Setelah menghabiskan mie instannya, Zia mulai merasa mengantuk. Tubuhnya yang sejak pagi sudah lelah, menuntutnya untuk segera beristirahat.
huaaahm...
Zia menguap lebar. Lalu rebahan begitu saja di atas kasur yang kini sudah lebih rapih dari biasanya. Zion menatap gadis itu sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Bahkan di dunia hantu, rasanya tidak ada gadis yang habis makan langsung bisa ngorok.
Zion kemudian ikut rebahan di sebelah Zia, menatap langit-langit kamar.
Kipas angin di sudut ruangan berbunyi klotok-klotok, menyusup di keheningan malam. Zion mencoba menutup mata.
"Ziooooon... tunggu aku... Larinya jangan kenceng-kenceng."
Seorang anak perempuan berlari mengejar Zion kecil yang membawa kincir di tangannya. Kincir itu berputar sepanjang Zion berlari jalanan desa yang masih belum di aspal.
Anak perempuan itu juga membawa kincir yang sama dengan Zion, berlari kecil mencoba menyusul Zion sambil terus meminta Zion mengurangi kecepatannya berlari.
"Ayo cepaaaat... Kamu larinya lelet. Kalau ada harimau kamu dimakan duluan, hahaha..."
Zion kecil terbahak, membuat anak perempuan di belakangnya ingin menangis.
Angin berhembus dari arah perbukitan yang mengililingi desa mereka. Hamparan sawah ladang yang hijau begitu indah menawan mata.
Bukgh !!
Zion terkejut. Sesuatu seolah jatuh di atas tubuhnya.
Batu, kayu, beton, atau apa?
Zion pelahan membuka matanya, aroma shampo tiba-tiba tercium menusuk-nusuk hidungnya.
Zion memutar pandangan. Zia ternyata berguling ke arahnya dan kini bersandar di pundaknya. Tangannya menindih dada Zion, dan kaki kanannya menindih kaki kiri Zion.
Zion mendengus sebal.
Tidurnya terganggu. Dulu pocong dan tuyul yang sering membuatnya terbangun tiba-tiba. Sekarang gadis itu.
Zion mendorong kepala Zia menjauh. Tapi Zia seolah bertahan di sana.
Sial !! Dia tidur apa pura-pura. Batin Zion.
Tapi... Tunggu...
Zion menatap langit-langit lagi...
Apa tadi?
Apa aku mimpi?
Aku hantu bisa mimpi?
Kepala Zion tiba-tiba penuh tanda tanya.
Bagaimana bisa? Kenapa tiba-tiba ia bisa bermimpi? Sudah dua bulan ia menjadi hantu dan ia tidak pernah bermimpi.
Zion masih belum mengerti apa yang terjadi sebetulnya, saat kemudian sebuah tangan menampar pipinya...
"Hantu mesuuum...!!"
Plak plak...
Zion yang kaget langsung duduk, Zia sudah duduk lebih dulu di sana. Gadis itu meraba semua bagian tubuhnya dengan cepat, seolah ia takut ada yang hilang.
Zion melengos.
Yang benar saja, bahkan jika ia sekarang manusia, lalu tidur dengan Zia, tentu ia tidak akan bernafsu.
"Jangan lebay, kamu pikir kamu seseksi Aura Kasih apah." Zion kesal.
Zia mendelik.
"Ini bukan masalah seksi atau enggak seksi. Cowok itu kalau sudah otak mesumnya kumat, mau dia kayak buntelan kerupuk juga diembat."
Zia ngomel-ngomel.
"Hahaha..."
Zion malah tertawa.
"Aku sudah bilang, aku terlalu tampan untuk jadi cowok mesum."
"Tampan apanya..."
Zia melempar bantal ke muka Zion.
**--------**
Pagi sekali, Zia sayup-sayup mendengar suara motor berhenti di depan rumah. Motor siapa lagi kalau bukan motor Bang Dimas.
Zia hafal betul suara motor itu karena hampir setiap hari cowok itu mampir ke rumahnya sebelum berangkat kerja.
Zia sejenak merentangkan kedua tangannya. Lalu beranjak dari depan mesin jahitnya.
Semalaman ia lembur menjahit setelah adu mulut dengan hantu Zion.
Ah, hantu itu, ke mana dia?
Zia celingak celinguk. Kosong. Sepi.
Zia mencoba mengingat, semalam apa yang terjadi setelah adu mulut.
Ah, Zion pergi. Yah, baguslah. Hantu tidak ada akhlak itu tidak kembali lagi. Zia tersenyum merdeka.
"Pagi Zi... kenapa senyum-senyum begitu?" Sapa Dimas saat akhirnya Zia membuka pintu rumahnya dan mendapati cowok yang kini terlihat begitu rapih itu sudah berdiri di depan pintu.
"Oh, enggak apa-apa kok." kata Zia.
"Nih, dari Umi."
Dimas menyodorkan satu susun rantang tiga ukuran sedang ke wajah Zia.
"Tiap hari dikasih makanan gini, aku jadi malu." Kata Zia tak enak.
Umi Dimas memang begitu baik padanya, sejak Nenek masih hidup hingga sekarang, ia selalu membagi makanan untuk Zia setiap pagi. Bahkan makanan yang diantar juga terbilang cukup banyak, hingga bisa Zia bawa bekal ke tempat kerja.
Dimas yang paling sering mengantar. Tapi kadang juga Kanaya adik Dimas, dan bahkan Umi Dimas sendiri.
"Sudahlah, kayak sama siapa, yang penting rantang yang kemarin nanti jangan lupa diantar." Kata Dimas membuat Zia malu.
Zia baru akan nyengir saat matanya tak sengaja melihat Zion si hantu koplak melambaikan tangan dari atas pohon Mangga yang tumbuh di halaman rumah tetangga Zia.
Ish... Zia mendesis.
"Apa Zi?"
Dimas celingak-celinguk.
"Kamu liat hantu lagi ya?" Tanya Dimas merinding.
Zia balik menatap Dimas di depannya.
"Hehe... Enggak kok Bang, itu cuma Kampret aja."
Dimas mengerutkan kening. Jam segini ada kampret, perasaan Batman aja ngga muncul pagi hari.
Zion melayang dari atas pohon, lalu nimbrung berdiri di antara Zia dan Dimas.
"Oh iya, tadi Umi cerita, katanya mpok Indun pagi tadi bilang ke Umi, denger kamu teriak-teriak semalam jadi pada takut."
Zion nyengir...
"Ya emang suaranya berisik sampe budek aku juga." Kata Zion meskipun ia tahu Dimas tidak akan bisa mendengarnya.
Bahkan Zion mendekatkan mukanya ke wajah Dimas saja, cowok itu tidak merasa.
"Eh kupret, apaan sih Lo."
Zia ngomel tiba-tiba, tangannya menabok kepala Zion.
"Aw..." Zion mengusap kepalanya sambil nyengir.
"Apa Zi..."
Dimas menatap Zia dengan tatapan aneh.
Dimas tahu Zia bisa melihat hantu, hal itu memang sudah bukan rahasia lagi. Tapi Dimas selama ini merasa Zia tetap bisa normal, kecuali pagi ini...
"Ngga apa Bang, udah Bang Dimas berangkat kerja aja, ntar telat..."
Kata Zia pada Dimas, yang akhirnya menurut.
"Oke deh, Abang berangkat yah."
Pamit Dimas. Ia tersenyum manis. Manis sekali bahkan.
Zion mantuk-mantuk sambil mengusap dagunya.
"Jelas banget dia naksir kamu. Seleranya payah."
Komentar Zion begitu Dimas naik ke motornya dan sekali lagi tersenyum pada Zia sebelum pergi.
"Apaan sih berisik." Zia melengos masuk ke dalam.
"Ayo sarapan, bikin kopi."
Kata Zion tidak tahu malu. Zia melirik sebal.
"Emangnya hantu bisa makan apah..."
Zia duduk selonjor di karpet, rantang dari Umi siap ia buka.
Zion menatapnya tak sabar.
Sejak semalam, ia hanya menghirup aroma nasi goreng sedikit dan uap mie instan.
Zia membuka rantang susun tiga di hadapannya.
Satu rantang berisi nasi yang masih mengepul, satu rantang lagi berisi satu potong ayam goreng dan tiga tahu isi, satu rantang lagi berisi mie goreng dengan taburan potongan cabai keriting dan kentang balado.
"Waaaw..."
Zion mengibas-ngibaskan tangannya di udara, tepat di atas ketiga rantang itu.
Zia menatap Zion heran.
"Apa? Masih kagum dengan ketampananku?" tanya Zion menyadari Zia terus memandanginya.
Zia mendorong wajah Zion sampai hantu itu jatuh ke belakang.
"Kamu lagi ngapain kibas-kibas di atas makanan, kuman kamu jatuh semua." kesal Zia.
"Lha gimana, aku kan lagi makan." Zion tak kalah kesal.
"Makan cap apa kayak gitu," Zia bersungut, lalu mencoba menjejali mulut Zion dengan nasi yang ia ambil dari rantang. Jelas saja Zion menghindar.
"Cara makan hantu bukan kayak gitu, kita makan dari uap, aroma, ah dudul."
Zion misuh-misuh. Zia tertawa.
"Makan uap apa enaknya." kata Zia lalu menyantap sarapannya.
**-------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 362 Episodes
Comments
Ray
Wah kalo bisa liat hantu gimana ya, bisa gak ngapa ngapain deh, sembunyi di bawah selimut terus kali 😱😫 Tersiksa bisa jadi😱🙏
2022-09-16
0
Eny Agustina
Astaga... Wkwkwkwkwkkkkk
2022-08-10
0
Yuni Verro
hantu makan dari uap seru yah
2022-05-19
0