Bab 1: Sembunyi Dalam Bayangan

Di jalan ibu kota Xiaoyang Kekaisaran Shao, orang-orang berdiri rapi di kedua sisi jalan dengan tertib. Mereka semua menatap rombongan ramai dari Kerajaan Wei Timur dengan tanya, sudah lama sekali utusan maupun keluarga Kerajaan Wei tidak datang berkunjung ke Shao. Itu sedikit aneh, rumor mengatakan bahwa ada sedikit celah dalam hubungan Permaisuri Agung Shao dan Permaisuri Wei, dikatakan sebelumnya jika kedua permaisuri terlibat perselisihan pendapat yang cukup parah dalam masalah politik. Tapi, begitu melihat rombongan Kerajaan Wei, mungkin saja itu semua hanyalah omong kosong tak berarti.

Permaisuri Wei, Wei Su Yin adalah wanita yang ambisius, pemarah, namun memiliki hati yang hangat. Menyinggungnya sedikit itu akan sulit. Dia telah memerintah Kerajaan Wei sejak berusia 20 tahun ketika Permaisuri Wei terdahulu memilih mangkat lebih cepat dan menjadikan Wei Su Yin yang saat itu adalah putri mahkota sebagai permaisuri baru. Kerajaan Wei Timur adalah kerajaan yang dikenal setia di bawah pemerintahan Dinasti Kekaisaran Shao, bagi sebagian besar keturunan Dinasti Shao, memiliki dukungan dari Kerajaan Wei adalah bantuan yang besar untuk memiliki takhta.

Lain halnya dengan jalanan ibu kota, Aula Perjamuan Kekaisaran sedang diramaikan dengan banyak persiapan penyambutan. Tentu saja! Saat teman berkunjung, pasti akan melakukan banyak persiapan dan penyambutan. Aula Perjamuan adalah tempat Permaisuri Agung melakukan perjamuan penting dan khusus seperti hari ulang tahun permaisuri, perjamuan dengan para pejabat, dan perjamuan khusus untuk tamu penting kekaisaran.

Permaisuri Shao, Shao Fang Hua, menatap semua persiapan dengan mata senang, dia merasa baik. Wajah penuh ketegasan miliknya terlihat menghangat dari waktu ke waktu, seakan dia sudah menunggu lama untuk hari ini.

"Ibu! Ibu! Mengapa di sini ramai sekali? Siapa yang akan datang?" gadis itu, putri keempat Kekaisaran Shao, Shao Ling Mei bertanya dengan wajah kekanakannya, dia membawa boneka kelinci putih di lengannya.

Permaisuri menatap putrinya hangat, dia mengusap rambut hitam itu penuh kasih. "Apa kamu tidak tahu? Permaisuri Wei akan datang berkunjung dengan beberapa putri dan putranya."

"Permaisuri Wei? Apakah saya mengenalnya, ibu?" wajah bertanya seperti orang bodoh itu membuat banyak orang yang ada di sana ingin melemparnya.

Permaisuri mengetuk main-main kepala Ling Mei. "Dasar bodoh! Bukankah kamu memintanya bermain denganmu dan memanggilnya bibi setiap dia datang?"

Ini cukup buruk! Dia merasa tidak baik, gadis itu menatap ibunya sang permaisuri dengan tatapan tidak senang. Dalam hati dia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi, entah itu untuknya ataupun tidak, dia tidak tahu. Yang paling baik adalah menyingkir terlebih dahulu atau dia akan terjerat sesuatu yang dalam.

"Saya sudah mengingatnya, ibu! Saya akan bermain di paviliun saya dan menemui ayah sebentar lagi. Saya akan datang lagi nanti!"

Ling Mei pergi dengan tergesa, takut sesuatu itu berubah menjadi kenyataan dan merugikan dirinya, dia memilih menjauh. Sepertinya ibu permaisuri memiliki sesuatu dalam hatinya, saat wajah tegas itu terlihat senang, Ling Mei tahu akan ada hal yang terjadi entah besar atau kecil.

Bagi Ling Mei, Paviliun Bulan miliknya lebih menarik dibanding Aula Perjamuan. Karena dia belum menikah, dia belum boleh memiliki kediaman sendiri. Ling Mei tinggal di dalam paviliun yang tidak terlalu besar, tapi cukup untuk ditinggali beberapa orang. Terik matahari masih menyilaukan, awan putih bergerak melewati langit terlihat menyejukkan. Ini seperti ketenangan sebelum kejatuhan. Sebentar lagi, sebentar lagi para rombongan itu akan datang. Ketika saat itu tiba dia harus tampil dengan wajah lugu penuh kebodohan khas anak-anak. Ya! Itu adalah topengnya!

Semua anggota keluarga kekaisaran memiliki cara masing-masing untuk bergerak melindungi diri dan posisinya. Ketika hari itu tiba, hari saat kursi berdarah itu menjadi miliknya, Ling Mei tak akan mengampuni mereka semua, gadis bodoh ini akan memenggal kepala mereka seperti mereka yang ingin memenggal kepalanya. Ling Mei tersenyum, senyum licik penuh rahasia yang tersembunyi. Tatapan mata biru yang dingin seperti es, ini adalah wajah aslinya! Ekspresi tersembunyi yang tak banyak orang tahu, penuh kedinginan dan berbahaya.

"Wu Jin!"

Begitu nama terucap, seorang pria dengan wajah rupawan, rambut coklat gelap dan mata hijau yang memakai hanfu coklat dengan bagian dalam berwarna hitam dan sulaman teratai berwarna keemasan datang ke hadapannya.

"Saya, Yang Mulia."

Pria itu, Liao Wu Jin, anjing setia milik Ling Mei. Dia adalah pengawal pribadi dan tangan kanan putri keempat yang patuh. Sejak Ling Mei menyelamatkannya, Wu Jin telah bersumpah pada Ling Mei untuk terus mengikutinya dan melindunginya. Wu Jin memegangnya, memintanya untuk membawanya, tak peduli darah ataupun air mata, bahaya atau kesenangan, dia bersedia.

"Menurutmu, rahasia apa yang dimiliki Ibu Permaisuri?" Ling Mei bertanya main-main, rambut hitam malamnya ia mainkan di tengah-tengah jari.

"Saya tidak tahu, Yang Mulia. Tidak ada yang mengerti hati Yang Mulia Permaisuri Agung."

"Begitukah?" Ling Mei menyeringai, sekejap kemudian matanya berkilat jahil. Menatap kesatrianya, dia ingin mempermainkannya sekali lagi.

"Eiy, kamu! Jangan terlalu formal padaku, Wu Jin!"

Wu Jin menatap datar, "Itu tidak mungkin, Yang Mulia."

"Jika aku mau, aku bisa menikahimu agar kamu tidak formal lagi padaku."

Wu Jin memerah, kalimat candaan itu terasa mendidihkan kepalanya. Menikah apa?! Ini bukan saatnya untuk itu!

"Yang Mulia, tolong berhenti dengan candaan itu."

"Kenapa? Apa aku terlalu jelek hingga kamu tidak mau menikah denganku?"

"Bukan begitu! Yang Mulia, saya...."

Ling Mei tertawa, dia mendekati Wu Jin dan memegang dagunya. "Kamu! Kamu benar-benar lucu! Aku hanya bercanda, tapi jika kamu benar ingin menikah denganku, aku bisa membuatkan upacara dan pesta pernikahan untuk kita."

Wu Jin memalingkan muka, satu tangannya bergerak menutupi setengah wajahnya yang merah seperti ceri matang.

"Yang Mulia, anda...."

Mata Ling Mei tiba-tiba mendingin, sekejap wajahnya menggelap, sekejap lagi wajahnya berubah menjadi anak kecil lugu yang bodoh.

"Wu Jin! Wu Jin! Ayo kita cari bunga! Aku ... aku ingin memberi bunga pada ayah agar dia semakin cantik!" Ling Mei memegang lengan Wu Jin, dia merengek dengan keras.

Di belakang Ling Mei, Wu Jin melihatnya. Dia mengerti, "Tapi Yang Mulia, anda harus bersiap untuk perjamuan di Aula Perjamuan."

Ling Mei menciut seperti anak kelinci yang ketakutan, matanya bergerak gelisah. Lagi-lagi dia merasa buruk, ini tidak baik.

"Boohoo! Tidak mau! Aku ingin mendandani ayah dengan bunga saja! Wu Jin! Ayo kita ke ayah! Aku tidak mau ke sana." gadis itu merengek lagi, menatap Wu Jin penuh ketakutan dan gelisah seperti dikejar hantu.

"Tidak bisa, Yang Mulia. Ini adalah perintah dari Yang Mulia Permaisuri Agung, saya datang untuk menyampaikan ini." seorang wanita, dengan pakaian khas pengawal berdiri di belakang Ling Mei.

"Uh, perintah?"

"Ya. Perintah Permaisuri Agung, para putri kekaisaran diharuskan ikut dalam perjamuan sebagai tuan rumah."

Ini sedikit sulit, Ling Mei dalam hati berkata, 'Sial! Aku bahkan tidak boleh menghindar. Baik! Mari kita lihat apa yang akan terjadi! Ibu dan rencananya, aku harap itu tidak merugikanku.'

Ling Mei menatap ke bawah dengan mata yang membulat dan berkaca, dua jari telunjuknya dia mainkan di depan dada, "Ba-baiklah, katakan pada Ibu Permaisuri aku akan datang."

"Terima kasih, Yang Mulia." pengawal itu membungkuk dan menundukkan kepalanya lalu pergi setelah itu.

"Hmph! Ini sudah tak tertahankan! Ah, Wu Jin, bagaimana jika kamu membantuku bersiap-siap?" pendar jahil kembali terlihat di mata biru Ling Mei.

"Yang Mulia, berhentilah. Saya akan memanggil pelayan untuk membantu anda."

Wu Jin dengan cepat pergi menjauh dari Ling Mei dengan telinga yang memerah, kembali Ling Mei merasa itu lucu. Wajah menawan Wu Jin menjadi merona layaknya buah persik yang baru dipetik, sangat manis.

..............

Matahari telah kembali ke peraduan, tiba saatnya untuk perjamuan dimulai. Masing-masing putri dari kedua dinasti berdatangan. Putri pertama sekaligus Putri Mahkota Kekaisaran Shao, Shao Mu Lan telah berada di mejanya dengan balutan hanfu putih dengan sulaman lotus yang terlihat polos. Sangat kontras dengan putri ketiga Kerajaan Wei, Wei Yang Xin yang memakai hanfu biru gelap dengan sulaman merak yang memberi kesan kuat. Ling Mei datang paling akhir di antara para putri yang sudah hadir, gadis itu mengenakan hanfu biru langit dengan balutan warna putih yang di padu sulaman burung bangau yang indah. Di sana terasa canggung dengan para putri yang hanya diam di meja mereka masing-masing.

"Oh! Adik keempat, kamu sudah datang?" dia, putri ketiga Shao Ming Fei bertanya dengan nada mengejek. Hanfu kuning dengan sulaman bunga peony merah membuatnya semakin mencolok.

"Uhm, kakak ketiga...." Ling Mei menunduk, tak berani menatap kakak perempuannya itu, dia terlihat gelisah.

"Apa ini? Kamu bahkan lebih pengecut dari seekor tikus."

Ling Mei menggeleng ribut, mencoba tidak membenarkan kakaknya, "I-itu, a-aku ... kakak ketiga, itu tidak benar!"

"Gadis bodoh sepertimu! Kamu saja tidak bisa menjawab dengan baik."

Ming Fei memandang tajam, sudut bibirnya terangkat satu, dia tersenyum meremehkan. Dalam pandangannya, Ling Mei adalah gadis cacat mental yang bahkan tidak layak untuk bersaing dengannya yang seorang berpangkat Jenderal Berbakat di kekaisaran, gadis itu adalah sampah yang harus dibereskan agar tidak mengganggu mata.

"Putri Ming Fei, kekasaranmu sudah mencapai atap! Sungguh tidak sopan." teguran keluar dari putri kelima Kerajaan Wei, Wei Zhi Yi. Hanfu hijau dengan sulaman daun bambu membuatnya terlihat bijaksana.

Ling Mei tersenyum tipis tanpa ada yang melihat, dia sangat penasaran mengapa putri itu menegur Ming Fei. Sungguh lucu, begitu banyak orang menganggap dirinya sebagai sampah cacat yang tidak berguna dan meremehkannya, lalu apa sekarang? Sungguh menarik! Putri ini ingin melihat lebih lama.

"Putri Zhi Yi, putri ini hanya mengatakan yang sebenarnya."

Bantahan Ming Fei membuat dahi dua putri Wei berkerut dalam. Mereka tidak senang, hal seperti ini bukanlah lelucon yang bisa di senangi begitu saja.

Putri Zhi Yi tersenyum samar, dia melirik Ling Mei. "Bukankah yang terlihat bodoh belum tentu benar-benar bodoh, bukan begitu Putri Ling Mei?"

Ling Mei memainkan gelas di depannya dengan pendar mata penuh binar. Dalam hatinya dia harus waspada, mustahil Wei Zhi Yi mengetahuinya! Dia memiliki banyak kehati-hatian selama ini, itu tidak mungkin jika ada yang mendapatkannya.

"En, itu benar! Itu benar! Ibu Permaisuri dan ayah selalu mengatakan Ling Mei itu pintar, sangat-sangat pintar, hehehe...."

Wei Zhi Yi dan Wei Yang Xin melihatnya, mereka tersenyum melihat Ling Mei yang menunjukkan senyum bodoh dan berbicara antusias dengan nada anak-anak. Imut sekali!

"Menghina orang yang tidak pantas dihina adalah perbuatan yang tidak terpuji, ini adalah etiket keluarga kekaisaran, saya pikir kamu sudah paham putri." kritikan tajam keluar dari mulut Putri Yang Xin.

"Jika giok belum dicuri, mata tidak akan terbuka. Saya pikir kamu belum mengerti, anak bodoh ini adalah aib untuk keluarga kekaisaran. Putri Yang Xin, kamu...."

"Adik ketiga ... ini adalah tempat perjamuan, tidak baik untuk kamu membuat keributan di sini. Ibu Permaisuri akan datang sebentar lagi, pastikan kamu tidak mengacaukan apa pun atau Yang Mulia akan marah."

Shao Mu Lan menyela ucapan Ming Fei, dia memperingatkannya. Wajahnya tenang, namun tidak ada yang tahu seperti apa dalamnya. Mu Lan terdiam sebentar, kemudian melanjutkan ucapannya.

"Kedua putri Wei, maafkan atas kekasaran adik saya, itu karena kurangnya kebijaksanaan yang saya miliki untuk mendidik adik saya. Setelah ini saya akan memberikan pelajaran tata krama lebih keras padanya."

"Yang Mulia Permaisuri Agung dan Permaisuri Wei telah tiba!"

Semua berdiri, membungkuk, memberi salam pada kedua yang terhormat. "Salam kepada Permaisuri Agung Shao dan Permaisuri Wei, semoga Yang Mulia panjang umur seribu tahun."

Permaisuri Shao dan Permaisuri Wei mengangguk, keduanya telah berada di kursi masing-masing. Permaisuri Shao mengenakan hanfu merah dengan sulaman naga emas dan mahkota phoenix yang memberi kesan kuat, sedangkan Permaisuri Wei terlihat mendominasi dengan hanfu berwarna kuning emas dan sulaman phoenix juga tusuk rambut naga di kepalanya.

"Bagus! Duduklah kalian semua!"

"Terima kasih, Yang Mulia."

Seorang pelayan pria berjalan mendekat ke arah Permaisuri Shao, dia membungkuk hormat. "Yang Mulia, waktunya sudah tiba."

Permaisuri Wei memegang lengan Permaisuri Shao, "Hua'er biarkan aku yang menuangkan arak pertama untukmu."

"Terima kasih, Shijie."

(Shijie: kakak perempuan seperguruan).

Permaisuri Shao merasa baik, dia berkata dengan ringan, "Baiklah, karena teman lama sudah datang! Ini hari yang menggembirakan, jangan sungkan, anggap rumah sendiri. Mulailah pestanya!"

Semua mengangkat arak masing-masing, "Yang rendah ini berterima kasih atas kebaikan hati Yang Mulia."

Dalam pertengahan acara, Permaisuri Wei menatap Ling Mei yang sibuk bermain dengan boneka kelinci yang dibawanya. Ling Mei menyadarinya, dia merasa dingin. Permaisuri Wei tersenyum, senyum yang berbahaya, mata birunya yang tajam berkilat misterius.

"Ah, aku dengar putri Ling Mei pandai memainkan Guqin*. Bolehkah permaisuri ini mendengarnya?"

(Guqin: Guqin atau Qin, adalah alat musik tradisional Tiongkok yang bersenar tujuh. Alat musik ini termasuk kerabat dari keluarga kecapi).

"Ya? ta-tapi...."

Permaisuri Shao menatapnya, mengangguk kecil mengizinkan. "Tidak apa, biarkan Permaisuri Wei mendengarnya sedikit."

Ling Mei menunduk, dalam imajinasi bisa terlihat telinga kelinci yang layu di atas kepalanya. Sedangkan Shao Ming Fei tersenyum puas, putri itu merasa senang. Adik keempatnya itu akan segera mendapat malu yang sangat besar, gadis itu harus tahu di mana tempatnya berada.

Shao Mu Rong, putri kedua Kekaisaran Shao mendengarkan dengan diam, tapi dalam hati dia berkata: 'Sudah lama adik keempat tidak bermain Guqin, itu tidak mungkin jika dia masih bisa memainkan Guqin yang membutuhkan waktu lama untuk menguasainya. Mustahil jika adik keempat mengingatnya, itu hanya akan mempermalukan dirinya di depan semua orang.'

Tidak berapa lama, Ling Mei duduk bersila di depan para tamu dengan Guqin di pangkuannya. Alunan musik perlahan terdengar di telinga mereka, Ling Mei telah memulainya. Halus dan lembut, begitu ringan dan segar seperti musim semi yang indah, semua orang menyukainya. Ming Fei terkejut, begitu pula dengan Mu Lan dan Mu Rong, ketiganya mengerutkan alisnya. Itu mustahil! Bagaimana bisa?

Tak!

Suara benang putus, alunan musik telah berhenti. "Aiyo, senarnya putus...." Ling Mei memeluk Guqinnya di depan dada, wajahnya cemberut, matanya berpendar sedih. Ketiga kakak perempuan Ling Mei menghela napas, ternyata adik keempat mereka tidak benar-benar dapat melakukannya.

Mata Permaisuri Wei berbinar, dia terkesan. Ling Mei benar-benar sesuatu yang lain, ini terasa menyenangkan. Permaisuri Wei merasa baik, dia menatap Ling Mei, dia menginginkannya.

Permaisuri Shao menghela napas, melihat putri keempatnya yang sudah ingin menangis. "Tidak apa-apa, yang kamu lakukan sudah baik."

"Kamu memiliki putri yang berbakat Yang Mulia, akan baik jika aku mengenalkannya pada beberapa putraku untuk menemaninya bermain." Permaisuri Wei Su Yin tersenyum, senyum yang penuh arti tersembunyi.

Permaisuri Fang Hua mengangguk menyetujui, mata hitam pekatnya berkilat hangat. "Yang kamu katakan itu benar, Shijie. Dan tolong jangan terlalu formal padaku, itu membuatku tidak nyaman."

Permaisuri Wei tertawa kecil, "Baiklah, baiklah. Apa pun untuk Shimei-ku yang baik."

(Shimei: adik perempuan seperguruan).

Diam-diam Ling Mei menghela napas, Permaisuri Wei telah membuatnya memiliki sakit kepala yang berat di masa depan.

"Uhm, ibu, bisakah Ling Mei kembali lebih dulu? Saya sudah lelah sekali."

Permaisuri Shao memejamkan matanya sebentar, kemudian dia mengangguk. "Dalam hal itu, baiklah."

Ling Mei merasa baik, segera setelah itu dia berdiri, lalu membungkuk hormat pada dua permaisuri yang disegani. "Yang rendah ini berterima kasih atas kerendahan hati Yang Mulia."

Ling Mei telah meninggalkan Aula Utama, dia merasa dapat kembali bernapas. Tatapan Permaisuri Wei sangat tidak baik untuknya, ketertarikan dan misterius. Ling Mei mengetahuinya, wanita itu bukan suatu hal yang mudah, penuh ambisi dan tersembunyi. Dia benar-benar tidak bisa diremehkan, kedatangannya ke Shao mungkin membawa sesuatu yang menarik. Apa pun itu Ling Mei berharap itu bukan berkaitan dengannya atau itu akan menjadi sulit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!