ILUSTRASI
SOURCE : INSTAGRAM
---- back to Story :
Malam itu, Lysa makan bersama Otong, King D dan Tobias di kamar yang dijadikan mereka sebagai tempat tinggal sementara.
Para Pion D tetap berada di basement, tapi Tobias bersikeras untuk ikut tidur di kamar tersebut.
"Kasurnya tak cukup, Toby. Kau mau tidur di mana? Sofa?" tanya Lysa keheranan.
"Suruh anak itu tidur di bath up saja," jawabnya dingin.
Mata Obama Otong terbelalak. Ia yang paham dengan bahasa Inggris terkejut. Ia tak menyangka, selain berwajah seram ternyata sikap Tobias seirama dengan sosoknya.
Nafas Lysa menderu. Ia terlihat kesal akan sikap semena-mena Tobias padanya.
"Hah, baiklah. Aku akan tidur di sofa. Selamat malam, Toby," jawab Lysa kesal sembari mengambil jaket tebal yang ia bawa dan akan digunakan sebagai selimut.
King D yang sudah terlelap di kasur empuk milik penghuni lamanya, tak menyadari perdebatan itu.
Obama Otong berjalan perlahan menuju ke kamar yang terkoneksi di mana terdapat kasur ukuran single untuknya tidur malam itu.
Tobias mendatangi King D dan merebahkan tubuhnya di samping anak lelakinya sembari menatap Lysa yang memalingkan wajah dengan mantel bulu menutup tubuhnya.
Lysa terlihat kelelahan bahkan tak membutuhkan waktu lama baginya untuk tertidur lelap.
Tobias juga melihat dari balik pintu jika Otong sudah mendengkur dengan suara lirih di kasurnya.
Tobias bangun perlahan dan mendatangi sebuah meja rias di sebuah ruangan yang dulunya dipakai sebagai tempat penghuni lama menyimpan koleksi pakaiannya.
Tobias duduk perlahan di bangku berwarna putih itu sembari menatap wajahnya yang jelas terlihat di cermin.
Ia melepaskan kemeja yang dipakainya dan membiarkan tatonya terlihat begitu jelas di cermin itu.
Ia meraba dadanya dengan wajah sendu. Perlahan, Tobias menundukkan wajah.
Entah sudah berapa lama ia berada di sana, tapi suara kesedihannya membangunkan Lysa dari tidur lelapnya.
Lysa membuka matanya yang masih lelah karena suara yang ia dengar di ruangan tersebut. Lysa menyingkirkan jaket yang menutupi tubuhnya dan melihat sekitar.
Lysa bernafas lega karena King D tertidur lelap. Ia segera beranjak untuk melihat keadaan Obama Otong yang ternyata masih pulas dalam tidurnya.
Namun, suara seperti orang berbicara lirih masih terdengar jelas di telinganya dan membuatnya waspada.
Ia membuka tirai jendela dan mengintip sedikit untuk melihat di luar, tapi tak ada siapapun di sana. Suasana gelap dan mencekam sedikit menyeramkan terasa.
Hingga akhirnya, Lysa menyadari jika suara itu masih ada dalam ruangan yang ia tempati malam ini.
Lysa berjalan perlahan tanpa alas kaki menuju ke ruangan tersebut. Ia mengintip ke sebuah ruangan tempat ia meletakkan semua koper.
Ia terkejut ketika mendapati Tobias seperti bicara pada dirinya sendiri di cermin rias di hadapannya.
Pintu itu tak ditutup rapat sehingga pembicaraan Tobias terdengar olehnya. Lysa mempertajam pendengarannya untuk mengetahui, apa yang sebenarnya Tobias katakan.
"Lalu aku sekarang harus bagaimana? Itu bukan salahku. Dia terlahir seperti itu dan kini ... tak ada satupun yang bisa menolongnya. Gadisku yang malang ...," ucapnya sedih.
Lysa terlihat bingung, tapi terus menyimak.
"Haruskah? Jika itu bisa membuatnya bahagia, akan kulakukan," ucapnya lagi seperti mengajak berbicara dengan orang lain, tapi Lysa tahu jika tak ada satupun orang di sana kecuali Tobias sendiri.
"Tidak. Aku harus melakukan hal itu lebih dulu baru dia," ucapnya dengan wajah tertunduk, tapi tiba-tiba. "Kau tidak mengerti apa yang kurasakan!"
NGEKK!
"Eh," celetuk Lysa terkejut saat ia tak sengaja mendorong pintu karena teriakan Tobias.
Lelaki bertato itu melihat Lysa mengintipnya dan segera berjalan menghampirinya dengan langkah cepat. Lysa kaget dan segera berpaling, tapi ....
GRAB!!
"Emph!" erangnya dengan suara tertahan saat Tobias membungkam mulutnya dengan satu tangan dan tangan lainnya menyeret Lysa masuk ke dalam ruangan itu.
Tobias mendorong Lysa kuat hingga wanita cantik itu jatuh tersungkur di atas karpet. Tobias menutup pintunya rapat dan menguncinya dari dalam.
Lysa segera bangun dan kini berdiri di hadapannya terlihat panik. Tobias menatapnya tajam. Jantung Lysa berdebar kencang tak karuan saat lelaki bertato itu mendatanginya perlahan.
"Toby, apa yang akan kau lakukan? Aku tak akan tinggal diam jika kau berani menyakitiku lagi! Sudah cukup perlakuan kasarmu padaku," ucap Lysa tegas menunjuknya.
Tobias diam tak menjawab dan terus melangkah mendatangi Lysa. Anak pertama Vesper terlihat gugup dan mulai melihat sekitar untuk mencari benda apa saja yang bisa ia gunakan untuk melindungi dirinya.
Lysa melihat kopernya. Ia segera berjongkok dan mengambil sebuah benda dari dalam saku koper tersebut. Tobias mendatangi Lysa cepat dan menjambak rambutnya kuat.
JLEB!
"Agh! Hahh," rintih Tobias dan cengkeraman di rambut Lysa terlepas.
CRATT!
"Argh!"
Lysa mundur menjauh dari Tobias dengan sebuah belati dari Silent Blue di tangan. Lelaki bertato itu melihat dada sebelah kirinya ditusuk, meski tidak dalam.
Darah mengucur hebat dan ia segera menutup luka itu dengan tangan kanannya. Lysa melihat Tobias lengah.
Ia segera berlari menuju ke pintu untuk kabur dari ruangan yang memperangkapnya. Saat Lysa sudah berhasil membuka kunci dan membuka pintu, tiba-tiba ....
GRAB!!
"Agh! Lepaskan!" pekik Lysa ketika Tobias mencengkeram kuat kedua pergelangan tangannya hingga Lysa terpepet tembok.
Lysa mengerang melakukan perlawanan. Namun, Tobias juga melakukan hal yang sama. Belati Silent Blue terlepas dan jatuh di bawah kaki Tobias.
Dengan cepat, lelaki itu memungut belati tersebut dan mengarahkan ujungnya tepat di bawah dagu Lysa.
Sontak, wanita cantik itu langsung mematung dengan mata terpejam. Nafas Tobias menderu.
"Berhenti, menyakitiku," ucapnya tegas.
Lysa membuka matanya seketika. Ia melihat Tobias membuang belatinya, melemparkannya jauh dari tempat mereka berdua berada.
Tobias berjalan tergopoh menuju ke kursi di meja rias tempat ia duduk tadi. Lysa menatap Tobias yang terlihat kesakitan memegangi dadanya.
Lysa diam sejenak dan pada akhirnya berjalan tergesa mendatangi kopernya lagi. Ia mengambil sebuah kotak dan berjalan mendekati Tobias.
Lelaki itu diam saat Lysa berlutut di hadapannya sembari membawa sebuah kassa yang sudah diberikan antiseptik untuk membersihkan lukanya.
Tobias diam saja saat Lysa mengobati luka yang dibuatnya. Lelaki itu memangku kedua tangannya dan menengadah.
Lysa tak ikut bicara. Ia fokus menutup luka akibat tusukan benda tajam darinya itu. Ia juga heran kenapa mau mengobati Tobias yang jelas-jelas sudah pernah berbuat keji padanya.
Hingga mata Lysa terhenti pada sebuah goresan luka berbentuk huruf dan angka yang terletak acak di dadanya.
Keloid di beberapa bagian yang tertutup samar oleh tatonya. Kening Lysa berkerut.
"W2," ucap Tobias tiba-tiba dengan suara lirih menunjuk bekas luka yang sedang Lysa amati.
Lysa tertegun karena Tobias menyadarinya.
"Wenda. Anak perempuan dari D kedua," sambungnya menatap Lysa lekat.
Lysa diam terpaku, berlutut di hadapan Tobias yang duduk di bangku kursi rias dengan wajah sendu.
"Erlina. Anak perempuan dari D kelima," ucapnya lagi yang menunjuk luka keloid di dada bagian tengah.
"Carol, anak perempuan dari D ketujuh dan ini Sabrina, anak perempuan dari D ketiga. Lalu ... masih ada banyak di belakang sana. Itu ... nama-nama anak perempuan D yang pernah kuhamili sebelumnya."
Sontak mata Lysa melebar seketika. Ia terkejut akan pengakuan Tobias, tapi terlihat kesedihan di matanya.
Lysa mencengkeram erat kasa basah di tangannya yang tadinya akan ia gunakan untuk mengelap noda darah di tangan Tobias.
"Mereka bukan isteriku, bukan pula kekasihku. Aku bahkan tak mengenal mereka. Aku tahu nama mereka ketika luka ini digoreskan di tubuhku, sebagai tanda, mereka sudah selesai melakukan ritualnya," ucap Tobias terlihat tertekan dalam bercerita
Jantung Lysa berdebar kencang. Matanya kini terkunci pada wajah Tobias seorang yang seperti akan menangis.
"Ritual?" tanya Lysa lirih. Tobias mengangguk pelan.
"Mereka menggunakanku untuk mendapatkan anak dari keturunan Lucifer. Para anak-anak perempuan dari No Face dan 8 Mens, mereka menjadikanku alat untuk menanamkan bibit demi mencari penerus sebagai pengganti kursi kekuasaan The Circle," ucapnya sedih. Lysa terdiam.
"Mereka menjadikanku pabrik spe*ma dan budak se*s sejak aku berusia 16 tahun. Mereka memanggilku, mengajakku bercinta lalu memintaku pulang begitu saja setelah selesai melakukan ritualnya. Hal itu terjadi secara terus-menerus. Aku datang ke satu rumah ke rumah yang lain hampir setiap minggu dan itu hanya akan berhenti sampai mereka dinyatakan hamil," ucapnya dengan suara bergetar.
Lysa membungkam mulutnya rapat. Ia bisa melihat genangan air di mata lelaki bertato itu.
"Kebebasan, hanya aku rasakan saat mereka mengandung anak-anakku. Namun, ketika anak itu lahir, aku bahkan tak boleh melihatnya. Aku tak dianggap sebagai ayah mereka. Aku bahkan tak tahu anakku laki-laki atau perempuan, siapa nama mereka, seperti apa rupanya, semua ditutupi dariku," ucapnya dengan air mata lolos begitu saja.
Tanpa disadari, Lysa memegang wajah Tobias begitu saja. Ia sungguh iba pada kondisinya. Tobias meneteskan air mata meski isak tangisnya tak terdengar.
"Lalu ... saat kau tiba-tiba hamil, pikiranku menuntun pada masa laluku. Aku berpikir jika itu anakku. Hanya saja, karena banyaknya wanita yang kuhamili, aku tak ingat kapan melakukannya. Oleh karena itu, saat tahu kau hamil, aku tak ingin melewatkan momen untuk melihat perkembangannya sampai ia lahir nanti. Dan akhirnya, mimpiku terwujud. Namun ... saat kau pergi, aku baru sadar, jika kau ... seperti para wanita-wanita itu. Kau ... meninggalkanku, seakan aku hanya setitik darah yang bisa dihapus, tapi apa kau tahu dari mana darah itu berasal?" tanya Tobias lirih menatap Lysa seksama.
"Luka," jawabnya sedih. Tobias tersenyum dan mengangguk pelan.
Lysa akhirnya mengerti. Ia meraba dada Tobias yang memiliki goresan luka hampir di setiap bagian. Ia ikut meneteskan air mata.
"Aku bukan mereka, Toby. Namun, kau yang menjadikanku seperti mereka. Jadi, kau sadar jika King D bukan anakmu?" tanya Lysa pelan kembali menatapnya.
Tobias mengangguk pelan. Lysa tersenyum bahagia karena Tobias akhirnya menyadari hal itu.
***
Hari ini 3 eps deh. Bayar utang salah seting waktu kemarin. Meski masih nyut2an ini. Adeh. Makasih tips koinnya. Banyak uyy😍 Besok dobel eps ya. Lele padamu💋💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 441 Episodes
Comments
Lucania Carmen
Sedih banget ceritanya Toby….. semoga tumbuh benih2 diantara Toby dan Lysa…. 😢😍
2021-10-28
0
Felisyah
kisah mu toby...
😢😢😢😢😢
2021-09-03
2
𝒜⃟🍏⋆𝖑𝖊𝖊࿐
erdah itu tato apa baju yak kak ju,🤣
2021-09-02
2