"Tuan, ini Zia, orang baru yang akan melayani Tuan."
Begitu saat tadi Mbak Wati memperkenalkan Zia pada orang yang mengaku Zion itu.
Zion palsu membuka kacamatanya, mengamati Zia dari atas ke bawah.
Ish, mau apa dia, jangan bilang selain membunuh, dia juga mesum. Zion di samping Zia menatap geram.
Zia membungkukkan badan memberi salam.
Zion palsu tersenyum sinis.
"Lumayanlah, suruh dia mulai kerja siang ini, siapkan makan dan semua keperluanku."
"Baik Tuan."
Mbak Wati mengangguk.
Lalu mengajak semuanya kembali masuk ke dalam.
Zia sejenak menoleh ke belakang saat berjalan mengikuti Mbak Tinah dan Mbak Wati.
Ia benar-benar takjub dengan apa yang baru saja ia lihat.
Sosok itu persis seperti hasil scan Zion.
Tepat saat Zia memperhatikan, sosok mirip Zion itu juga menoleh ke arahnya, mereka sekian detik bertukar pandangan dari jauh, lalu selang detik berikutnya saling menghindar.
"Zi, Mbak Tinah pulang sekarang yah, Zia yang betah di sini, oke."
Mbak Tinah mengerling. Zia mengangguk mengerti.
Mbak Tinah menepuk lengan mbak Wati,
"Nanti ditransfer saja ya."
Kata Mbak Tinah.
"Iya jangan khawatir."
Kata Mbak Wati.
Mbak Tinah melambai sambil melengang cantik meninggalkan rumah Zion.
"Yuk Zi, mbak Wati antar ke kamar. Kamu ambil tas pakaianmu dulu di kamar Mbak Wati tadi."
Zia mengangguk.
Tak selang berapa lama, Zia sudah muncul lagi dengan tas pakaiannya.
Mbak Wati berjalan ke sudut ruangan, menekan tombol lift ke lantai tiga.
Zion mengernyitkan kening, kenapa kamar Zia di lantai tiga, batinnya.
"Ini kamarnya Zi."
Kata Mbak Wati begitu mereka sampai di lantai tiga dan kemudian berdiri di depan salah satu kamar diantara tiga kamar yang ada di sana.
Mbak Wati membuka pintu kamar yang akan di tinggali Zia selama ia bekerja di rumah Zion.
Zia sejenak menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru kamar.
"Ini kamar pelayan?"
Zia terperangah.
Bagaimana bisa kamar pelayan seperti kamar deluxe hotel bintang tiga. Batin Zia. Ya itupun Zia mengira-ngira saja, karena Zia sendiri belum pernah tidur di hotel sebelumnya.
Ah jangankan hotel bintang tiga, losmen saja dia belum pernah.
Zia mengikuti Mbak Wati masuk ke dalam kamar.
Kamar mandi sekaligus toilet dalam ruangan berada persis di sebelah kiri pintu masuk kamar, sementara sebelah kanannya ada bangku kayu yang dibawahnya berfungsi untuk tempat menyimpan sandal dan sepatu. Tepat di samping bangku kayu ada lemari pakaian.
Springbed di letakkan di sebelah kamar mandi, sementara di depan springbed terdapat satu meja lagi dengan kursi kayu dan TV yang menempel di dinding.
Zia meletakkan tas pakaiannya di atas bangku kayu, lalu mendekati springbed yang akan jadi tempat tidurnya.
"Waaah..."
Zia tampak senang dengan kasur barunya. Empuk sekali.
"Kamu akan mulai bekerja siang ini setelah kamu selesai bebenah barang-barang kamu."
Kata Mbak Wati. Zia mengangguk.
"Di sebelah kamar kamu adalah ruang kerja Tuan Zion sekaligus perpustakaan, dulu dia senang berada lama-lama di sana, tapi belakangan ia lebih suka minum anggur, dan berjemur saja. Kamar yang satunya adalah kamar Tuan Zion."
Terang Mbak Wati.
Ish... yang benar saja, bagaimana bisa seorang pelayan gadis dibiarkan tidur di kamar sedekat itu dengan kamar Tuannya, omong kosong apa ini?
Zion mendengus.
Pasti peraturan gila itu hanya mulai ada setelah bajingan itu datang. Batin Zion semakin kesal.
"Mbak tinggal dulu yah, nanti gampang dilanjut."
Katanya, lalu pergi meninggalkan Zia di dalam kamar barunya. Zion duduk di samping Zia, ia mengamati Zia yang malah kemudian berbaring begitu saja di atas kasur tanpa menghiraukan Zion yang cemas.
**------**
Zia baru saja selesai bebenah saat Mbak Wati memanggilnya dari luar pintu.
Zia buru-buru keluar kamar.
Mbak Wati sejenak melihat penampilan Zia yang memakai celana jeans dan kaos oblong saja.
"Kamu ngga punya baju yang lebih feminim?"
"Ah Mbak lupa kasih kamu baju seragam."
Mbak Wati menepuk dahinya.
"Tunggu sebentar."
Katanya, lalu buru-buru masuk lift.
Zia akhirnya masuk ke dalam kamar lagi.
Tak lama, Mbak Wati sudah kembali. Ia mengetuk pintu kamar Zia lagi, dan begitu Zia membuka pintu, mbak Wati menyodorkan baju seragam untuk Zia.
"Pakai cepat."
Katanya.
"Harus pakai ini?"
Tanya Zia, Mbak Wati mengangguk, lalu dengan suara bisik-bisik menyuruh Zia turun untuk mengambil makanan tuan Zion setelah ganti baju.
Zia mengangguk.
Sepeninggal mbak Wati, Zia menutup pintu kamar dan menguncinya.
Ia baru akan mengangkat kaos begitu ingat Zion ada di sana. Buru-buru ia melengos masuk ke dalam kamar mandi.
Ish hampir saja.
Batin Zia.
Zia membuka kaosnya, tampak kalung perak panjang sampai ke dadanya menggantung di lehernya yang jenjang, satu cincin kecil menggantung sebagai liontin.
Zia mencuci muka sejenak di wastafel, baru setelah itu memakai seragamnya.
Sepertinya itu seragam milik pelayan sebelumnya, agak sempit tapi masih bisa untuk bergerak.
Seragam itu mirip seragam untuk pramusaji di restoran.
Setelah rapih, Zia kemudian keluar dari kamar menuju lift, turun ke lantai bawah dan langsung menemui Mbak Wati di dapur.
Seorang koki baru selesai memasak hidangan.
Sekali lagi Zia terperangah. Bahkan untuk urusan masak, mereka memakai koki, bukan asisten rumah tangga biasa.
Ckckck... Zia berdecak kagum.
Mbak Wati menata hidangan untuk Tuan Zion di atas kereta dorong. Lalu menjelaskan pada Zia bagaimana cara meletakkannya dengan benar nanti.
Zia mengacungkan ibu jarinya.
"Jelaskan juga nama-nama makanannya. Tuan Zion hari ini ingin makanan Jepang, maka koki terbaik salah satu restoran Jepang milik keluarga yang diundang hari ini."
Waaaw...
Lalu si koki itu mendekat, memberitahu nama-nama makanan Jepang yang ia sajikan.
"Yang seperti nasi kepal ini pasti sudah tahu kan?"
Tanya Koki pada Zia, gadis itu mantuk-mantuk mengamati bentuk nasi berbentuk segitiga yang dibungkus seperti daun lalu di susun cantik di atas piring.
"Lemper."
Kata Zia tanpa rasa bersalah.
Mendengarnya semua jadi tertawa, termasuk Zion yang bahkan sampai terpingkal memegangi perutnya.
Ish... Zia ingin menabok Zion jika sudah begitu.
"Onigiri, ini namanya Onigiri, tadi saya isi dengan salmon."
Zia mantuk-mantuk lagi.
Iya ajalah, batin Zia.
Lalu si koki melanjutkan.
"Untuk olahan daging ayam hari ini saya membuatkan Karaage, sementara untuk tambahan menu ada Tempura udang, dan ini campuran daging dan seafood yang sengaja untuk saus adalah resep yang sudah dibuat khusus, namanya Okonomiyaki."
Duh, nama makanan aja susah amat ya. Batin Zia lagi.
"Tuan Zion hari ini meminta makan siang dengan menu dari Jepang, itu sebabnya saya sengaja meminta koki salah satu restoran milik keluarga yang menyajikan menu jepang."
Terang mbak Wati.
Zia menghela nafas. Hari pertama langsung dapat tugas yang susah. Ngapalin nama makanan Jepang.
Padahal Zia selama ini cuma tau soal Jepang ya Ultraman, Doraemon, Samurai X. Makanan ya taunya Dorayaki kesukaan Doraemon.
"Sudah paham kan Zi?"
Tanya Mbak Wati.
Zia mengangguk. Bukan Zia jika tidak selalu Percaya Diri dan penuh semangat.
"Ya sudah antarkan ke ruang makan lantai tiga. Jika Tuan Zion belum keluar kamar, kamu panggil saja. Oh ya, untuk buah kami sediakan salad buah itu ya."
Mbak Wati menunjuk mangkuk yang berisi potongan buah segar yang disiram mayonaise, yogurt dan susu.
Zia menelan ludah.
Zia kemudian mendorong kereta dorongnya hati-hati menuju lift untuk mengantarkan makanan Tuan mudanya.
**-------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 362 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Ntar klo si Zion palsu Ingin makan maksakan Korea langsung panggil koki di restoran Korea milik Zion asli, begitu juga jika ingin makan masakan cina panggil koki di restoran Cina milik Zion asli..😄😄😄
2022-09-19
0
Ray
Eng.....Ing...Eng ...Hari pertama bekerja , dan bagaimana kelanjutannya, pastikan selalu menanti Up ceritanya Outhor, semangat💪🙏😘
2022-09-16
0
Selvinahaechan
lemper yg bnr aja Zia hiks hiks
2022-08-19
0