"Gubrag gabrug, gubrag gabrug ..."
"Ayok cepet... cepet... nanti ketinggalan..."
"Hihihi..."
Terdengar suara gaduh, berisik luar biasa di luar sana.
Yang suara orang bicara, orang berlarian, orang berjalan tergesa-gesa, pokoknya sudah seperti orang yang berbondong-bondong mau lihat konser Noah.
Zia yang tadinya sedang fokus lembur menjahit, konsentrasinya jadi terganggu.
"Hrrgghh... Menyebalkan, ada apa coba malam-malam pada berisik." Zia kesal. Ngedumel tak jelas.
Zia kemudian melihat jam dinding yang ternyata sudah hampir pukul tiga dini hari.
Zia tiba-tiba merasa merinding.
"Berisik itu, apa?" Pikirnya.
Zia kemudian mengintip dari balik korden jendela.
Sepi. Tak ada satupun manusia di sana.
"Ngga usah dilihat,"
Tiba-tiba Zion mengagetkannya. Hantu tampan itu berdiri di sebelah Zia yang sedang berusaha mengintip lebih seksama.
"Besok juga bakal tau."
Kata Zion lagi, lalu melayang kembali ke atas kasur.
Zia menutup kembali kordennya.
"Maksudnya apa? Tadi itu apa? Hantu pada mau liat konser?"
Tanya Zia.
Seingatnya, ia belum pernah mengalami hal serupa.
Suara derap langkah dan gaduh seperti orang satu kampung keluar semua dari rumah menuju satu arah.
Zia kemudian duduk di karpet. Rasa merindingnya belum berkurang. Mungkin karena energi mahluk astral yang jumlahnya sangat banyak, hingga membuat Zia agak limbung.
"Kamu mendingan rehat, kamu kerja sampai ngga ada waktu istirahat,"
Kata Zion.
Zia merebahkan tubuhnya sembarangan.
"Aku sudah bilang, untuk bertahan hidup di kota, manusia ngga boleh malas-malasan."
Jawab Zia sembari menutup mata. Sejatinya ia memang lelah. Sungguh-sungguh lelah.
"Dasar bodoh, malas dan kerja tanpa aturan sama saja merugikan."
Cibir Zion pada Zia yang justru sudah mendengkur pelan.
Zion menatap wajah gadis itu.
"Sebetulnya dia manis, tapi sayangnya mulutnya berisik."
Zion tertawa.
Zion kemudian ikut rebahan. Ia mencoba memejamkan mata. Aroma shampo dari rambut Zia yang khas kembali tercium.
Tapi...
Zion tiba-tiba seperti mendapat bayangan.
Anak perempuan dalam mimpinya itu. Anak perempuan yang memakai rok berenda berwarna biru langit, dengan pita besar di belakangnya. Rambutnya yang panjang di kuncir dua.
Siapa dia? Kenapa tiba-tiba sosok anak perempuan itu muncul dalam ingatannya.
Zion kemudian bangkit dari posisinya. Memilih duduk saja dan menjaga Zia sepanjang malam dengan otak yang tak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan tentang si anak perempuan.
**------**
Pagi menjelang, Zia terbangun karena ketukan di luar pintu rumah, dan Zion yang mengguncang-guncangkan badannya.
Zia bangun terduduk sebentar. Nyawanya belum kumpul semua. Matanya yang bulat mengerjap karena silau sinar matahari yang menerobos masuk tanpa permisi melalui kaca jendela dan ventilasi.
"Gebetanku bawa sarapan, ayo cepat buka pintu, aku lapar."
Kata Zion.
Zia melirik Zion dengan sebal.
"Kamu kan bisa megang benda, buka sendiri aja pintunya."
Kesal Zia.
"Kalo aku buka pintu trus dia liat kamu tidur, yang ada dia pingsan dudul."
Zion tak mau kalah.
Lalu tangan Zion yang dingin seperti es itu menarik tangan Zia agar gadis itu berdiri.
"Bentar aku mau cuci muka dulu."
Kata Zia yang mau berbalik ke kamar mandi saat Zion mendorongnya ke arah pintu.
"Iiikh ngga usah, kamu ngga tau ya, cowok itu selalu bayangin cewe yang dia suka pas baru bangun tidur kayak apa, udah sana cepet temuin Dimas dan kita bisa sarapan."
Zion bersemangat.
"Huuu... Hantu gratisan."
Zia melet.
Zia lalu membuka pintu rumahnya. Dimas berdiri di sana. Seperti biasa membawa rantang.
"Ah ya Tuhan, aku lupa ngembaliin rantang umi."
Zia terpekik. Dimas tampak tersenyum.
"Ngga apa Zi, kamu kayaknya lagi banyak kerjaan."
Ujar Dimas pengertian sambil menunjuk dua kantong besar berisi potongan bahan yang Zia bawa pulang untuk di lembur.
"Buat tambahan beli listrik Bang."
Kata Zia sambil nyengir.
Dimas mengangguk. Ia begitu mengagumi sosok Zia, yang bisa bertahan hidup dengan tanpa beban meski tak ada orang tua dan sudara.
Zia tumbuh begitu ceria dan penuh semangat. Jarang sekali Dimas melihat Zia menangis, bahkan rasanya hampir tidak pernah, kecuali saat Neneknya meninggal beberapa tahun lalu.
Selain itu, saat kebanyakan gadis di jaman sekarang memilih menjadi simpanan om-om hidung belang untuk memenuhi hajat hidupnya, Zia justeru lebih memilih hidup apa adanya, tanpa gengsi, dan hanya mengandalkan hasil kerja kerasnya sendiri.
"Itu ada tongseng kata Umi."
"Waaa... aku suka aku suka...,
Zion tampak begitu merdeka mendengar kata Tongseng di sebut.
Ish... Zia mendesis.
Dimas menatap Zia lagi, kenapa dua hari ini Zia seolah sedang berinteraksi dengan sosok yang tidak ia lihat.
"Oh iya... dua rantang sebelumnya Zia belum sempat kembalikan, nanti sekalian nganter susu deh Zia mampir ya Bang."
Kata Zia ingat rantang-rantang milik Umi Dimas. Bagaimanapun, rantang-rantang itu pasti akan dipakai untuk pelanggan-pelanggan Umi.
Ah ya lupa, Umi Dimas itu punya usaha chatering kecil-kecilan. Selain menerima pesanan untuk acara hajatan, Umi Dimas juga menerima pesanan untuk makan sehari-hari, biasanya pelanggan Umi adalah pasangan muda yang baru menikah yang sama-sama sibuk kerja dan ngontrak di sekitar sana, ada juga mahasiswa dan karyawan di rumah kos.
Itu sebabnya, setiap hari ada saja makanan yang bisa Umi Dimas bagi untuk Zia.
"Ngga apa Zi, besok saja Abang ambil, lagipula Umi tadi pergi sama Mpok Indun ke kebon dekat rumah Pak Haji Kadir."
"Kebon dekat rumah Pak Haji Kadir?"
Emangnya ada apa di kebon dekat rumah Pak Haji Kadir? Bukannya kebon itu katanya mau diratakan jadi perumahan? Batin Zia.
"Tadi pagi mau subuhan, Pak Haji Kadir lihat anak Mpok Romlah gantung diri di pohon Beringin besar di kebon dekat rumahnya. Pohon Beringin yang deket jalan itu."
Terang Dimas.
"Hmm apa aku bilang, pagi ini akhirnya kamu tau kan..."
Zion cekikikan. Zia menatap ke arahnya.
"Apa?" Tanya Zion.
"Maksudmu yang semalam berisik orang pada lari kayak mau liat konser itu..."
Kalimat Zia menggantung, karena tiba-tiba merakan Dimas menepuk bahunya.
"Eh... iya kenapa..."
Gagap Zia.
"Kamu dari kemarin kayak ngajak ngomong siapa, padahal aku ngga lihat ada siapa-siapa selain aku, bikin merinding saja."
"Hehe... Iya Bang, maaf, mungkin efek kurang tidur." Kata Zia nyengir.
"Ya sudah, Abang mau kerja dulu. Besok weekend, gunakan buat istirahat Zi, jangan sampai sakit."
Dimas mengusap rambut kepala Zia seperti pada anak kecil. Zia mengangguk.
"Ehm... Ehm..."
Zion menggoda Zia sambil berlalu masuk ruangan dan duduk selonjoran di karpet.
Sepeninggal Dimas, Zia langsung menyusul duduk di karpet.
"Ayo buka..."
Perintah Zion tak sabar.
"Eh Han,"
Zia menepuk lengan Zion. Wajahnya serius menatap wajah tampan Zion.
"Namaku Zion, kenapa manggilnya Han. Ntar dikira hansaplas."
Zion misuh-misuh.
"Tadi malam, jelasin dulu yang tadi malam." Kata Zia tak peduli aksi protes teman hantunya.
Zion mendengus, ia sudah ingin makan, tapi wajah serius Zia mengisyaratkan jika Zion tak menjelaskan soal semalam itu, maka tidak akan dibuka rantang makanan Zia hari ini.
Maka...
"Iya... iya... yang semalam pada lari-lari itu hantu semua." Kata Zion akhirnya.
"Mereka paling senang kalau ada manusia bunuh diri. Itu tontonan gratis buat mereka. Selama proses itu, mereka akan terus memberikan energi negatif supaya si manusia merasakan keputusasaan yang seolah ngga ada lagi jalan keluar buat masalah dalam hidupnya selain bunuh diri."
Mendengarnya Zia langsung menabok lengan Zion lagi.
"Aw! Kenapa kamu mukul aku terus."
Zion kesal.
"Gimana aku ngga mukul kamu, kalo kamu tau bakal ada orang bunuh diri harusnya ngomong sama aku, kan aku bisa langsung ke TKP biar itu anak ngga jadi bunuh diri."
Zia benar-benar menyesal.
"Memangnya kamu sanggup? Kalo kamu ngga bisa lihat hantu sih ngga masalah, di sana akan ada ribuan hantu, mereka juga tau kamu bisa lihat mereka, yang ada kamu jadi sasaran nanti."
Zia tercenung. Membayangkan orang yang bunuh diri begitu meninggal melihat banyak yang menyambut dan itu bukan malaikat, tapi hantu.
Lalu apa yang akan terjadi sama mereka?
"Selamanya mereka akan melihat bagaimana mereka mengakhiri hidup mereka. Tersiksa dalam penyesalan."
Lirih Zion seolah menjawab tanya dalam hati Zia.
**------**
Catatan : Peristiwa banyak orang berlari tapi tidak ada wujudnya lalu paginya ditemukan orang bunuh diri adalah kisah asli ayahku.. (jadi, apapun masalah kalian, jangan putus asa ya gaes. Tetap semangat, dan percayalah Tuhan selalu bersama orang yg sabar). Lope... lope...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 362 Episodes
Comments
Ray
Sesulit dan sesusah apapun dalam hidup kalo bisa jangan berputus asa dengan berakhir bunuh diri😱 Terus berbenah diri, percaya bahwa Allah itu ada dan tidak pernah tidur🙏Selama kita berusaha, berikhtiar, dan berdoa, berserah diri kepada Allah semata, semoga kesulitan dan masalah yg kita hadapi , akan ada jalan keluarnya🙏👍
2022-09-16
0
Eny Agustina
Wkwkwkwkwkwkwkkkkk
2022-08-10
1
Hani Arifin Hani
aku pernah ngalami hal semacam itu,,,pas pohon besar di samping sungai roboh.banyak suara yg bertepuk tangan dan lewat dpn rmh
2022-06-23
1