Klan Baru

"Apa yang kamu lakukan, hah?!" jerit Juan sembari melototkan matanya ke arah Hito.

Hito tertawa, "Aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan."

Juan maju dengan menarik kerah jas yang Hito kenakan. Matanya memancarkan kemarahan, seolah siap untuk menelan Hito. Namun, pria yang ditatap tidak gentar sedikit pun. Malah tatapan Hito seakan menantang balik Juan.

"Singkirkan tanganmu dari sana!" bentak James.

Hito melepas kasar tangan Juan dari jas, lalu mendorong tubuh pria itu agar menjauh. Juan hampir saja terjungkal ke belakang jika ia tidak menyeimbangkan tubuh.

Tangan Hito menyapu sentuhan tangan Juan yang tadi menyentuhnya. Seolah sentuhan saudara tirinya itu, adalah virus yang mematikan.

Hito tertawa terbahak, "Bagaimana kejutannya? Apa kalian senang?"

"Kami tidak percaya ini semua. Tidak mungkin dalam satu malam klan Hutomo hancur," ucap seorang pria.

"Tidak ada lagi nama klan Hutomo. Besok, hanya akan ada nama klan Astavi yang berkuasa," ucap Hito sembari tertawa.

"Kurang ajar!" Juan mengambil botol minuman kaca, dan melayangkannya ke hadapan Hito. Namun, lemparannya mengenai punggung belakang James.

"Berani sekali kamu menyentuh tuanku!" desis James berkilat marah.

James mengambil botol minum kaca, dan ingin membalas balik perbuatan Juan, tetapi Hito menahan tangan asistennya itu.

"Jangan kotori tanganmu, James. Panggil pengawal kita, dan biarkan mereka mengurus masalah ini," ucap Hito.

James mengiyakan ucapan Hito dengan menelepon para pengawalnya untuk segera datang. Cody serta Hutomo, masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Benarkah klan Hutomo yang selama ini berkuasa, malah tumbang di bawah kekuasaan Hito dalam satu malam? Lalu siapa Astavi? Hutomo serta Cody tidak habis pikir.

"Hito, apa yang terjadi, Nak?" tanya Hutomo.

"Seperti yang Papa lihat dan dengar. Tidak ada lagi klan Hutomo. Semua hancur di bawah kakiku!" jawab Hito.

Para pengawal yang terdiri dari sepuluh orang pria dewasa berbaju hitam, masuk ke area pesta, dan berdiri di belakang Hito.

"Beri pelajaran kepada saudara tiriku itu. Masukkan dia ke dalam penjara. Dia berani untuk menyakitiku!" perintah Hito.

Semua orang tentu kaget akan perintah yang Hito ucapkan. Mereka menjauhkan diri dari Juan, dan membiarkan dua orang pria itu mendekat.

"Apa-apaan kamu, Hito?!" kata Jeni.

"Apa?" tanya Hito.

"Lepaskan putraku!" bentaknya pada dua orang pria yang telah menyergap Juan.

Hito tergelak, "Akan aku lepaskan, tetapi berlututlah kepadaku."

"Jangan keterlaluan kamu!" hardik Jeni.

"Kamu mau anakmu di penjara? Aku bisa saja menjebloskan kalian semua yang telah mencuri kekayaan klan Hutomo. Bukti-bukti sudah aku kumpulkan termasuk kamu, Jeni!" beber Hito.

Jeni terkesiap termasuk Hutomo yang tidak menyangka sama sekali, istrinya ikut berkhianat.

"Jangan mengada-ada kamu!" bantah Jeni.

"James!" seru Hito.

"Baik, Tuan."

Salah satu pengawal memberikan laptop pada James. Pria itu mulai memutar video, dan memperlihatkannya kepada semua orang yang hadir.

Hito sudah menyiapkan dengan matamg rencana untuk menghancurkan pesta pengangkatan Juan. Ia bertekad akan membongkar kebusukan para tikus itu.

Di dalam video itu, terlihat Jeni, Juan, serta beberapa kerabat dari klan Hutomo berpesta. Kerabat klan Hutomo itu, berasal dari sepupu ayah Hito. Baik pria dan wanita saling berpesta karena berhasil mengeruk harta milik klan.

"Kalian semua penghianat!" jerit Hutomo. "Siang malam ayahku, dan aku mendirikan klan agar kalian hidup mewah. Keluarga macam apa kalian?! Kamu!" Hutomo menunjuk istrinya. "Derajatmu aku angkat ke atas, tetapi kamu malah menghianatiku. Membuat aku terpisah dari putra kandungku sendiri!"

Jeni tersentak, "Maafkan aku, Hutomo."

"Sudah ketahuan belangnya, baru sadar diri," cerca Hito.

Jeni berlutut di hadapan suaminya. "Maafkan kesalahanku kali ini. Ampuni aku. Lepaskan anakku."

Hutomo mundur ke belakang beberapa langkah. "Aku tidak sudi untuk memaafkanmu. Sudah lama aku membiarkan dirimu bersenang-senang. Mulai malam ini, aku bukan suamimu lagi. Besok pagi, aku akan memohon surat perpisahan di pengadilan."

"Tidak!" jerit Jeni yang hendak memeluk kaki Hutomo, tetapi suaminya itu lekas menghindar. Bahkan, Hutomo pergi meninggalkan ruangan pesta bersama Cody.

Hito tidak dapat menghentikan suara tawanya. Keadaan kini terbalik hanya dalam sekejap. Tadi Hito yang ditertawakan, sekarang mereka.

"Jangan bersedih, Mama," ledek Hito, "berlututlah di hadapanku, maka aku akan memaafkanmu."

"Ini semua karena kamu!" kata Juan.

"Aku?" tunjuk Hito pada dirinya sendiri. "Bukankah yang membuat sengsara, adalah diri kalian sendiri?"

"Hito, maafkan kami," ucap para kerabat satu per satu.

"Sudah kubilang tadi. Berlutut di hadapanku, dan kalian akan aku maafkan," kata Hito.

Kerabat saling lirik untuk menyetujui permintaan Hito. Mereka enggan untuk berlutut, tetapi takut masuk ke dalam penjara.

Satu pria berlutut, lalu disusul seorang wanita gemuk bernama Bertha yang sempat menghina wajah cacat Hito. Kerabat lain yang menjadi komplotan Juan dan Jeni, juga turut berlutut di depan pria berkuasa itu. Mereka menundukkan kepala sembari memohon ampunan pada Hito.

"Apa Adik dan Mama tidak ingin memohon ampun?" ledek Hito. "Oh, mungkin kurungan besi lebih nyaman buat tidur."

Jeni menundukkan kepalanya. "Aku minta maaf."

"Adik, apa kamu tidak ingin berlutut?" tanya Hito.

Juan menjatuhkan diri, dan menundukkan kepalanya di hadapan Hito. Pria penguasa itu tidak tahan untuk tertawa. Aura yang diperlihatkan Hito malah membuat orang takut. Ditambah topeng yang pria itu kenakan. Seakan Hito ingin memangsa musuhnya.

"James, siapkan penyambutanku besok. Perkenalkan klan penguasa terbaru. Klan Astavi yang akan berkuasa di negeri ini," kata Hito.

"Baik, Tuan," jawab James, "lalu mereka?"

Hito menatap satu per satu para penghianat yang tertunduk malu. "Suruh bubar, kecuali Juan dan Jeni."

Para tamu serta kerabat bubar kecuali Jeni, dan Juan yang masih berlutut. Hito memandangi wajah adik serta ibu tirinya itu. Kesombongan mereka sudah dipatahkan. Kehidupan mewah akan segera mereka tinggalkan.

"Bawa mereka ke rumah lain. Papaku akan menceraikan Jeni. Jadi, wanita ini tidak pantas untuk tinggal di rumahku lagi," kata Hito.

Jeni terisak, "Maafkan Mama, Hito. Mama janji tidak akan mengulanginya lagi."

Hito berdecih, "Tiada maaf bagi para penghianat! Kalian!" Hito mengerling para anak buahnya. "Bawa mereka ke rumah kecil. Di situlah rumah mereka yang sebenarnya."

"Baik, Tuan," ucap mereka serempak.

"Maafkan kami, Hito," kata Juan.

"Kalian tenang saja. Papaku akan membagi hartanya untuk kalian berdua jika hartanya masih ada," ucap Hito tertawa.

Jeni dan Juan dibawa keluar dari rumah mewah yang selama ini mereka tempati. Hutomo mempunyai rumah sederhana, dan di sanalah mereka akan tinggal. Teriakan Jeni yang meminta maaf menjadi hiburan bagi Hito tersendiri.

"Ini belum seberapa. Tunggu saja pembalasanku lainnya. Kalian sudah mencoba untuk menghabisiku!" gumam Hito.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

good job Thor lanjut

2024-03-07

0

Mey-mey89

Mey-mey89

,,

2024-02-19

2

Rifa Endro

Rifa Endro

pembalasan termanis sekaigus tersadis

2024-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!