Bab 2: Tanpa Rencana, Seperti Takdir

Ling Mei berdiri sendirian, menatap pantulan bulan dari kolam taman miliknya. Udara dingin, tapi lebih dingin hatinya. Dia adalah kecantikan yang murni dan tersembunyi, begitu kuat dan mendominasi, tatapan yang menundukkan dan senyum yang menjatuhkan, dia bagaikan Dewi yang tidak bisa dikejar dan dibawa. Sekejap Ling Mei merasa tidak baik, dia menghela napas. Menatap pantulan dirinya dari dalam air seolah tepat berada di bawah bulan, mata biru terang dengan tahi lalat kecil di bawah mata kirinya, kulit putih susu, dan rambut hitam pekat seperti tinta, dia memejamkan matanya. Beban berat di atas bahunya terasa menyesakkan.

Semakin dipikirkan, Ling Mei tahu bahwa dia membutuhkan pengaruh dan kekuatan yang lebih besar di masa depan. Istana adalah tempat yang megah sekaligus mematikan, orang berkompetisi untuk memiliki takhta dan posisi yang tinggi. Menjilat, membunuh, berbohong, dan menusuk dari belakang bukanlah hal baru di tempat ini. Banyak orang berpikir Shao Ling Mei tidak berbahaya karena dia tidak pantas bahkan untuk mengambil gelar bangsawan kehormatan karena keterbelakang mentalnya. Tentu saja! Mereka tidak tahu! Ling Mei adalah seorang yang memiliki ambisi yang kuat, tanpa ragu membuang hatinya untuk melaksanakan ambisinya.

Ketika dia memutuskan menjadi seperti ini, dia telah membuang semuanya, cinta dan hatinya telah menjadi dingin seperti cuaca yang membekukan di musim dingin bersalju. Sama seperti orang lain, Ling Mei tidak akan sungkan untuk menyingkirkan semua orang yang menghalangi jalannya ataupun berusaha menindasnya. Tahun ini usianya tepat 16 tahun, itu artinya tidak lama lagi Permaisuri Agung akan memintanya mengambil dekrit pernikahan. Pernikahan heh? Itu cukup bagus untuk menambah pengaruh dan kekuatan, namun juga dapat menjadi pisau bermata dua yang menghancurkanmu dengan kejam.

Tatapan Ling Mei menjadi tajam, ada langkah kaki lain di sekitarnya. Tidak hanya satu, tapi juga tidak berisik seperti orang yang ingin mencuri. Ling Mei menjadi waspada, beberapa orang dengan pakaian serba hitam dan pedang mulai berdatangan, setengah wajah mereka tertutup oleh kain hitam. Seseorang mengirim sekelompok pembunuh bayaran lagi, entah siapa kali ini, dia akan mencari tahu nanti. Ling Mei mulai bersiap, dia akan menghadapi semua orang ini sendirian. Saat dia bersiap menendang tengkuk salah satu dari mereka, seseorang datang dan melemparkan tusuk rambut ke leher pembunuh bayaran lainnya.

Tunggu ... apa yang terjadi?!

Ling Mei terkejut dan berbalik, seorang pria berpakaian seperti tuan muda kaya dengan Dizi* berwarna merah kehitaman di tangannya berjalan mendekat ke arahnya. Dia memiliki mata semerah darah, rambut hitam seperti langit malam yang panjang, dan satu tahi lalat kecil seperti miliknya di bawah mata kanannya. Dia mengenakan hanfu hitam berpadu emas dengan motif bunga teratai di jubah luarnya membuat pria itu semakin menawan dan menggoda seperti iblis. Ling Mei memejamkan matanya kesal, kedua alisnya bertaut. Ah, benar! Sekarang Ling Mei adalah gadis cacat mental yang bahkan tidak berani hanya untuk membunuh seekor semut.

(Dizi : alat musik tiup berupa seruling horizontal yang berasal dari Tiongkok dan terbuat dari bambu).

"Boo-hoo! Ada orang jahat! Mereka ingin memukulku! Aku tidak ingin di pukul Huaaa!!!!"

Pria itu terkejut melihat Ling Mei terduduk di tanah, berteriak dan menangis dengan keras, dia dengan panik memegang kedua sisi wajah Ling Mei.

"Yang Mulia, mereka tidak akan! Saya akan melindungi kamu dari mereka, kamu akan baik-baik saja!"

"WAAA!!! Hantu! Kamu hantu! Tolong aku ... hantunya ingin memakanku! HUU!!! HUUU!!!" Ling Mei menutup wajahnya dengan kedua tangan, dia merengek dan berteriak seperti orang gila.

Tuan muda itu tersenyum, senyum yang terlihat menyedihkan. "Tidak, saya tidak. Lihatlah, Yang Mulia! Saya sama sepertimu."

"Huh? Bukan hantu? ... Oh! Aku mengerti! Kamu adalah orang bodoh!"

"Ya? Orang bodoh?" Pria itu mengedipkan matanya berkali-kali, menatap Ling Mei bingung.

Ling Mei menatap mata merah tuan muda itu dengan binar. "Benar! Benar! Kakak ketiga bilang aku adalah orang bodoh, jika kamu sepertiku artinya kamu adalah orang bodoh. Hihihi..."

Dia terperangah, tidak bisa berkata-kata, dalam hatinya dia berkata, 'Tidak tahu apa yang terjadi, mengapa sepertinya putri ini sedang mengejekku?'

Para pembunuh bayaran menatap datar, kemudian salah satu bertanya, "Haruskah kita bunuh sekarang?"

Teman di sampingnya memukul kepalanya, "Apakah kamu juga menjadi bodoh seperti putri sampah itu? Kamu menanyakan hal yang sudah pasti."

"Apa kamu tidak tahu apa itu basa-basi?" pembunuh bayaran itu mendengus setelah kepalanya di pukul, dia menatap tidak terima.

"Tidak tahu. Tidak penting."

"Berhentilah para babi! Jika kalian terus berdebat seperti itu, aku yakin mereka akan lari dari sini tanpa kita sadari." ucapan sinis dilayangkan salah seorang pembunuh bayaran lainnya.

Tuan muda yang belum diketahui namanya itu mengerutkan alis, para pembunuh bayaran itu mulai bergerak lagi. Menatap Ling Mei sekali lagi, dia tersenyum.

"Tolong tunggu di sini, saya akan membersihkannya untukmu."

Seorang pembunuh bayaran lainnya mengayunkan pedangnya ke arah pria itu, dengan cepat dia menangkisnya dengan Dizinya. Pria itu mengambil pedang pembunuh bayaran yang sudah mati karena tusuk rambutnya, dia mulai menyerang orang-orang berbaju hitam itu dengan pedang. Ling Mei melihatnya, ilmu bela dirinya memang tidak terlalu tinggi, tapi cukup untuk membunuh para pembunuh bayaran itu meski akan mengambil beberapa luka. Mata Ling Mei berkilat, dia menyeringai, benar-benar nakal! Di saat tuan muda lain menyulam, berdandan, ataupun bermain dengan alat musik dan sastra, dia memilih bermain pedang. Di bawah sinar bulan, pria itu terlihat indah dengan gerakan pedangnya yang terlihat seperti menari.

"Pertunjukan yang menarik, mari kita lihat berapa lama tuan muda nakal itu bisa bertahan!"

Seperti yang telah Ling Mei duga, pria muda itu berhasil melumpuhkan sebagian dari mereka. Dia membawa luka sayatan di lengan kirinya dan bahu kanannya, dan luka tusukan di perutnya.

"Mundurlah sebelum aku membunuh kalian semua!" dia menatap tajam para pembunuh bayaran yang tersisa, tidak peduli dengan darah yang menetes dari tubuhnya.

Seorang dari mereka tertawa mengejek, dia adalah seorang pria, tapi dia sangat berani. Telah dipastikan bahwa sekelompok pembunuh bayaran tersebut adalah wanita yang terlatih dalam ilmu bela diri.

"Kamu sangat berani. Kamu adalah seorang pria, kembalilah ke kamarmu dan lanjutkan saja sulamanmu, tidak perlu repot berada di sini. Ini adalah urusan kami dengan putri keempat!"

Wajah pria itu menjadi gelap, dia merasa tidak senang. Kemudian dia tersenyum, senyum yang janggal.

"Begitukah? Bagaimana jika kita minum teh dan makan kudapan bersama? Tapi sebelum minum teh bersamaku, pergilah ke neraka!"

Dia menyerang lagi, tapi kali ini lebih berapi dan agresif dari sebelumnya. Sepertinya ucapan pembunuh bayaran itu memprovokasinya. Satu orang dari belakang hampir menusuknya, pria itu dengan cepat menghindar dengan qinggong*, kemudian berbalik dan menghunuskan pedangnya ke dada kiri pembunuh bayaran tersebut.

(Qinggong : Teknik dalam seni bela diri Tiongkok. Di mana seniman bela diri memiliki kemampuan untuk bergerak dengan cepat dan ringan, melakukan gerakan menentang gravitasi seperti meluncur di permukaan air, menaiki tembok tinggi, berlari cepat, melompat ke puncak pohon, bahkan melayang di udara). 

Mata Ling Mei melebar saat pria itu mulai terkepung oleh para pembunuh bayaran yang tersisa, hampir tidak ada celah yang terlihat. Mereka mengepungnya dari segala arah, Ling Mei mengepalkan tangannya. Dengan luka sebelumnya dan hunusan pedang di segala arah, Ling Mei yakin pria itu tidak akan selamat jika dia tidak menolongnya. Ling Mei menghela napas panjang, wajahnya kembali tenang. Pria bodoh itu! Ling Mei tidak percaya dia akan direpotkan seperti ini. Dia sudah memutuskan akan menolong seorang tuan muda bodoh yang akan mati sebentar lagi karena ingin melindunginya.

Ling Mei mengerutkan alisnya, kabutnya! Kabut sialan itu! Itu memiliki racun pelumpuh yang membuat ahli bela diri tingkat bawah dan menengah kehilangan tenaga bahkan kesadarannya. Berpikir tentang ini, Ling Mei mendengus kecil, ternyata tikus-tikus itu lebih licik dari yang dia perkirakan. Siapa pun yang memerintahkan mereka kali ini, Ling Mei ingin memberinya penghargaan, mereka jauh lebih baik dibanding tikus-tikus sebelumnya yang gegabah dan ceroboh.

Mereka menatap datar pria muda yang lemas dan hampir kehilangan kesadarannya. "Dia hanya tingkat menengah, masih terlalu cepat untuk menghabisi kami yang jauh lebih terlatih darinya."

Ling Mei menatap tajam mereka, dia mengambil belati yang tersembunyi dalam hanfunya. Dalam diam dia menusuk salah satu dari mereka dari arah belakang tepat di lehernya, para pembunuh lainnya terkejut, sedangkan Ling Mei menyeringai menatap mereka dengan mata yang berkilat dingin.

"Kamu! Kamu ternyata tidak bodoh! Kamu menipu semua orang!" salah satu pembunuh bersuara, wanita itu menatap Ling Mei tidak percaya.

"Aiya, aku ... tidak tahu apa yang kamu bicarakan?" Ling Mei mengetukkan jarinya di dagu seperti orang yang tengah berpikir, kemudian dia menunjukkan senyum bodoh yang polos.

Wanita itu menggertakkan giginya, matanya berkilat marah, dia tidak senang. "Tidak perlu berpura-pura lagi, beraninya kamu menipu kami!"

"Tentu saya berani, memangnya siapa kamu? Saudaraku, aku beri saran padamu, sebaiknya urus saja wajahmu yang merah seperti pantat monyet yang terbakar. Aku tidak tahan melihatnya."

Wajah Ling Mei kembali dingin, terlihat berbahaya. Dia melanjutkan ucapannya, "Karena kamu sudah tahu, maka kamu harus mati, bukankah begitu peraturannya?"

"Kamu hanya beruntung karena kami sedang lengah. Karena kamu menantang kami, ayo kita selesaikan ini!"

Mereka menatap satu sama lain dan mengangguk, mereka mengangkat pedang masing-masing, bersiap menyerang Ling Mei secara bersamaan. Ling Mei menghindar, pedang itu hampir mengenai rambut panjangnya, dengan cepat dia mengarahkan belatinya ke leher pembunuh bayaran yang menyerangnya. Salah satu dari mereka berusaha menusuk dadanya, Ling Mei menangkisnya, dia melayang di udara dengan qinggong dan berbalik menebas leher orang itu.

Ling Mei menendang satu orang di depannya hingga tersungkur dan menusuk punggung orang itu tepat di bagian kiri atas. Tinggal dua orang, Ling Mei menyerang dan menusuk leher orang itu dari samping. Terakhir, Ling Mei menyeringai, dengan santai dia melempar belatinya seperti melempar kulit kacang ke arah pembunuh bayaran tersebut tepat di leher bagian depan hingga tembus ke belakang.

"Sungguh menggelikan! Apakah mereka terlalu bodoh untuk menyadari alasan aku tidak jatuh ke dalam kabut itu?"

Semua sudah selesai, mereka semua telah mati. Ling Mei mendengus sebelum beralih menatap pria yang sudah kehilangan kesadarannya sejak tadi. Dia menghela napas, berjalan mendekati pria itu dan mengangkatnya. Ling Mei menggendongnya seperti pengantin baru yang akan melakukan malam pertama. Membiarkan para mayat itu tergeletak begitu saja di tamannya yang indah. Persetan! Dia akan meminta Wu Jin untuk membersihkannya nanti. Ling Mei membaringkannya di salah satu kamar yang ada di paviliunnya, dengan perlahan dia membuka pakaian pria itu dan membersihkan darah yang mengotori tubuhnya.

"Kupikir dia memiliki tubuh yang bagus dan halus, indah sekali." puas melihat pemandangan indah di depannya, dengan rapi Ling Mei membalut luka pria itu.

Ling Mei melihatnya, tanda itu! Para pria memiliki tanda berbentuk lima kelopak teratai merah dengan satu titik kecil di bawahnya yang berada di dada kiri mereka sebagai tanda kesucian. Ah! Ini mungkin akan menjadi masalah yang besar di masa depan, Ling Mei berharap tidak akan terbawa dengan hal itu. Suara ketukan pintu membuat Ling Mei mengalihkan pandangannya dari pria itu.

"Ini saya, Yang Mulia."

"Aku tahu, masuklah Wu Jin!"

Ling Mei berdiri, dia membelakangi Wu Jin. "Aku yakin kamu sudah melihatnya, bereskan mayat-mayat yang mengotori tamanku."

"Maafkan saya terlambat membantu anda, Yang Mulia." Wu Jin berlutut, dia menundukkan kepalanya.

"Kamu sedang dalam tugas, aku tidak menyalahkanmu."

"Yang Mulia, mengenai hal itu, ada yang ingin saya sampaikan pada anda."

"Baiklah, ayo keruanganku!"

Ling Mei berjalan ke ruangannya diikuti Wu Jin yang di belakangnya, gadis itu hanya menatap ke depan dengan datar tanpa berbicara apa pun.

"Apa yang kamu temukan?"

Ling Mei berdiri menatap jendela bulat yang menunjukkan langit malam dengan kilauan bintang dan pancaran sinar bulan yang terang.

"Yang Mulia, Putri Mahkota mulai bergerak mendekati Kerajaan Wei untuk memperkuat posisinya. Saya belum tahu pasti, tapi mungkin mereka akan mengambilnya dengan cara pernikahan atau bisnis."

Ling Mei tersenyum kecil, matanya berkilat samar, "Oho! Kakak pertama ternyata cepat juga. Sangat ceroboh! Dia terlalu percaya diri, dia berpikir disukai Permaisuri Wei adalah hal yang mudah. Aku sudah melihat saat perjamuan, sepertinya Permaisuri Agung dan Permaisuri Wei memiliki rencana mereka sendiri."

Wu Jin mengerutkan alisnya, "Haruskah saya mencari tahu, Yang Mulia?"

"Tidak, tidak perlu! Permaisuri Agung memiliki banyak penjaga bayangan, mereka tidak terlihat dan terlalu diam. Akan sangat berbahaya jika kamu menyentuhnya."

"Saya mengerti, Yang Mulia."

"Hmph! sekarang aku harus mengurus orang aneh itu. Wu Jin, panggil Tabib Xia untuk datang ke sini secara rahasia dan cari tahu siapa pria ini."

"Baik, Yang Mulia."

..................

"Yang Mulia, Tabib Xia telah datang."

Ling Mei mengalihkan pandangannya dari buku yang dia baca. "Bagus! Minta dia untuk mengobati pria itu sekarang, dan kamu tetap di sini! Ada yang ingin aku tanyakan padamu."

"Baik, Yang Mulia." segera setelah Wu Jin menyampaikan perintah tuannya pada Tabib Xia, Wu Jin kembali dan duduk di depan Ling Mei.

"Apa kamu sudah tahu siapa pria itu?"

Wu Jin mengangguk. "Tentu, tuan muda itu adalah Pangeran Kedua Kerajaan Wei dan putra dari Permaisuri Wei dengan Pendamping Utama Kerajaan Wei, Tuan Besar Liu Mu Yuan. Wei Yun Rui, telah berusia 21 tahun dan belum menikah."

"Pangeran Kedua Wei Yun Rui? Sekarang aku mengerti maksud Permaisuri Wei. Wu Jin, ada berapa pangeran Wei yang ikut berkunjung ke Shao?" Ling Mei menghela napas, dia tahu hal seperti ini akan terjadi.

"Dari ketiga pangeran Kerajaan Wei, dipastikan semuanya berada di Shao, Yang Mulia."

"Baiklah, aku mengerti. Ikut denganku! Sudah saatnya melihat kondisi pangeran nakal itu."

Ling Mei telah berada di ruangan sementara tempat Wei Yun Rui diobati. Dia menatap Tabib Xia yang telah selesai dengan pemeriksaannya.

Tabib Xia tersenyum tipis, "Yang Mulia, saya telah mengobati semua luka di tubuhnya, anda hanya perlu menjaga luka tusukannya agar tidak terbuka dan berdarah lagi. Melihat semua ini, saya yakin ada sesuatu yang menarik terjadi sebelum ini."

"Kurasa kamu selalu penasaran dengan apa yang terjadi Tabib Xia, aku juga yakin sebentar lagi kamu pasti akan mengetahui apa yang terjadi dari orang-orangmu atau mungkin dari orang istana." Ling Mei menjilat bibirnya yang terasa kering, kemudian melanjutkan ucapannya.

"Aku hanya ingin memperingatimu Tabib Xia, terkadang rasa penasaran bisa membunuhmu dengan cepat."

Ekspresi wajah Tabib Xia berubah tegas, matanya berkilat dingin. "Itu bukanlah hal yang sulit bagi wanita tua ini, Yang Mulia. Saya cukup yakin dapat mengatasi hal seperti itu."

Ling Mei menyeringai, dia mengusap hiasan giok berbentuk naga yang ada di atas meja dengan perlahan.

"Aiya! Tentu saja, aku tahu. Kesetiaanmu pada kekaisaran benar-benar mengerikan Tabib Xia. Kamu mengetahui semua hal yang terjadi di istana, bahkan tentang diriku."

Dengan penuh kesopanan, Tabib Xia tersenyum kecil. "Anda terlalu memuji, jika bukan karena kemarahan anda yang tidak terkendali hari itu, saya pasti tidak mengetahuinya Yang Mulia."

Tatapan Ling Mei mendingin, dia tahu, sangat tahu betapa keluarga Xia memiliki sifat obsesi yang mendarah daging di setiap anggota keluarga. Sangat tidak mengherankan jika Tabib Xia terobsesi pada kesetiaan dan pasangan, Ling Mei tidak merasa terkejut tentang itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!