Penyesalan

"Silakan, Tuan," ucap James.

Hito masuk ke dalam mobil kemudian disusul oleh James yang duduk di depan setir kemudi. Mobil berjalan keluar dari rumah kerabat Velia dengan diikuti iring-iringan mobil komandan dan juga Jenderal.

"Apa Tuan akan membiarkan perusahaan nyonya Velia bangkit?" tanya James.

"Kita biarkan saja perusahaannya bangkit kembali. Setelah itu, kita hancurkan berkeping-keping," sahut Hito.

"Mereka pantas mendapatkannya, Tuan," tambah James.

"Orang tamak seperti mereka memang harus diberi pelajaran. Apalagi Velia ... aku sangat kecewa dan juga sakit hati pada dirinya. Di depan mataku dia berani berselingkuh," geram Hito.

"Ada banyak wanita yang lebih baik dari nyonya Velia," sambung James.

Hito mengangguk. "Kamu jalankan mobil ini ke apartemen milikku. Aku ingin segera istirahat. Jangan lupa untuk menjemputku pagi besok. Kita harus ke pengadilan."

"Baik, Tuan," sahut James.

...****************...

"Aku tidak mengira Hito ternyata anak dari Hutomo. Selama ini aku menyia-yiakan dirinya," kesal Velia. "Sekarang ... dia malah ingin berpisah dariku."

"Itu sebabnya mendiang papamu memaksamu untuk menikahi Hito? Papamu sudah tahu rupanya, jika pria pilihannya anak orang ternama," sahut Mutia.

"Lalu sekarang bagaimana? Dia membenci kita dan ingin berpisah dari Kakak," sambung Ariel.

"Untuk masalah perusahaan tidak menjadi soal. Uang yang dia berikan sangat banyak, tetapi aku!" Velia tersenyum sinis. "Aku tidak akan melepaskan Hito begitu saja."

"Dia sangat mencintaimu, Sayang. Kamu bujuk dia supaya mau kembali lagi bersama. Keluarga Hutomo orang paling kaya di negeri ini. Menjadi bagian dari keluarga mereka, akan menaikkan strata sosial kita," tambah Mutia.

"Lihat saja nanti. Hito tidak akan mampu menolak pesonaku," ujar Velia dengan senyum smirk.

Setelah mengetahui siapa Hito sebenarnya, Velia serta keluarga tidak akan menyia-yiakan kesempatan untuk bisa menyandang status istri dari anak keluarga Hutomo.

...****************...

Rambut tertata rapi. Sepatu pantofel mengkilap dengan setelah jas mahal melekat pada diri seorang pria yang tengah melangkah masuk ke dalam gedung pengadilan.

Di sisi sampingnya dengan setia sang asisten menemani. Tidak ada yang tidak mengagumi sosok pria kaya itu. Wajah yang tadinya kucel bak gelandangan, kini bersinar tampan.

Velia yang sudah datang bersama sang ibu, baru menyadari jika suami yang ia hina, ternyata benar-benar sosok berkarisma.

"Sayang," sapa Velia lembut.

Telinga Hito berdengung mendengar panggilan sayang dari Velia. Bukan rasa senang yang ia rasakan. Malah rasa benci dan jijik yang pria itu rasa.

"Jangan bersikap pura-pura baik. Kita di sini untuk berpisah," ucap Hito.

Velia memegang kedua tangan Hito dengan menampilkan raut wajah sedih serta penyesalan dari matanya. "Sayang ... maafkan aku yang selama ini telah memperlakukanmu dengan buruk."

Tatapan Hito jatuh pada tangan Velia. Sekarang istrinya tidak segan lagi untuk menyentuhnya. Hito tidak lupa sekarang statusnya berada di atas angin dan tentu Velia tidak akan jijik lagi untuk menyentuhnya.

Hito melepaskan kasar tangannya. "Baru sekarang kamu menyesal. Kemarin-kemarin ke mana saja kamu, hah?!"

"Hito ... Mama juga minta maaf sama kamu. Pernikahan kalian baru saja dimulai. Tidak baik untuk berpisah," sahut Mutia.

Hito berdecih. "Setelah tahu identitas asliku, kalian baru mengemis. Dasar tamak! Aku tidak akan pernah kembali bersama kalian! Kita berpisah, Velia."

Velia serta Mutia tersentak mendengar cercaan Hito. Keduanya mengira Hito akan luluh dengan permintaan Velia, tetapi mereka salah. Pria itu bersikeras untuk tetap berpisah.

"Tuan, surat perpisahannya sudah siap," ucap James.

"Berikan padaku," pinta Hito.

James memberikan surat perpisahan beserta bolpoin kepada Hito. Segera pria itu menyambut kertas itu, lalu membubuhkan tanda tangan di sana.

"Giliranmu, Velia. Tanda tangan surat ini," pinta Hito.

"Aku tidak mau berpisah darimu. Jika kamu ingin berpisah, maka berikan sebagian harta milikmu," ucap Velia.

Kesempatan tidak boleh disia-siakan. Jika Hito tidak bisa di dapatkan, maka Velia menginginkan harta dari suami kayanya.

Hito terkekeh mendengarnya. "Kamu mau masuk ke dalam sel tahanan?"

Kening Velia berkerut. "Apa maksudmu?"

"Aku bisa mengatakan kepada semuanya kalau kamu serta keluargamu telah menyiksaku. Bahkan aku masih punya bukti saat kamu menumpahkan air panas di tubuhku," ungkap Hito.

Velia pernah menumpahkan air panas di tubuh Hito lantaran kesal pria itu merusak gaun yang baru saja ia beli. Hito secara tidak sengaja membuat gaun itu terbakar setrika panas.

Velia tersentak mendengarnya. Meski Hito tidak punya bukti sekalipun mengenai dirinya yang suka menyiksa, tetapi Velia tidak akan lupa. Jika pria yang memiliki kekuasaan seperti Hito bisa melakukan apa saja. "Sayang ... aku minta maaf. Kamu bilang mencintai diriku."

"Aku sudah berulang kali memberi kesempatan padamu, Velia. Namun, kamu masih saja menindasku. Cepat tanda tangan atau dalam lima menit, kamu serta keluargamu akan aku jebloskan ke dalam sel tahanan," ancam Hito.

Velia meraih surat serta bolpoin secara kasar, lalu menandatangani berkas perceraian itu. Hito tampak puas dan lega berpisah dari istri seperti Velia. Tidak sedikit pun pria itu merasakan penyesalan.

"Ini," kata Velia sembari mengulurkan surat cerai.

"Terima kasih, Nona Velia." Hito mengambil berkas itu, lalu melangkah pergi dari gedung pengadilan dengan diikuti oleh James.

"Kali ini kita akan ke mana, Tuan?" tanya James.

"Kembali ke rumah Hutomo. Sudah saatnya membalas perbuatan ibu serta adik tiriku. Sudah cukup lama mereka bersenang-senang dengan kemewahan," tukas Hito.

...****************...

Braak ... !

Craang ... !

Velia menendang kursi meja rias serta membuang segala perlengkapan make up yang tertata rapi di meja. Wanita itu kesal, marah karena berpisah dari Hito.

Penyesalan baru datang diakhir dan sakitnya baru terasa sampai ke ulu hati. Namun sayang, kaca yang sudah pecah, tidak mungkin bisa diperbaiki seperti semula.

"Velia! Tenanglah sedikit," seru Mutia.

"Kita tidak punya apa-apa sekarang," ungkapnya.

"Apa maksudmu?" tanya Mutia.

"Sekretarisku menelepon. Dia mengatakan perusahaan kita diperiksa oleh penyidik pajak," beber Velia.

"Apa!" kaget Velia. "Kamu sih ... Mama sudah bilang untuk taat pajak. Kamu masih suka bermain hal seperti itu. Uang dari Hito bukannya masih banyak?" tanya Mutia.

"Banyak? Sebagian sudah kupakai untuk membantu perusahaan keluarga Dena. Lalu membaginya pada kalian dan sekarang kita terkena denda karena tidak membayar pajak selama lima tahun. Apa uang segitu cukup? Yang ada kita malah bangkrut," terang Velia.

"Lalu dari mana kita akan mendapatkan uang lagi?" tanya Mutia.

"Aku tidak tahu. Kita semua akan menjadi gelandangan," sahut Velia.

Mutia terduduk di tepi tempat tidur. Menjadi melarat bukanlah impiannya. Kali ini perusahaan yang mereka kelola telah habis dan bila tidak membayar pajak, maka semuanya akan disita.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Bangcris Cris

Bangcris Cris

mati ajing lh kau

2024-03-21

0

Imam Sutoto

Imam Sutoto

gile keren banget lanjut

2024-03-07

0

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Mamam tuh bangkrut

2024-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!