Di tengah semilir angin yang berembus, di sebuah hutan belantara, ada dua orang pemuda berjalan beriringan menyusuri jalan setapak sambil berbincang hangat. Sesekali gelak tawa terdengar di antara mereka.
"Ming'er, kurang lebih 10 tahun sudah kita keluar masuk hutan Timur, namun selama ini apa yang kita harapkan tak kunjung datang. Apa kau tidak bosan? mau sampai kapan kita melakukan hal ini?" tanya salah satu pemuda tersebut kepada temannya.
Mereka adalah Tao Ming dan Yan San. Dua sahabat Chi Wei yang selama ini tidak pernah berhenti untuk terus berharap bahwa suatu saat Chi Wei akan kembali.
Entah mengapa, mereka berdua merasa yakin kalau Chi Wei masih hidup. Para penduduk desa Teratai Putih berulang kali mengingatkan mereka. Namun, Tao Ming dan Yan San seolah tak bergeming dan tak mau peduli apa pun yang di katakan orang-orang.
"San'er, kalau kau menyerah sebaiknya pulang saja, dan biarkan aku melakukannya sendiri." jawab Tao Ming sambil menatap tajam Yan San.
"Maafkan aku saudaraku, aku tak bermaksud......."
"sudahlah, tidak perlu dibahas lagi." Tao Ming melangkah pergi meninggalkan Yan San menuju air terjun tempat di mana dulu Chi Wei menghilang.
Tidak lama kemudian, Yan San pun menyusul sahabatnya tersebut.
Sepanjang perjalanan tak ada lagi obrolan diantara mereka. Yang terdengar hanya suara langkah kaki mereka berdua, di selingi deru napas mereka yang mulai sedikit memburu.
Beberapa saat kemudian.
"Ming'er,,,siapa orang itu?"
Yan San bertanya setengah berbisik kepada Tao Ming. Yang di jawab hanya dengan gelengan kepala.
Saat Tao Ming dan Yan San sampai di air terjun, mereka berdua mendapati ada seorang pemuda sedang duduk di depan gubuk sambil membakar tiga ekor kelinci.
Dari jarak beberapa meter, mereka berdua terus memperhatikan pemuda tersebut. Tao Ming dan Yan San merasa tak asing dengan sosok pemuda tampan yang sesekali tersenyum sendiri seakan memamerkan lesung pipi yang membuat senyumannya begitu nampak memesona.
Tanpa di duga pemuda tersebut menoleh kearah mereka berdua sambil tersenyum ramah seakan menyapa Tao Ming dan Yan San.
Dengan langkah pelan, dua anak muda yang bersahabat itu berjalan mendekati pemuda tersebut.
"maaf tuan muda, kalau kehadiran kami mengganggu tuan muda." Tao Ming tersenyum ramah menyapa pemuda berparas tampan itu.
"Kalau tuan muda tidak keberatan, bolehkah kami tahu siapa tuan muda ini? sebab, setiap hari kami datang ke tempat ini tapi baru kali ini kami bertemu dengan tuan muda." lanjut Tao Ming sambil memperhatikan pemuda tersebut dari jarak yang lebih dekat.
Pemuda tersebut hanya menoleh kearah Tao Ming dan Yan San masih dengan senyuman khasnya, lalu pandangannya kembali fokus ke arah api unggun. Sementara Tao Ming dan Yan San semakin bingung melihat reaksi pemuda tersebut.
"Hhhhhhhhhh..... setelah bertahun-tahun tidak bertemu, apa begini cara kalian menyambutku? bukankah selama ini kalian datang ke tempat ini hanya untuk menungguku kembali?"
Jederrrr....
Layaknya petir di siang bolong, kata-kata pemuda tersebut membuat Tao Ming dan Yan San kaget bukan kepalang. Mereka berdua tak mampu berkata apa-apa selain saling tatap dengan mulut setengah terbuka.
"ma...maaf, kami tidak mengerti maksud tuan muda."
"hahahahahaha.... Ming'er, San'er, coba kalian perhatikan diriku baik-baik." Chi Wei berdiri tepat di depan Tao Ming dan Yan San.
"Bagaimana, apa kalian masih belum mengenaliku?" lanjut Chi Wei sambil mengangkat kedua alisnya.
Tao Ming dan Yan San saling tatap, seolah meyakinkan diri masing-masing atas sosok yang ada di hadapan mereka berdua.
Selama ini mereka selalu yakin kalau Chi Wei masih hidup. Namun, di saat apa yang mereka yakini kini menjadi kenyataan, mereka seakan tak percaya. entahlah, sulit bagi keduanya untuk menjelaskan apa yang mereka rasakan saat ini.
"Wei'er...Ta..tapi Bagaimana mungkin?" Tao Ming seolah belum bisa meyakinkan dirinya sendiri. Namun tiba-tiba Chi Wei mendekat dan memeluk Tao Ming dan Yan San secara bergantian.
"ceritanya panjang, sebaiknya sekarang kita makan dulu. aku yakin kelinci bakarku ini masih yang paling enak."
kata Chi Wei sambil memberikan Tao Ming dan Yan San masing-masing satu ekor kelinci bakar yang dari aromanya saja membuat perut keroncongan.
Mereka bertiga kemudian menuju gubuk tempat biasa Tao Ming dan Yan San beristirahat. Tiga orang sahabat itu melanjutkan obrolan sambil menikmati daging kelinci bakar.
Perlahan suasana yang sebelumnya kaku mulai mencair, Tao Ming dan Yan San merasa sangat bahagia meski di hati mereka masih tersimpan sedikit rasa ragu. Namun, Chi Wei seolah bisa memaklumi kedua sahabatnya tersebut. Dengan sabar Chi Wei menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu.
Gelak tawa mulai menghiasi obrolan tiga orang pemuda yang bersahabat tersebut. Kehangatan yang dulu hilang kini telah kembali. Berpisah dalam kurun waktu yang sangat lama, tentu ada banyak perubahan yang mereka alami. Salah satunya perubahan fisik, hal ini yang membuat Tao Ming dan Yan San sulit untuk percaya bahwa sosok yang ada di hadapan mereka berdua adalah sahabat yang selama ini mereka rindukan.
Bagaimana tidak, Chi Wei yang kini tumbuh menjadi seorang pemuda gagah dan tampan, membuat siapapun yang memandangnya enggan untuk berpaling. Baik laki-laki ataupun perempuan.
"Ming'er, San'er, Ceritakan padaku yang terjadi di desa Teratai Putih selama aku pergi."
Tao Ming dan Yan San saling tatap.
"Kalian tidak usah ragu, ceritakan semua yang kalian ketahui." lanjut Chi Wei seakan mengerti apa yang dirasakan kedua sahabatnya tersebut.
Sebenarnya Chi Wei sudah mengetahui semuanya dari guru Huo, namun ia ingin mendengar langsung dari kedua sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Anonymous
lanjut
2021-12-15
0
Wedus Gembel
kumpulan tiga sahabat
2021-12-02
0
Wantho Toding Karua
semangat 💪
2021-10-21
0