Malam tiba, kamu sudah bersiap dengan pakaian santaimu, kamu turuni tangga rumahmu itu dengan wajah ceria yang kamu buat agar tidak ada yang tau kegelisahanmu.
Suara mobil sudah terdengar diluar, kamu hendak keluar namun tanganmu di pegang oleh kakakmu.
"kamu mau kemana dek" tanya kak Andre
"aku mau memastikannya sendiri kak, biarkan aku pergi melihatnya" ucapmu lantang pada kakakmu.
Disaat perdebatan antara kalian, Anam pun masuk hendak menghampirimu namun dia urungkan dan lebih memilih menunggumu di ambang pintu.
Terlihat kamu dan kakakmu berjalan menghampiri Anam.
"aku juga akan ikut" ucap kak Andre pada Anam.
"Boleh silahkan" balas Anam dengan senyuman.
Kalian bertiga masuk kedalam mobil, dengan Riko yang menyetir, selang 20 menit mereka sampai di club itu, Dan berjalan santai memasuki ruang control cctv di club itu.
Dan benar apa yang kamu lihat, di dalam ruangan itu ada Nizam calon suamimu dengan seorang wanita, mereka tak menggunakan sehelai kain apapun.
Kak Andre yang tau akan perasaanmu sekarang langsung memelukmu dan memerintahkan petugas pengawas cctv itu mematikannya.
"tidak... ini tidak mungkin kak Andre, mas Nizam bukan seorang pria yang seperti itu, aku tau hanya aku wanita yang dia cintai" ucapmu lirih dalam pelukan kakakmu.
Geram akan keadaan ini, kak Andre tidak tahan akan sakit hati yang kamu rasakan, ingin rasanya tangan ini memukul Nizam, tapi dia tahu Nizam memang bukan pria seperti itu, karena Nizam adalah teman kuliahnya dulu.
Kini kak Andre kembali menatap curiga pada Anam. lalu menghampirinya dengan mencekal kerah kemejanya.
"katakan kalau semua ini rencana licikmu, apa yang sudah kau berikan pada Nizam ?? obat p*r*ngs*ng ?? katakan hah..." penekana dalam ucap kak Andre. Anam hanya tersenyum kecil ke arahnya.
"kalau gitu kita grebek saja dia, kita check ada obat atau tidak yang masuk dalam tubuhnya" ucap Anam santai penuh percaya diri.
Tanpa pikir panjang, kak Andre dan Anam langsung membobol pintu ruangan itu, seketika orang di dalam langsung kaget dan menutupi tubuh mereka.
kak Andre langsung berjalan ke arah Nizam, dan meninjunya hingga beberapa kali. kamu tidak berani masuk, kamu takut apa yang kamu lihat tadi nyata, tapi na'as itu semua memang nyata.
Anam yang berada di ambang pintu ruangan, kini melirik ke arahmu, dia sedih melihatmu seperti ini, tapi apa buat, semua ini memang harus terjadi.
karena terlalu lama menangis, pernafasanmu tidak bisa kamu atur dan rasa sesak yang kamu rasakan, hingga kamu hampir terjatuh karena pingsan, untung saat itu Anam masih mengawasimu jadi kamu tidak sampai tersengkur ke lantai.
"kak Andre... sudah kak kita bawa dia ke rumah sakit untuk di check, intan pingsan" teriak Anam di luar ruangan.
kak Andre langsung menghentikan tindakannya dan keluar dari ruangan, melihat kamu telah di bopong oleh Anam. dan berjalan mengikuti langkah Anam.
sedangkan Nizam telah di urus oleh bodyguard yang telah Anam tugaskan untuk membawanya.
Sesampainya di mobil semua fokus menatap ke arah jalan raya, kecuali Anam yang sedari tadi fokus padamu.
Kak Andre dari tadi mengawasi Anam lewat kaca spion depan, dia melihat wajah kekhawatiran Anam tentangmu, sorot mata Anam yang mengisyaratkan bahwa dia sangat takut kehilanganmu.
"apakah kau mencintai adikku" ucap kak Andre memecah keheningan.
"tidak.. aku tidak mencintainya, aku kasihan padanya, dia temanku" elak Anam, dia memang terobsesi untuk memilikimu tapi dia tidak tau itu obsesi atau cinta.
"terlihat jelas dari sorot matamu kalau kau memang mencintai adikku, tetap saja tidak mengaku" Batin kak andre
"kita akan ke rumah sakit mana ? aku masih tidak percaya padamu, bisa saja kau menyuruh dokter bayaran agar berbohong" ucap kak Andre pada Anam.
"terserah kau saja, kau mau mengajak rumah sakit manapun, aku orang Amerika, tidak akan ada koneksi dokter murahan dari negara ini selain dokter luar negeri yang lebih profesional" ucap Anam tidak mempedulikan ucapan kak Andre.
"Baiklah..." ucap singkat kak Andre lalu menyuruh Riko untuk pergi ke rumah sakit kepercayaan keluarga Gustiwana.
Sesampainya di rumah sakit, kamu langsung di bawa ke ruang perawatan, dan di jaga ketat oleh bodyguard suruhan Anam, sedangkan Anam, kak Andre, dan Nizam berada di ruangan lain dan menyuruh dokter Setiawan untuk memeriksa keadaan Nizam.
Tak lama kemudian, dokter Setiawan keluar dari ruang pemeriksaan, dan menyuruh kak Andre serta Anam mengikutinya ke dalam ruang kerjanya.
"pasien atas nama Nizam tidak terdeteksi kalau sedang di pengaruhi obat p*r*ngs*ng, dia sadar 100%" tutur dokter Setiawan.
mendengar itu kak Andre hanya bisa tertegun, dia tidak menyangka kalau sahabatnya itu memang 100% sadar.
Dia tidak ada alasan lagi untuk tidak mempercayai Anam lagi, pasalnya dokter yang memeriksa Nizam adalah dokter kepercayaan keluarganya, dan dia sendiri yang membawa mereka kesini.
"Bagaimana ?? aku sudah berkata jujur dari awal, tapi kau tidak percaya, aku akan ke kamar perawatan intan sekarang" ucap Anam lalu meninggalkan kak Andre beserta dokter Setiawan.
Anam berjalan melewati koridor rumah sakit, dan menelfon seseorang.
"hallo.. bagaimana sudah kau pindahkan mereka ?" tanya Anam pada Riko.
"Bagus, jangan sampai ada yang tau, semua harus berjalan sesuai rencana" ucap Anam lalu menutup panggilan dengan berjalan menuju kamar perawatanmu.
To be continue... ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments