"Adnan Yusuf Sanjaya.., bangun nak! shalat subuh berjamaah yuk! ayah sudah nunggu tuh di mushola."
suara ketukan pintu itu sontak membuat Adnan mulai terbangun sambil mengucek mata. Ia awalnya enggan beranjak dari tempat tidur, mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Bagaimana tidak, ia sedang bermain gitar dan Yura sedang bernyanyi dengan suara yang sangat merdu di dalam mimpinya. Mengingat itu sukses membuat Adnan tersenyum manis.
"Sayang cepetan bangun dong!" titah Umi Marwah yang tetap mengetok pintu kamar putra satu-satunya tersebut.
"ia-ia Umiku sayang.., kebiasaan deh kalo manggil anak sendiri pakai nama lengkap gitu. Adnan bersih-bersih sekalian wudhu dulu Mi. Umi duluan gih!" ucapnya tetap sopan.
.
.
.
Mushola
"iqomah nak, kita segera mulai shalat subuh nya!" ujar pak Sanjaya dan langsung diangguki ole Adnan.
Mereka pun shalat dengan khusyuk dan dilanjutkan dengan tadarusan sampai fajar benar-benar menampakkan diri dari ufuk timur.
Keluarga pak Sanjaya adalah keluarga yang cukup religius. Mereka selalu menyempatkan diri untuk tetap melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim meski disela kesibukan duniawi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran Kyai Ja'far Shodiq guru sekaligus sudah dianggap orang tua oleh keluarga Sanjaya.
.
.
.
Pagi itu mereka sarapan sebelum memulai aktivitas seperti biasa. Pak Sanjaya mengingatkan putranya bahwa mulai bulan depan awal tahun ajaran baru Adnan akan masuk ke pesantren milik Kyai Ja'far. Hal tersebut ia lakukan agar putra semata wayangnya itu juga memiliki paham agama yang baik dan mampu bersikap mandiri meski pun latarbelakang sosial mereka serba berkecukupan.
"Nak, sebulan lagi kamu nimbah ilmu di pesantren yah! ayah mau jika kelak di akhirat nanti timbangan dosa ayah dan Umi lebih besar dari pada amalan baik yang kami miliki, kamu ada sebagai penyelamat kami nak".
"Insya Allah Yah, doa kan Adnan semoga dapat memenuhi niat mulia ayah dan Umi." ucapnya dengan suara lirih.
"Kamu memang putra Umi yang berhati emas nak, umi bersyukur Allah menganugerahkan mu dalam kehidupan kami nak."
"Adnan yang bersyukur memiliki kalian berdua sebagai orang tua Adnan." sambil berdiri merangkul ke dua orang tuanya.
Seketika Adnan teringat akan Yura yang sudah tidak memiliki orang tua sama sekali. Bahkan paman satu-satunya pun meninggalkannya di panti asuhan hanya karena alasan tidak mampu menanggung biaya hidup nya.
"akhir pekan ini ayah ke panti kan Yah?" tanya Adnan setelah melepas rangkulan ayah dan Umi nya. "Adnan ikut yah Yah!"
"ia nak"...
.
.
.
Di Panti Asuhan..
"Assalamualaikum Yura, bagaimana kabarmu?" tanya Adnan yang baru saja mendapati Yura yang sedang bernyanyi seorang diri di taman belakang panti.
Hal tersebut refleks membuat Yura menghentikan nyanyian nya dan tertunduk malu karena telah kedapatan oleh Adnan. "kak Adnan kok tiba-tiba disini?"
"Jawab salam hukum nya wajib, nanti dosa loh" ucap Adnan yang sukses membuat Yura semakin tertunduk malu.
"waalaikum salam" dengan suara pelan namun masih dapat didengar Adnan.
Sikap Yura yang berubah-ubah terhadap nya membuat Adnan gemas sendiri.
"Aku datang buat menepati janjiku untuk berteman baik dengan mu." (batin Adnan).
"Suara kamu bagus, apalagi kalau salawatan. pasti bakal merdu banget." ucap Adnan dengan senyum yang tulus.
"Ha.." kok kak Adnan dengar yah kalau tadi aku nyanyi? perasaan suaraku tidak begitu keras (ucap Yura dalam hati).
"Udah ga usah heran gitu! nih buat kamu." sambil menyodorkan gantungan kunci berbentuk gitar kecil kepada Yura yang sudah ia beli di pinggir jalan saat ayahnya singgah membeli air mineral.
.
.
.
...(Flashback) Di Jalan Menuju Panti...
"Ayah singgah sebentar beli minum yah nak, kamu jangan jauh-jauh". titah pak Sanjaya sambil menutup pintu mobil mewahnya.
Tanpa sengaja Adnan melihat penjualan gantungan kunci yang sedang duduk di emperan jalan tak jauh dari mobilnya. Adnan merasa iba melihat kakek tsb karena sepertinya belum ada dagangannya yang laku terjual sejak pagi. Adnan berjalan menghampiri kakek tersebut.
"Assalamualaikum kakek, gantungan kunci jualan kakek bagus-bagus. Saya beli yg bentuk gitar yah kek." sambil menyodorkan uang kertas pecahan seratus ribu rupiah kepada si kakek.
"waalaikum salam nak, Masya Allah kakek tidak punya kembaliannya nak. Dagangan kakek belum ada yang laku."
"Kembaliannya buat kakek aja, itu sudah rezeki nya kakek" ucap Adnan tulus
"oh ya kek boleh minta tolong diberi inisial huruf 'A' tidak ?" tanya Adnan ragu-ragu namun segera dilakukan oleh si Kakek tadi.
Dengan telaten kakek tersebut mengukir huruf A menggunakan alat khusus yang digunakan kakek tersebut dalam membuat miniatur gantungan kunci jualan nya. Hanya butuh seper sekian detik ukiran tersebut langsung tertera cantik di gantungan kunci milik Adnan yang rencananya ia mau berikan kepada Yura sebagai simbol pertemanan mereka.
.
.
.
"ini buat Yura Kak?"
"ya ialah.., masa ya ia dong". ucap Adnan sambil mengulum senyumnya.
"Makasih kak"
Tanpa sadar sudah ada dua pasang mata yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku kedua anak tersebut.
"Alhamdulillah akhirnya Yura sedikit demi sedikit mulai memperlihatkan perubahan sikapnya yang dingin dan tertutup. Semoga anak itu segera dapat melupakan kesedihannya." ucap Bu Rita
"Saya turut senang Bu jika kehadiran anak saya disini dapat sedikit membantu".
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ciby😘
adnan anak yg baik thor
2021-11-21
4