GADIS ITU

Aku memutuskan terus berjalan, tak menghiraukan mereka. Lagipula ini masih di tempat umum, banyak orang melihat jadi mereka tak akan memukulku.

“Kau tuli ya?” Salah satu dari mereka menghampiriku. Mereka ada lima orang. Tentu saja tubuh mereka jauh lebih besar dariku. “Hei dia beneran tuli, kita langsung saja.” Teriaknya memanggil teman-temannya.

Salah satu dari mereka menarik bajuku. Aku sempat memberikan perlawanan namun sia-sia, temannya yang lain saling bahu membahu menyeretku. Mereka juga pandai berakting. Orang-orang yang melihat kami dibuat mengira bahwa aku bagian dari mereka.

Mereka melemparku di salah satu lorong di antara bangunan. Aku mengernyit kesakitan karena tubuhku menghantam keras tembok. Gitar milik kak Jay terlepas dari tanganku. Salah satu dari mereka langsung mengambilnya.

“Wah ini jika dijual akan laku mahal.”

“Kembalikan!” Aku berusaha berdiri.

“Oh kau menginginkan ini? Baiklah akan kuberikan tapi dengan satu syarat.” Dia tampak seperti pemimpin berandalan.

“Kubilang kembalikan!” Aku berusaha meraihnya namun mereka malah mempermainkanku.

Pemimpin berandalan itu mencengkram mulutku. “Kau benar-benar tuli ya? Baiklah tak usah basa-basi, aku akan beritahu syaratnya.” Dia tersenyum sinis. “Syaratnya yaitu kau harus menang berkelahi melawan kami berlima. Jika kau menang, kami akan mengembalikan gitarmu, tapi jika kau kalah, kami akan mengambil gitar dan uangmu. Bagaimana? Mudah kan?”

Aku meludahi wajahnya. “Kembalikan bodoh!”

Sontak mereka berlima terkejut melihat ulahku. Pemimpin berandalan itu wajahnya merah padam, cengkramannya semakin kuat hingga membuat bibirku terluka. “Dasar kurang ajar!” Dia melemparku di tanah. “Cepat hajar dia!”

Lagi dan lagi aku dihajar. Dipukul, ditendang, diinjak, aku sudah sangat familiar dengan itu semua. Padahal selama ini, sejauh yang aku ingat, aku bahkan tak pernah melakukan kesalahan. Tapi kenapa aku dipukul? Darah keluar dari mulutku. Seketika terlintas kenangan-kenangan saat aku tinggal bersama keluarga Ibu.

Ibu… dulu dia pernah merawatku selepas kakak tiriku menghajarku. Dia selalu baik padaku seperti malaikat penyelamat. Dia juga membawaku keliling Ibukota, menyenangkanku. Tapi… kenapa Ibu mengirimku ke panti asuhan? Bukankah aku masih punya orangtua yang lengkap? Aku juga masih punya keluarga meskipun tiri. Apa aku melakukan kesalahan sehingga Ibu membuangku? Atau aku tak sebegitu diharapkannya oleh mereka? Lalu mengapa aku dilahirkan?

Penglihatanku sudah semakin samar. Aku tak tahu seberapa banyak luka yang kudapat. Semua rasa sakit itu sudah terasa hambar, aku tak merasakannya lagi. Apa aku akan mati? Aku akan sangat lega jika itu benar. Dimana malaikat mautnya?

“BERHENTI!”

Seketika pukulan mereka berlima terhenti. Wajah mereka tegang, menoleh ke arah sumber suara. Aku tak bisa melihat siapa yang berteriak itu, namun suara itu terdengar seperti seorang Gadis.

“Siapa kau?” Tanya salah satu diantara mereka. “Jangan ikut campur jika tak ingin di hajar juga.”

“Silahkan saja tapi aku tak kemari dengan tangan kosong.” Gadis itu sepertinya sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

“A-Apa itu?” Seketika wajah berandalan itu berubah, mereka ketakutan.

“Pistol. Aku jago menembak loh.”

“Kau akan ditangkap polisi! Kau akan dipenjara!”

“Itu tak akan terjadi, aku masih di bawah umur.” Gadis itu tertawa. “Justru kalian yang akan dipenjara. Oh tidak ya, kalian kan akan mati.”

Berandalan itu saling menoleh. “Itu pistol mainan kan? Kau jangan coba-coba menipu kami.” Mereka berlima tertawa, mengejek.

“Oh jadi kalian tak percaya. Coba salah satu maju kemari, akan aku tembak. Pistol ini akan terbukti asli jika teman kalian mati.”

Mereka lagi-lagi berbisik. Kini mereka saling bertengkar, tak ada yang mau menjadi tumbal. Meskipun aku tak dapat melihat, mungkin keringat mereka sudah mengucur deras. Mereka mendorong salah satu diantara mereka yang paling kecil tubuhnya.

“Silahkan tembak dia.” Pemimpin berandalan itu menantang.

Si tumbal sudah menangis ketakutan. Aku bisa melihat kakinya gemetar dan… eh? Apa itu? Ada cairan yang mengalir darinya.

“Bagus.” Kata Gadis itu.

DOR!

Dia benar-benar menembaknya! Kini si Tumbal sudah jatuh terkapar di tanah. Teman-temannya yang lain tertegun. Mungkin kini wajah mereka pucat.

“Ayo siapa selanjutnya?” Kata Gadis itu.

“Kau benar-benar gila!” Teriak pemimpin berandalan itu.

“Aku tak akan menembak kalian jika kalian mengembalikan gitarnya lalu pergi.” Ancam Gadis itu. “Jika kalian coba-coba menyentuhnya lagi, aku akan menarik senapan. Cepat pilih!”

“Bos kita pergi saja. Aku tak ingin mati.” Bisik salah satu diantara mereka.

Si Bos berpikir sejenak. “B-Baiklah kita akan pergi. Jangan tembak kami!”

Tanpa perlawanan lebih lanjut. Mereka pergi begitu saja sambil mengumpat sebagai salam perpisahan.

Aku berusaha mengambil gitar kak Jay, namun tubuhku yang remuk tak dapat melakukannya. Gadis yang menyelamatkanku tadi berjalan mendekat, dia mengambil gitar kak Jay, memberikannya padaku. Samar-samar aku bisa melihat wajahnya sejenak sebelum kesadaranku hilang.

***

Aku mengernyit, kepalaku terasa pening. Aku membuka mata perlahan, bau apek seketika tercium.

“Kau sudah bangun?”

Pemandangan pertama yang kulihat seketika membuka mata adalah wajah seorang gadis yang memasang ekspresi khawatir. Dari jarak yang sedekat ini aku bisa melihat bentuk wajahnya, hidungnya lancip, bibir merahnya sedikit tebal, rambut panjangnya berantakan, dan yang membuatku terpaku adalah mata lebarnya yang berwarna cokelat begitu mempesona. Sepertinya dia seumuran denganku. Aku sedikit tersentak dan refleks bangun.

“Eh maaf aku mengagetkanmu.” Dia sedikit mundur.

Aku memperhatikan ruangan sekitar. Ruangan ini tampak seperti bangunan yang tak terpakai. Mungkin dulu ini adalah mal karena ada banyak pilar berjejer rapi dan meskipun aku tak melihat bangunan ini dari luar, kupikir ada beberapa tingkatan lantai.

Aku memperhatikan tubuhku yang sudah tak terasa sakit lagi. Ada beberapa bagian memar ringan dan ada bagian lain yang terpasang perban. Aku ingat, Gadis itu adalah orang yang menolongku tadi. Dia yang mengusir para berandalan itu.

“Dimana gitarku?”

“Oh, ini.” Dia mengambil gitar yang disandarkannya di termbok ruangan, memberikannya padaku.

Gitarnya tak rusak sedikit pun. Berandalan itu benar-benar menuruti perintahnya. “Kenapa… kau menolongku?”

“Eh?” Dia mengernyit. “Apa yang kau katakan?! Bagaimana aku bisa diam saja melihatmu dihajar?” Nada suaranya mulai meninggi.

“Aku sudah terbiasa dengan itu. Jadi harusnya kau biarkan saja daripada kau harus terlibat dengan mereka.”

Dia marah. Tangannya mencengkram ujung baju. “Kau akan mati!”

“Biarkan saja. Itu yang kuinginkan.”

Dia diam sejenak, menunduk. “Kau…” Tiba-tiba dia berdiri, tangannya terkepal dan kemudian tangannya itu menghampiri pipiku dengan cepat.

BUK!

Dia memukul pipiku, keras sekali. Aku mengernyit, luka yang baru saja dibuat oleh berandalan itu masih belum sembuh sepenuhnya dan sekarang dia malah memukulku lagi. Padahal tadi dia yang mengobatiku.

Aku tertegun saat melihat matanya yang mempesona menatapku dengan penuh amarah.

“Dasar bodoh! Bodoh, bodoh, bodoh!” Teriaknya. “Kalau kau sebegitu inginnya mati, kenapa tak langsung saja bunuh diri? Jawab!”

Aku hanya diam melihatnya yang mencengram krah bajuku. Jujur saja aku tak tahu jawaban dari pertanyaannya.

“Kenapa diam? Kau tak tahu jawabannya kan?” Dia tersenyum kecut. “Biar kuberitahu jawaban yang tepat.” Dia menarikku, berbisik. “Itu karena kau pengecut.”

Terpopuler

Comments

Dani irwandi

Dani irwandi

mampir jga ya kak kalo ada waktu

2022-09-21

0

Sedang Bersemedi

Sedang Bersemedi

kereen...
aku bacanya nyicil ya kak, udah aku fav

2022-01-07

1

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

widih... keren juga nih cewek😏😏😏😏 bisa nembak jitu gitu wkwkw trus gimana nasib si tumbal thor? langsung mati😂 masa sama tembakan cewek aja mati wkwkwkw makanya jangan suka main keroyokan😪😪😪 malaikat akan datang kapan saja😇

2021-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!