Jam sudah hampir sembilan malam, saat Mpok Ilah bersiap menutup warung sembako kecilnya.
"Hari ini sepi amat ye, ape orang pada kagak laper ape begimane, kagak ada yang beli beras."
Mpok Ilah ngedumel sambil menutup warung.
Tiba-tiba...
"Mpok... Mpok..."
Suara seseorang memanggil dari arah belakang.
"Eh, teh pucuk di cinta si ulam tiba."
Kata Mpok Ilah sok pake peribahasa.
Dengan kekuatan super semangat, Mpok Ilah menoleh ke asal sumber suara...
Dan...
Tampak Murni, anak Mpok Romlah tetangganya yang tadi pagi di kubur setelah ditemukan gantung diri di Pohon Beringin berdiri di sana.
"Mpok... Mpok... Muka saya kok ada kapasnya."
Kata si Murni polos atau PEA, pake nanya kapas di mukanya..
"Ya kagak taulah... lu lagi bersihinin muka kali... Aaaaaaaaaaaaaaa...!!"
Mpok Ilah kemudian lari tunggang langgang masuk ke dalam rumah dan pingsan.
Malamnya, korban Murni adalah tukang ronda.
Saat tukang ronda lagi keliling-keliling, mereka lihat Murni berdiri di depan gang rumahnya.
"Bang... Bang..."
Murni memanggil tukang ronda.
Tukang ronda yang harusnya pemberani langsung lari terbirit-birit.
Rumah Pak Haji yang paling dekat dengan pohon beringin tempat Murni mengakhiri hidupnya juga tak ketinggalan di santronin Murni.
Ia mengetuk pintu rumah Pak Haji bolak balik, mondar-mandir ingin masuk tapi tidak bisa karena rumah Pak Haji terlindungi oleh semacam cahaya yang susah ditembus.
Malam itu seolah menjadi malam yang panjang untuk kampung di mana Zia tinggal. Yang semula tenang karena hampir semua hantu minggat di usir hantu Paman Tanpa Kepala, sekarang pendatang baru si Murni justeru lumayan rajin apdet.
Di rumah Zia.
Gadis itu baru selesai mandi. Zion duduk di karpet menghadapi nasi goreng yang mulai dingin.
"Belum habis?"
Tanya Zia asal.
Zion memonyongkan bibirnya. Jelaslah belum habis, orang cuma nyiumin aroma doang.
Zia duduk di karpet sambil sibuk mengeringkan rambut, kipas angin ruangannya yang berbunyi klotok-klotok di dekatkan.
"Zi, kayaknya gadis yang bunuh diri itu udah mulai ganggu orang sekitar sini."
Kata Zion.
"Mamang penjual bakso itu?"
Zia masih sibuk mengeringkan rambut pakai handuk dan kipas angin.
"Kayaknya bukan cuma dia yang bakal diganggu."
Kata Zion lagi.
"Ya biarinlah, entar juga bosen sendiri."
Sahut Zia.
"Enggak Zi, gadis itu belum nyadar dia udah mati."
"Kata siapa?" tanya Zia melirik Zion.
"Di apartemen dekat tempat tadi juga ada cewek gentayangan, dia bunuh diri selang satu Minggu aku di sana."
"Oh yah."
Zia menatap Zion.
"Jadi itu sebabnya kamu tau kalo orang bunuh diri disaksiin hantu?"
Zion mengangguk.
"Aku diajak nyaksiin waktu itu, pas cewe itu mau lompat, aslinya dia udah ragu, tapi energi semua yang datang mendorongnya untuk tetap melakukannya."
Zia menelan ludahnya.
"Trus apa yang terjadi?"
Cewek itu bangun keluar dari tubuhnya yang kepalanya pecah.
Dia ketakutan melihat kami yang mengerubutinya, lalu dia naik ke atap apartemen, dan mengulangi adegan itu terus menerus.
Esoknya ia menangis, lalu ke sana kemari mencoba berinteraksi dengan manusia.
Ada yang bisa melihatnya, ada yang tidak.
"Kasian."
Zia iba.
"Gadis pohon beringin itu juga pasti begitu."
"Akan berusaha berinteraksi dengan manusia?" tanya Zia.
Zion mengangguk.
"Ia akan berusaha meyakinkan diri jika ia belum mati, dan selama itu dia akan jadi ketagihan ganggu manusia."
Zia menghela nafas.
"Kasian juga hantu, kayaknya tujuan hidup mereka enggak jelas banget."
**------**
Mumpung hari Sabtu. Zia tidak ada jadwal mengantar susu di pagi hari, jadi Zia pergi ke rumah Umi Dimas.
Selain untuk mengembalikan rantang-rantang milik Umi, Zia juga sekalian ingin membantu Umi memasak pagi ini.
Sudah cukup lama Zia tidak melakukannya karena ia kejar lemburan terus.
Maklum, ada yang ingin Zia beli.
Yap, apalagi... Jika bukan motor baru.
Zia berjalan kaki ke rumah Umi Dimas yang jaraknya memang hanya sekitar enam rumah saja dari rumahnya.
Zion juga tak mau ketinggalan, ia melayang di belakang Zia.
"Apa harus selalu ikut kemana saja aku pergi?" Tanya Zia gusar.
Zion Nyengir.
"Bete kan di rumah, mending jalan-jalan. Lagian kamu mau masak-masak di rumah si Dimdim itu kan? Pasti aku bisa kenyang di sana."
Kata Zion yang benar-benar bersemangat.
Bayangan aroma ayam goreng, ayam bakar, ikan goreng, sop iga sapi, rendang, Ah' semua membuat air liur Zion nyaris tumpah.
Tok... tok... tok...
"Umi..."
Zia mengetuk pintu rumah Umi. Tak usah menunggu lama, pintu itu dibukan dari dalam. seorang gadis ABG berdiri sambil tersenyum lebar.
"Kak Zia,"
Sapa Kanaya. Yah, nama gadis ABG itu adalah Kanaya. Adik satu-satunya Dimas.
"Umi ada?"
Tanya Zia. Kanaya mengangguk cepat.
"Tuh di dapur sama Mbak Tinah, udah mulai tempur."
Ujar Kanaya sambil menunjuk ke arah belakang.
"Masuk aja Kak, udah biasa inih."
Kata Kanaya.
Zia tersenyum. Lalu langsung masuk ke ruang dalam menuju dapur di mana Umi Dimas sedang mengaduk ungkeban Ayam di atas kompor.
"Pagi Umi."
"Eh... Zia."
Umi menyambut senang.
"Nah pas banget ini Zia datang, Ayuk Zi, tambahan tenaga ngupas kentang. Menu tambahan bikin perkedel."
Kata Mbak Tinah.
"Pesanan chatering hajatan ya mbak?" tanya Zia.
"Bukan, ini bikin nasi berkat buat selamatan Bu Sundari. Selamatan wisuda anak gadisnya, si Wulan."
Mbak Tinah yang menjawab.
"Ooh, yang kuliah di ITB ya?"
Tanya Zia, dia paham karena Bu Sundari salah satu pelanggan susu yang Zia antar setiap pagi.
"Iya." Mbak Tinah mengangguk.
"Untungnya Bu Sundari anaknya pinter-pinter ya, nurut-nurut, meskipun Bapaknya begitu, ketahuan selingkuh sama pacar keponakannya sendiri, amit-amit."
Mbak Tinah mulai menggosip.
"Ssttt... Jangan membicarakan hidup orang lain, tidak baik. Kalau mau bicara yang kebaikan mereka saja."
Umi mengingatkan. Mbak Tinah jadi nyengir malu.
Zion yang sedari tadi sibuk menghirup aroma masakan tampak mengacungkan dua ibu jarinya atas sikap Umi Dimas.
"Keponakannya sudah lama tidak di sini lagi ya mba?"
Umi Dimas kemudian mengalihkan pembicaraan.
"Iya, yang ganteng itu, siapa namanya..." mba Tinah mencoba mengingat.
"Niko." Kata Zia.
"Nah itu Niko, ciyeee... Zia kalau yang ganteng langsung tau namanya."
Mbak Tinah menggoda, Zia jadi tertawa.
"Kan Bu Sundari langganan susu kalau pagi,"
"Oh iya, kirain..."
Mbak Tinah cekikikan.
"Oh iya, tadi pas saya mau ke sini di rumah Mpok Ilah ramai orang."
Kata Mbak Tinah sambil berjalan ke arah kulkas lalu mengambil telur.
"Kenapa memangnya?"
Tanya Umi sambil mematikan kompor karena merasa Ayam ungkeb nya sudah pas. Zion tampak menghirup aroma itu sepuas-puasnya.
"Itu, katanya Mpok Ilah sakit panas karena didatengin Murni."
Mbak Tinah mulai menggosip lagi. Zia dan Zion seketika saling pandang.
"Ah yang benar Tin..."
Umi yang kemudian bergabung dengan Zia menyelesaikan mengupas kentang tampak tidak percaya.
"Eeeh si Umi, kalau diceritain suka ngga percayaan."
Mbak Tinah membawa telur-telur dari kulkas ke meja di mana Zia dan Umi mengupas kentang.
"Semua mulai pada takut. Namanya bunuh diri ya pasti jadi hantu."
Kata Mbak Tinah.
Zion yang agak tersinggung seolah Mbak Tinah sangat memandang rendah hantu jadi kesal. Zion melayang ke arah Mbak Tinah, dan...
Plak !!
Zion menabok kepala Mbak Tinah.
"Aduh!!"
Mbak Tinah mengaduh sambil mengusap kepalanya. Ia celingak celinguk sendiri, karena ia merasakan ada tangan menabok kepalanya tapi tak ada siapa-siapa di sana selain Umi dan Zia.
Lalu...
"Zia..."
Panggil Mbak Tinah. Zia yang pura-pura tidak melihat apa yang dilakukan Zion pada Mbak Tinah langsung menjawab panggilan perempuan itu.
"Apa di sini ada hantu?"
Tanya Mbak Tinah.
Zia terdiam sejenak. Lalu...
"Iya mbak, ada."
Jawab Zia membuat Mbak Tinah dan Umi jadi merinding.
**--------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 362 Episodes
Comments
Hana Rita ☘
duuhh 🤣🤣
2024-01-25
0
Ray
Ya bener ada hantu NTU si Zion, hantu ganteng penasaran 😱🤔😄 Lanjut Up dan semangat buat Outhor🙏😘
2022-09-16
0
jaemin luvvꕤ
ada serem ada ngakak nya jga😭
2022-07-08
0