Rencana

Juan tertawa terbahak-bahak mendengar cerita yang disampaikan oleh Jeni. Kabar mengenai kecelakaan yang menimpa Hito membuatnya puas diri.

"Meskipun dia tidak tiada, tetapi wajah tampannya itu menjadi cacat. Hito akan direndahkan dan aku sangat ingin melihat tampangnya yang mengerikan itu," ucap Juan.

"Sabar, Sayang ... besok atau lusa dia juga akan datang kemari. Tidak ada lagi yang menghalangi dirimu. Lusa kita siapkan pesta pengangkatanmu dan juga penyambutan untuk Hito," tutur Jeni.

"Mama benar ... kita siapkan pesta untuk pria cacat seperti Hito," desis Juan.

"Apa kamu tidak ingin menjenguknya?" tanya Jeni.

Juan tampak berpikir. "Sepertinya itu ide yang bagus. Aku ingin melihat secara langsung wajah Hito.

...****************...

"Siapa yang berani mencelakai putraku. Dia baru saja kembali dan sudah ada saja yang berbuat tidak baik padanya," keluh Hutomo.

"Tuan jangan banyak berpikir. Biar masalah ini saya yang menyelidiki," ucap Cody.

"Segala harta yang kupunya malah mendatangkan petaka pada kehidupanku serta putraku. Andai aku tidak menikah lagi," sesal Hutomo.

"Kamu menyesal menikahiku," sahut Jeni tiba-tiba. Wanita itu masuk tanpa permisi ke dalam ruang kerja.

"Apa Nyonya tidak tahu aturan?" tanya Cody.

"Maafkan aku. Tadinya aku ingin mengetuk pintu, tetapi aku kaget karena suamiku merasa menyesal telah menikahi seorang janda," isak Jeni.

Cody mengerutu dalam hati. Sandiwara kesedihan yang ditunjukan wanita itu, tidak akan mempan padanya. Cody curiga ... dalang dibalik kecelakaan Hito ada nama Jeni di dalamnya.

"Cody ... tinggalkan kami berdua," pinta Hutomo.

"Baik, Tuan. Saya permisi." Cody keluar dari ruang kerja dengan menutup pintu.

Jeni memeluk tubuh suaminya dari belakang. Air mata membasahi piyama yang Hutomo kenakan. Isakkan dari wanita itu terdengar di telinga Hutomo.

"Kenapa kamu bersedih?" tanya Hutomo. "Seharusnya kamu senang Hito kecelakaan."

Jeni terkesiap. "Sayang ... apa yang kamu katakan?"

Hutomo melepas pelukan Jeni. "Dari dulu kamu memang tidak menyukai putraku. Selama tiga tahun ... apa kamu pernah bertanya kabar tentang Hito? Tidak, kan?"

"Sayang ... Hito juga tidak menyukaiku. Sebagai seorang ibu, aku sudah berusaha. Tapi tetap saja ... Hito tidak pernah membuka hatinya padaku," ungkap Jeni.

Hutomo berdecih. "Sudahlah ... aku bosan mendengar penjelasanmu."

Hutomo keluar dari ruang kerja. Jeni mengepalkan kedua tangan geram. Hutomo selalu saja bersikap dingin padanya. Wanita itu menghapus kasar air mata yang menodai pipinya.

"Buat apa aku menyayangi putramu. Yang ada aku ingin putramu menderita," gumam Jeni.

...****************...

Hito melihat wajahnya di depan cermin. Sebuah topeng yang terbuat dari lempengan besi berwarna hitam bertengger menutupi sebelah wajahnya.

"Apa kamu merasa nyaman? Kita bisa mengunakan lilin," ucap Dokter Andre.

"Memakai lilin akan meleleh ketika terkena panas. Biarkan saja memakai ini. Lagian aku hanya akan memakainya di saat-saat tertentu," sahut Hito.

"Terlihat sangat keren," kelakar James.

Hito tergelak. "Apa aku menjadi superhero sekarang?"

"Setidaknya kita harus menundukkan para musuh."

"Bagaimana perkembangannya?" Hito mendaratkan tubuh di sofa, sedangkan dokter Andre pamit keluar dari ruang rawat.

"Lusa mereka akan mengadakan pesta pengangkatan Juan."

Hito tersenyum. "Kalau begitu ... kita berikan kejutan untuk mereka. Tumbangkan semua perusahaan kecil yang bekerja sama dengan perusahaan Hutomo."

James mengangguk. "Siap, Tuan. Untuk itu ... kita harus keluar dari rumah sakit terlebih dulu."

"Tentu ... kita keluar sekarang juga," sahut Hito.

Pintu kamar tiba-tiba dibuka. Dokter Andre datang dengan menghela napas panjang. Tingkahnya membuat James serta Hito menjadi heran.

"Ada apa?" tanya Hito.

"Saudara tirimu ada di sini. Syukurlah kamu masih memakai topeng," jawab Dokter Andre.

Dokter Andre memang mengetahui anggota keluarga Hito; sebab ayahnya dulu adalah dokter pribadi keluarga Hutomo yang sekarang sudah digantikan olehnya. Namun, Andre hanya ingin menjadi dokter bagi Hito serta Hutomo dan mengabdi pada rumah sakit yang Hito bangun.

"Oh ... dia datang ingin mengejekku rupanya. Baiklah ... persilakan dia masuk," kata Hito.

Suara sepatu pantofel terdengar memasuki ruang rawat. Juan mengembangkan senyum tatkala bersitatap dengan saudara tirinya itu.

"Maafkan aku yang baru bisa menjengukmu, Hito," ucap Juan. "Bagaimana keadaanmu? Aku ikut prihatin atas apa yang menimpamu." Juan melirik James serta Andre. "Apa mereka selalu ada di sini?"

Hito memberi kode lewat mata agar James serta Andre keluar dari ruang rawat. Keduanya menganggukkan kepala, lalu keluar dari ruang rawat.

"Terima kasih atas perhatianmu," ucap Hito.

Juan tersenyum. "Kenapa wajahmu?"

"Apa kamu datang untuk meledek saja?"

Juan tertawa. "Aku hanya heran saja. Kamu tidak sedang ikut sirkus, kan? Kenapa sebelah wajahmu memakai topeng?" Pria itu tergelak. "Oh ... apa wajahmu terluka? Tenang saja, Hito." Juan menepuk pundak saudaranya itu. "Papa akan mendatangkan dokter ahli untuk merawat wajahmu."

"Jika kamu sudah puas meledekku, pergilah. Sejujurnya aku tidak butuh untuk dibesuk," ucap Hito.

Kembali Juan tertawa. "Aku datang dengan niat baik. Oh ... aku lupa untuk membawa bingkisan. Maafkan aku, Kakak."

Hito berusaha untuk tersenyum meski hatinya sangat dongkol. "Terima kasih atas niat baikmu itu."

"Baiklah ... aku sudah menjenguk dan aku harus pamit karena ada pekerjaan yang harus kuselesaikan." Juan melempar senyum mengejek sebelum melangkah keluar dari ruang rawat.

Hito mengumpat. "Awas saja kamu, Juan!"

...****************...

"Daftar perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan klan Hutomo ada di sini" kata James sembari menyerahkan berkas-berkas kepada Hito.

Setelah keluar dari rumah sakit, Hito serta James langsung menuju perusahaan. Tanpa membuat waktu lagi, Hito ingin semuanya selesai sampai pesta pengangkatan Juan.

"Perusahaan ini juga bekerja sama dengan perusahaan yang ada pada kita. Lumpuhkan dulu sayap mereka. Putuskan kerja sama pada mereka," perintah Hito.

"Maksudnya, Tuan?" tanya James.

"Perusahaan Delta ini bekerja sama dengan kita bukan?" tanya Hito.

"Benar, Tuan."

"Putuskan kerja sama perusahaan Delta jika mereka tidak mau memutus hubungan kerja sama dengan perusahaan lain," ucap Hito.

James mengangguk. "Saya mengerti, Tuan. Hari ini juga akan saya kerjakan."

"Bagus. Di negara B hanya ada empat perusahaan raksasa, tetapi mereka semua masih di bawah perusahaanku Hidden Corp. Katakan pada mereka untuk memutus kerja sama dengan perusahaan kecil dan juga perusahaan Hutomo, lalu akuisisi perusahaan itu semua," ucap Hito.

Apa tuan ingin membuat perusahaannya menjadi besar? Jika perusahaan kecil itu di akuisisi, maka klan Hutomo akan tumbang. Apa Tuan ingin menghancurkan klan miliknya sendiri?

"Aku tidak akan menghilangkan klan orangtuaku, tetapi aku akan menguasai klan itu," ucap Hito yang seakan tahu isi pikiran James.

"Kalau begitu saya permisi, Tuan." James keluar dari ruang kerja.

Hito menaikkan kedua kakinya di atas meja. "Kalian semua akan merasakan akibat dari tindakan kalian ini!"

Bersambung.

Dukung Author dengan vote, like dan koment.

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto

Imam Sutoto

buset mantap gan

2024-03-07

0

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

saya akan dukung mu thor ,,!!!"

2024-02-24

1

Mey-mey89

Mey-mey89

..

2024-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!