Sedari pagi Yura terus saja tersenyum lebar. Ia sangat antusias untuk bertemu dengan Adnan. Teman-teman sesama penghuni panti pun terus saja saling pandang dan menatap heran melihat perubahan sikap temannya itu. Mereka tidak lagi berani mengganggu Yura seperti dulu, bahkan kini semua ingin berteman dengannya. Tentu saja perubahan sikap dari semua orang itu tak terlepas dari peran seorang Dani yang kini juga mulai berteman baik dengan Yura.
Sudah tiga jam Yura menunggu Dani di tempat biasa mereka bertemu, senyum Yura sedikit demi sedikit mulai memudar dari wajah cantiknya. Setiap mendengar suara mobil memasuki area Panti, Yura pasti mulai beranjak dari tempatnya untuk melihat siapa gerangan orang yang datang. Lagi-lagi ia mesti menelan kekecewaan tak kalah sosok yang ditunggu nya itu tak menampakkan diri.
Terlihat Yura begitu kecewa. Hari sudah sangat sore bahkan sebentar lagi adzan magrib berkumandang, namun Yura masih saja tak beranjak dari tempat duduknya. Ia masih setia menunggu Adnan sambil memegang hadiah gantungan kunci berbentuk gitar pemberian Adnan padanya.
"masih menunggu nya?"
Suara Dani membuyarkan lamunan Yura. pikiran nya kini melayang kemana-mana.
" Apakah Adnan tidak datang untuk menetapi janjinya karena sedang sakit? atau ia sedang mengisi libur akhir pekan ke tempat wisata tertentu dengan keluarganya? atau Adnan telah melupakan janji nya sendiri untuk datang hari ini?" Semua hal itu kini bersarang di benak Yura.
"Kak Dani, kenapa kakak belum masuk ke dalam Panti? Yura justru balik bertanya.
"Aku mau menemanimu menunggu. Kamu pasti sedang menunggu anak pemilik Panti kan?"
"Dia berkata akan datang hari ini kak, biarkan Yura menunggu sedikit lebih lama lagi kak. Mungkin sebentar lagi dia akan datang". Ucap Yura berusaha meyakinkan Dani sementara jauh di dalam hati nya ia sendiri tidak yakin apakah Adnan akan datang memenuhi janji nya atau tidak.
"Izinkan aku menemanimu menunggu Nayura. Jika anak pemilik Panti itu datang, barulah aku pergi." tutur Dani.
Yura masih saja menunggu, kini sekujur tubuhnya mulai menggigil akibat seharian duduk di bangku taman tempat ia dan Adnan biasa bertemu hingga terdengar suara bu Rita memanggil mereka berdua untuk masuk karena sebentar lagi gelap.
"Apa yang kalian lakukan disitu? masuklah sudah magrib" Panggil Bu Rita dari kejauhan yang memang sedari tadi mengamati Yura. ia mengerti bahwa anak asuhnya itu sedang menunggu sang pemilik Panti Asuhan. Namun Bu Rita sendiri juga tidak tahu mengapa hari ini pak Sanjaya dan putra nya tidak datang. Bu Rita sesekali ingin menelpon menanyakan perihal ketidakhadiran beliau, tapi urung ia lakukan kerena merasa kurang enak hati jika harus mengganggu waktu libur beliau. apalagi Bu Rita tau pasti, sesibuk apa pak Sanjaya selama ini.
"Jangan menunggu lagi Nayura, dia tidak akan datang hari ini. Sebaiknya kita masuk"!
"Tapi kak"..
"Ayo lah, jangan membuat Bunda (panggilan anak-anak panti kepada Bu Rita) khawatir!" Ucap Dani selembut mungkin.
Senakal-nakalnya seorang Dani, tapi ia tidak pernah membantah jika Bu Rita yang sudah angkat bicara. Dani sangat menghormati Bu Rita, orang yang telah membesarkan nya di saat ibu kandungnya sendiri membuangnya sewaktu ia masih merah dan masih lengkap dengan tali pusar dan ari-ari yang belum terpotong hingga kini berusia 15 tahun.
Yura tidak punya pilihan lain selain menurut. ia masuk kedalam panti dengan perasaan kecewa bercampur sedih. Tak terasa bulir bening menetes dari mata indahnya. yah..., ia menangis. ia begitu menanti hari ini, hari dimana ia bisa melihat sosok Adnan yang selalu berhasil membuat nya nyaman.
.
.
.
Adnan begitu gelisah malam ini, ia bahkan sulit tidur meski sebenarnya ia sudah sangat lelah seharian ini. ia mengambil handphone nya berusaha berselancar di dunia Maya untuk mengusir rasa gelisah nya namun sepertinya itu tidak membantu. ia menghela nafas panjang dan melemparkan benda pipih tersebut ke sembarang arah.
Adnan begitu mengkhawatirkan Yura. Ia berharap Yura tidak begitu memikirkan janji mereka untuk bertemu hari ini. ia juga sangat berharap semoga Yura mau memaafkannya yang sudah mengingkari janji yang ia buat sendiri.
Sejujurnya, ingin sekali Adnan menghubungi Yura. Namun ia tidak mungkin meminta nomor telepon panti asuhan kepada ayahnya. Adnan begitu frustasi dengan keadaannya saat ini. ia terus saja gelisah dan sesekali mengacak-acak rambutnya.
"kenapa aku tidak memberi nya Handphone? justru membelikan nya gantungan kunci 🤦". Gerutu Adnan menyalahkan dirinya sendiri.
"Kalau tahu kejadian nya akan seperti ini, tentu akan lebih baik jika memberinya handphone saja". Adnan kembali berbicara pada dirinya sendiri. Bodoh bodoh bodoh...
Tidak tahu sudah berapa lama dirinya terus menggerutu dan menyesali kebodohannya hingga ia tertidur di atas kasur king size di dalam kamar hotel tempat acara pernikahan kakak sepupu nya digelar.
.
.
.
Pagi ini mereka berkumpul untuk sarapan. terlihat semua keluarga tengah berkumpul menikmati jamuan yang disiapkan pihak hotel tanpa terkecuali pasangan pengantin baru Daffa dan Nindy.
"Pepet terus, jangan kasih kendor!" goda Kayla kepada kakaknya yang datang paling belakang.
Hari ini hanya ada mereka disana. Keluarga pak Andi sengaja membooking satu hotel penuh untuk tiga hari mulai dari acara ijab qobul kemarin. Alasannya sepele, supaya semua anggota keluarga bisa menikmati fasilitas hotel dengan nyaman, Sultan mah bebas😅.
"Udah berani yah sama daeng sendiri. Apa mau hp baru, NB sama uang saku sebulannya di batalin?" ancam Daffa
"Jangan dong kak! gitu aja marah, Kayla kan cuma bercanda". sambil memanyunkan bibirnya.
Semua orang yang melihat kakak beradik itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
Mereka kemudian menikmati sarapan masing-masing. Adnan yang duduk bersama umi Marwah dan ayahnya pun terlihat puas dengan menu yang disediakan pihak hotel. Di sela-sela makannya, pak Sanjaya mulai angkat bicara
"Nak, bagaimana persiapan mondok nya?" tanya nya kepada Adnan
"Alhamdulillah sudah semua kok Yah. Buku-buku dan kitab-kitab sudah Adnan masukkan juga ke koper dibantu umi sebelum berangkat ke sini".
"Kamu memang anak ayah, selalu mempersiapkan segala sesuatunya sejak awal. Ayah bangga sama kamu".
"Makasih Yah". ucap Adnan
"Eh daeng Adnan mau mondok yah? kebetulan dong Mawwa juga masuk pesantren tahun ajaran baru ini. Yah,, cuma Kayla dong yang ga nyantri".
"Memangnya kamu siap jadi santri sayang? jadi Santri berat loh, apa-apa mesti dilakuin sendiri dan kita juga ga boleh pegang alat komunikasi selama disana kecuali dihari libur, itupun hanya ada batasan waktu nya." Ujar umi Marwah kepada keponakan nya itu
"Tante Marwah kok tahu sih tentang kehidupan pesantren?"
"Taulah sayang kan Tante juga pernah jadi santri. Almarhum kakek dan nenekmu yang mengharuskan kami anak-anaknya untuk menyeimbangkan antara urusan duniawi dan juga akhirat. Dasar ibu mu saja yang ngeyel tidak mau disuruh mondok, dia bahkan dulu mogok makan kalau disuruh masuk pesantren". ucap umi Marwah panjang lebar
"hehe ibu bandel juga yah pas muda dulu". ucap Kayla
"Eh eh eh..., pagi - pagi udah ngomongin orang. ga baik tau!" kata mba Ana yang ternyata juga mendengar pembicaraan mereka
"ia ia mba, Marwah minta maaf deh" Ucap umi Marwah sambil menunduk memberi hormat kepada kakaknya.
Semua anggota keluarga begitu menikmati saat-saat seperti ini. momen yang entah kapan akan terulang lagi mengingat kesibukan mereka masing-masing. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan Adnan tak bisa menolak ajakan umi nya untuk terbang ke Makassar karena ia tau betul keluarga besarnya adalah keluarga yang super sibuk. Besok saja ayahnya harus pulang karena sudah terlalu banyak pekerjaan di perusahaan yang menumpuk. Mba Ana berusaha menahan Adnan dan umi Marwah untuk tinggal lebih lama namun sepertinya itu tidak mungkin mengingat Adnan juga harus masuk pondok pesantren dua Minggu ke depan.
"Tidak bisakah kalian tinggal lebih lama? kan kakak belum sempat ngajak kamu jalan-jalan" ucap Daffa
"Ga usah kak, mending Honeymoon sana supaya bisa buatin aku ponakan yang lucu-lucu" ujar Adnan
"ia bener nak, kami mau cepat-cepat punya cucu. Kalau bisa kembar yah!" ucap mba Ana
"Ibu tenang aja, Daffa pasti buatin cucu yang buanyakkk buat kalian. Ia kan sayang??? sambil merangkul posesif istri tercintanya itu.
"Hadehhh... Dasar pengantin baru"🤭
.
.
.
*********************
Bersambung
Author ga bosan2 ngigetin teman2 buat like, komen dan vote karya author ini!
Author doa in yang jomblo segera ketemu jodohnya 🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rusniati Akis
ditunggu eps slnjtnyaa 🤩
2021-06-11
2