Aku berjalan dengan lesu melewati lorong panjang yang kiri kanan nya di hiasi dengan pilar-pilar kokoh berwarna putih tulang.
Aku masih menangisi nasibku.
"Ini baru hari pertama.. Masih ada 89 hari lagi yang harus Aku lalui agar dapat terlepas dari istana penjara ini.. Kuatkan Aku ya ALLAH.." doaku dalam hati.
GUBRAKKK...
"Aauuu... Aduuhh.." lirihku menahan sakit di bagian bahu kiriku.
Aku menabrak Mas Rangga yang kebetulan baru saja keluar dari kamar Tuan Muda Panji.
Kamar Tuan Muda Panji yang memang berada di sebelah kiri antara lorong panjang istana ini, berada tidak terlalu jauh dengan kamar Tante Rossy yang berada tepat di ujung kanan lorong dan berhadapan dengan ruang kerja pribadi nya.
"Maaf Yu... Sakit ya??" tanya Rangga dengan wajah khawatir melihatku meringis kesakitan.
" Gakpapa Mas.. Bukan salah Mas Rangga.. Ayu yang salah, tadi jalan nya sambil melamun.." jawabku masih dengan meringis.
Aku segera menyeka air mataku agar tidak ketahuan Mas Rangga.
"Yaudah.. Kita kedapur yuk.. Nanti minta bantuan Bik Marni untuk melihat ada memar atau tidak.."ajaknya padaku sembari membantuku berjalan menuju dapur.
"Ayu harus belajar banyak dengan Mas Rangga.. Mas Rangga ajarin Ayu nya pelan-pelan ya.. Soalnya Ayu agak pelupa Mas.." ceritaku sambil berjalan beriringan dengan Mas Rangga.
"Sip.. Nanti Mas ajarin pelan-pelan cara merawat dengan benar Tuan Muda Panji.. Mas juga sudah tuliskan jadwal makan obat nya.. Nanti Kamu pelajari ya..." jawabnya dengan lembut.
Aku mengangguk memberi tanda mengerti.
Yang Aku syukuri berada dirumah ini adalah bisa mengenal Bik Marni dan Mas Rangga yang begitu baik denganku.
Bik Marni membantuku mengolesi obat memar di sekitar bahuku yang terbentuk tubuh Mas Rangga yang tinggi dan kekar.
"Yu.. Sekali lagi maaf ya.." ujar Mas Rangga dengan sesal atas kejadian barusan tadi.
"Tidak apa Mas.. Bukan salah Mas Rangga.. Ayu yang jalan nya melamun sampai gak liat kalau ada Mas Rangga di depan pintu kamar Tuan Muda.." jawabku meyakinkan nya.
Dia mengangguk dengan senyuman tulus dan lega.
Lalu Mas Rangga kemudian mengajarkanku banyak hal tentang cara merawat Tuan Muda Panji yang saat ini sedang lumpuh.
"Setiap pagi, Ayu harus membujuk Tuan Muda agar bersedia di bawa ke taman untuk berjemur.. Biar tubuhnya tetap segar.. Biasa nya itu tugas nya Bik Marni.. Tapi karena sekarang sudah ada Ayu, jadi ini tugas Ayu ya..!!" lagi iya menjelaskan padaku.
"Soalnya Mas kalau pagi gak bisa lama, mau urus Ibu juga di rumah.. Jadi Mas kalau jam 7 pagi itu audah disini bersihkan Tuan Muda, setelah itu pulang dulu kerumah untuk mengurus Ibu, jam 10.00wib siang baru datang lagi.. terus jam 14.00 wib pulang lagi, dan kembali lagi jam 16.00wib untuk mandiin sore Tuan Muda." lagi iya menjelaskan.
Aku mengangguk pelan tanda mengerti.
"Ini ada beberapa buku tentang cara merawat orang lumpuh, nanti kamu pelajari ya.." ucapnya sembari menyerahkan beberapa buku padaku.
"Sip Mas.. makasih ya.. Nanti Ayu pelajari..." anggukku sambil menerima buku pemberian Mas Rangga.
Setelah merasa cukup menjelaskan, lalu Mas Ranggapun pamjt pulang karena haripun telah mulai senja.
Sementara Aku dengan menahan rasa sakit segera menuju kamar Tuan Muda untuk menutup jendela kamar nya dan memastikan Dia baik-baik saja, seperti yang di sarankan Mas Rangga.
"Permisi Tuan.." ujarku pelan sambil masuk kedalam kamar.
Tuan Panji tidak menjawabku sama sekali, melirikpun tidak.
Dia hanya fokus pada Handphone yang di pegang nya.
Aku tidak berani mengajaknya berbicara lebih lanjut.
Perlahan Aku menuju kearah jendela kamar dan menutupnya, menutup tirai nya juga.
"Apa Tuan butuh sesuatu?" tanyaku setelah selesai menutup tirai.
Dia hanya menggeleng.
Masih fokus pada HP nya.
"Kalau begitu saya permisi ya.." ujarku lagi, kemudian beranjak keluar kamar.
"Dasar lelaki dingin.. Angkuh.. Lagi sakit aja begini, gimana sewaktu dia sehat ya?? Pasti jauh lebih angkuh lagi.." ujarku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments