik itu ditambah suaranya yang merdu dan parasnya yang tampan, sungguh paket komplit.
setelah menyelesaikan lagu nya Adnan kemudian mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari seseorang yang dirindukan nya namun nihil ia tak mendapati wajah yang ia cari. Dani yang menyadari tingkah Adnan kemudian ikut duduk disebelah nya setelah semua anak pergi.
"boleh saya duduk?" tanya Dani
"Silahkan" ucap Adnan datar. Adnan masih ingat bagaimana Dani dulu memperlakukan Yura dengan sangat kasar
"Nayura tidak ada disini lagi" ucap Dani tiba-tiba
Adnan yang mendengar penuturan Dani sontak berbalik dan menatap Dani dengan tatapan tajam meminta penjelasan.
"Maksud kamu?"
"Nayura sudah pergi. Dia sudah bahagia saat ini. kamu tidak perlu pura-pura perduli padanya lagi! ucap Dani ketus
"Kata siapa aku pura-pura perduli? sambung Adnan tidak terima dengan tuduhan Dani padanya.
"Hei tuan Adnan yang terhormat, sebaiknya anda mencari teman lain yang sepadan dengan anda! Mengingat latar belakang anda, tentu tidak akan sulit memiliki banyak teman wanita yang mau berteman dengan anda yang kemudian bisa anda iming-imingi dengan janji-janji manis lalu memberi mereka harapan dan kebahagiaan palsu. ucap Dani dengan nada suara sedikit meninggi
Mendengar penuturan Dani, Adnan mengepalkan tangannya erat. Wajahnya kini tengah memerah menahan amarahnya. Ia tidak habis pikir mengapa anak yang dulu nya selalu memusui Yura kini terkesan membela nya. Sialnya, ia pun tahu tentang janji nya kepada Yura. Namun secepat mungkin Adnan berusaha menahan diri dan bertanya kepada Dani
"jelaskan padaku apa yang terjadi disini?"
"Nayura, gadis bodoh itu setiap akhir pekan ia selalu menunggu mu disini dengan riangnya". suara Dani mulai bergetar. " dia bahkan setiap hari selalu berlatih bernyanyi hanya agar ketika kalian bertemu nanti dia tidak melakukan kesalahan apapun. bodoh nya lagi pernah suatu hari ia menunggumu sedari pagi hingga Adzan magrib dengan cuaca yang sangat dingin waktu itu yang menyebabkan keesokan harinya ia pun demam tinggi.
serasa dihantam dengan batu, hati Adnan seketika menjadi sakit mendengar semua ucapan Dani.
"Sampai seperti itukah Yura menunggu ku selama ini?" Batin Adnan. Mata nya mulai panas dan berkaca-kaca
"Katakan, dimana Yura sekarang?" ucap Adnan dengan suara yang penuh penekanan.
"Aku sudah bilang kalau dia sudah bahagia. Jadi tidak perlu lagi kau sok perhatian dan perduli padanya! itu membuat ku muak".
Adnan yang tidak terima dengan ucapan Dani padanya langsung berdiri menarik kerah baju Dani
"Kamu pikir aku sengaja melakukan itu padanya? jika tidak tahu apa-apa sebaiknya diam lah!
Dani yang diperlukan seperti itu oleh Adnan tidak merasa takut sama sekali. ia hanya tersenyum mengejek ke arah Adnan kemudian pergi meninggalkannya.
Adnan hanya bisa terduduk lemas berusaha menahan sesuatu yang terasa menghimpit dadanya. sesak, sesak sekali terasa. ia tertunduk dan pada akhirnya meneteskan air mata. ia menangis tanpa mengeluarkan suara, menangis sejadi-jadinya.
"Andaikan dulu aku menepati janjiku. Andaikan aku datang lebih cepat. Maaf..., maafkan aku yang juga meninggalkan mu.. Maafkan aku".
Disela-sela tangis nya, Adnan mengingat kembali pesan Daffa padanya.
"pupuklah rasa yang kau miliki untuknya! teruslah yakin pada skenario Allah! Jika ia adalah calon pendamping yang dipilihkan Allah untukmu, pasti suatu saat kalian akan dipersatukan oleh ikatan suci pernikahan".
.
.
.
*********************
Bersambung
**Tisu tisu, dimana tisu🤧
Ada yang sakit tapi tidak berdarah✌️😅
Kira-kira bagaimana nasib mereka nantinya yah?
yang suka sama karya author silahkan kasih dukungan terus yah supaya author tetap semangat up.
yang kurang berkenan dengan karya author ini author ngucapin maaf sebesar-besarnya jikalau belum mampu memenuhi ekspektasi pembaca sekalian.🥺🙏
Salam hangat, semoga hari kalian menyediakan☺️☺️☺️**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ciby😘
aku suka ceritanya...nyeritainnya dari kecil
adnan tenang ...berdoalah pada author
mudah2an cepet dipertemukan🤭🤭🤭🤣🤣🤣
2021-11-23
5
Nurhayati muhtar
lumayan bagus ko, malah seru kronologis nya dari awal masih kecil jadi cerita nya ngena😀😀😄
2021-07-11
4