Ingin

"Ayah, ada apa?" tanya putra tertua Koh Alee.

"Siapa yang berani membocorkan rahasia kita? Bertahun-tahun kita menyelundupkan barang-barang dari luar negeri, tetapi tidak ada yang tahu. Petugas berwajib juga sudah kita suap," kata Koh Alee.

"Pasti musuh kita, Ayah."

"Siapa? Kita tidak punya musuh," kata Koh Alee.

Setahu Koh Alee, dia selalu menghindari yang namanya musuh. Bahkan, dia terkenal sangat dermawan meski itu hanya kedok yang tampilkan di depan muka umum.

Koh Alee ingat tentang pemuda suami dari Xavera, dan juga kedatangan penguasa negara B yang tiba-tiba ke rumahnya.

Braak ... !

Koh Alee mengebrak meja di hadapannya.

"Kurang ajar! Pasti tuan Wiliam yang melakukan ini semua." Koh Alee memukul kepalanya sendiri. "Bodohnya aku yang meminta uang kepada tuan Wiliam. Mana mungkin dia mau memberikan uangnya kepadaku secara cuma-cuma. Dia memberiku lima puluh milyar, tetapi dia menghancurkanku dengan kerugian lima ratus milyar."

"Sudah, Ayah. Kita jangan mencari masalah lagi padanya. Masih untung hanya ketahuan disita. Kalau sampai tuan Wiliam menghancurkan segalanya, habislah kita," ucap putra Koh Alee.

"Kamu benar! Kita jangan lagi cari masalah padanya."

...****************...

"Untuk sementara, kita tinggal dulu di sini. Aku akan mencari rumah," kata Hito kepada keluarga mertuanya.

"Yang benar saja kamu! Masa kita disatukan dalam satu kamar," kata Hilman.

"Kita bisa minta tambahan kasur," usul Xava.

"Aku akan siapkan kamar untuk kalian masing-masing," kata Hito, lalu beranjak keluar dari kamar hotel.

Xava mengejarnya, lalu menahan pundak Hito agar berhenti. "Tunggu sebentar."

Hito menelengkan kepalanya, "Ada apa?"

"Kamu punya uang lebih. Ini, ambil saja. Kamu bisa menjualnya." Xavera memberikan kalung yang ia pakai kepada suaminya.

Hito mendorong kembali tangan itu. "Hanya untuk hari ini aku ada. Besok juga kita bakal pindah. Ayo, ikut aku memesan kamar. Lagian aku harus pergi untuk bekerja."

Xava mengerutkan dahi, "Ini sudah malam. Kamu bekerja di mana lagi?"

"Bosku memanggil, dan aku harus ke sana."

"Maafkan aku, Hito. Kita jadi banyak hutang. Belum lagi hutang kami yang berada di negara C," ucap Xava tidak enak hati.

"Sudahlah, Xava." Hito meraih dompet dalam sakunya, dan Xava memperhatikan dompet branded itu.

"Dompetmu sangat bagus."

Hito terkesiap, "Tuan Wiliam memberikannya kepadaku. Dia sudah membeli yang baru." Hito mengambil sepuluh lembar uang merah, lalu memberikannya kepada Xava. "Ambil ini untuk beli makanan."

Xava menerimanya, tetapi timbul kecurigaan dalam benaknya. "Uangmu banyak?"

"Aku baru gajian, dan juga ini termasuk uang lembur. Kamu jangan bertanya terus. Hemat-hemat dengan uang itu," pesan Hito.

Xava mengangguk, "Iya."

Keduanya lalu berjalan turun mengunakan lift ke lantai bawah. Setelah memesan dua kamar, Hito pamit pergi kepada istrinya.

"Lama-lama bisa ketahuan kalau begini. Maafkan aku, Xava. Aku hanya ingin melihat ketulusan hatimu. Aku ingin kamu menganggapku sebagai suami bertanggung jawab yang mencintaimu, dan bukan karena soal harta saja," gumam Hito.

...****************...

Hito sampai di apartemen miliknya sendiri. Di dalam sana sudah ada James yang menunggu kedatangannya.

"Bagaimana dengan Koh Alee?" tanya Hito yang langsung merebahkan diri di sofa.

"Sudah beres, Tuan."

Memang Hito yang membuat kerugian dagang pada Koh Alee. Sudah lama pria tua itu menipu pemerintah dalam pajak, dan juga penyelundupan barang-barang antik dari berbagai negara.

Barang itu menjadi buruan para kolektor karena harganya murah, dibanding dengan harga barang yang masuk secara resmi. Hutomo kerap membeli barang dari Koh Alee, tetapi tentu bukan dengan sembarang. Ada surat-surat resmi yang Cody periksa keasliannya.

"Masalah rumah?" tanya Hito.

"Itu yang agak sulit. Apa Tuan mau tinggal di daerah pinggiran kota?" tanya James.

"Usahakan saja rumah besar, tetapi jangan terlalu bagus," kata Hito.

"Aku akan menelepon anak buahku. Semoga saja mereka mendapatkan rumahnya." James menjauh dari Hito untuk menelepon anak buah yang ia suruh mencari rumah.

Hito membuka laptop miliknya yang berada di meja, lalu menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor yang menumpuk. Semakin besar perusahaan, semakin banyak pula pekerjaan yang dibebankan padanya.

"Beberapa berkas harus Anda tanda tangani karena besok kita mengadakan rapat untuk masalah resort yang akan kita bangun di negara C," ucap James yang telah selesai menelepon.

Hito menengadahkan kepalanya menatap James. "Bagaimana rumahnya?"

"Akan diusahakan malam ini beres. Apa ada lagi yang Tuan perlukan?" tanya James..

Hito mengeleng, "Kamu pulanglah. Terima kasih atas bantuanmu."

"Saya pulang, Tuan. Jangan terlalu malam bekerja," pesan James.

Hito mengiyakan pesan James lewat ibu jarinya setelah memandang asistennya itu keluar dari apartemen. Secepat mungkin Hito mengerjakan pekerjaannya.

"Lapar, lagi." Pria itu masuk ke dapur, dan terlihat makanan yang sudah disiapkan oleh James. "Asistenku itu benar-benar perhatian."

Nada dering dari ponsel Hito terdengar. Beruntungnya Hito memakai ponsel android yang biasa saja. Sebuah pesan dari sang istri yang menanyakan keberadaannya, dan juga memberitahu kamar hotel mereka.

Wajah Hito tiba-tiba saja merona membaca pesan itu. "Apa aku harus tidur bersama Xavera?" Hito bingung sendiri, dan ini berbeda dari Velia. Sudah jelas waktu menikah bersama mantan istrinya, Hito mencintai wanita itu. Namun, berbeda dari Xavera. Dia teman baik Hito.

Segera Hito membalas pesan tersebut yang mengatakan jika dirinya akan segera pulang, tetapi agak larut malam.

Selesai makan makanan yang disediakan oleh James, dan menyelesaikan semua pekerjaan. Hito mengendarai motor bututnya menuju hotel. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Hito langsung menuju lantai atas setelah sampai di hotel. ia melangkah perlahan, memandangi satu per satu kamar, dan Hito berhenti tepat di depan kamar yang istrinya tempati.

"Kenapa jadi gugup?" Hito mengembuskan napas panjang. "Hito, dia istrimu. Apa pun yang akan terjadi malam ini, yang jelas semua itu sah. Satu lagi, kamu harus melakukan kewajibanmu."

Hito membuat kata-kata motivasi untuk dirinya sendiri, lalu mengetuk pintu dengan sedikit keras. Ia lihat knop pintu yang berputar hingga pintu ditarik terbuka.

Senyum mengembang Xavera perlihatkan pada suaminya. "Kamu pulangnya malam."

"Maaf, tadi ada sedikit pekerjaan," jawab Hito yang langsung melangkah masuk. Xavera menutup pintu, dan menguncinya.

"Kamu mau mandi?" tanya Xava. "Sudah makan?"

"Aku sudah mandi. Kebetulan pakaianku berada di tempat bos. Aku juga sudah makan."

"Bosmu sangat baik," puji Xava.

"Begitulah." Hito tersenyum.

"Ayo, kita tidur," ajak Xava yang merangkak naik ke tempat tidur.

"Ap-apa?!"

Xavera menepuk sebelah sisi tempat tidur. "Kamu enggak mau tidur?"

Hito mengusap tengkuk belakangnya. Sebagai pria ia juga ingin sekali merasakan nikmatnya hubungan pernikahan meski tadinya sempat ragu. Ya, setelah melihat Xavera memakai gaun tidur, rasanya Hito ingin menerkamnya saja.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

excellent story lanjut top markotop

2024-03-07

0

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Kata gw sih ya terkam aja. Di anjurkan

2024-03-02

0

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Gemes bgt sama xava. Kayanya kiyowo hihi

2024-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!