Pamer

Sebuah kecupan manis mendarat di bibir Velia. Tanpa ragu dan rasa bersalah sama sekali terhadap suaminya, Velia terang-terangan selingkuh dan menghianati Hito.

Demi sebuah harta agar tidak jatuh miskin, wanita itu memilih batu kerikil daripada berlian yang jelas-jelas begitu mencintai serta menyayangi dirinya.

"Aku masuk dulu. Kamu hati-hati menyetirnya," ucap Velia.

"Bisakah kita menghabiskan waktu malam ini berdua?" Aldo menyosor ceruk jenjang Velia, memberi bekas merah pada kulit nan putih.

Velia mendorong kepala Aldo pelan. "Jangan sekarang. Nanti setelah aku berpisah dari pria miskin itu."

"Aku sudah tidak tahan lagi, Velia." Aldo menarik kepala Velia mendekat. Mendaratkan kecupan membius pada bibir wanita itu. Keduanya saling mencecap, membelit hingga bertukar saliva.

"Sudah, Aldo. Ini sudah malam," ucap Velia.

Pria itu mengembuskan napas sebab belum bisa meniduri Velia. "Baiklah ... aku akan tahan."

Kecupan di pipi Velia berikan agar kekasih barunya tidak marah dan pulang dengan rasa bahagia. Sungguh Velia sangat tega pada Hito. Suaminya sendiri tidak diperbolehkan menyentuh dirinya, tetapi orang lain malah ia izinkan untuk berbuat hal lebih.

"Semoga mimpi indah, Sayang," ucap Aldo sesaat Velia telah keluar dari dalam mobil dan melambaikan tangannya.

Mobil melaju meninggalkan area perumahan. Velia masuk setelah penjaga rumah membukakan pintu gerbang.

"Apa Hito sudah kembali?" tanya Velia pada satpam.

"Belum, Nyonya," jawab satpam.

Bibir Velia tertarik dengan sebuah decakkan remeh. "Semoga saja dia tidak pernah kembali ke rumah ini. Setidaknya aku akan bebas dari pria miskin itu."

...****************...

Braak ... !

Gebrakan meja tidak dapat dihindari ketika sebuah telepon mengatakan perusahaan dalam keadaan krisis dan berujung pada kebangkrutan.

"Investor menarik semua sahamnya dan proyek-proyek kerja sama dengan perusahaan Hutomo terhenti?!" tanya Liam pada seseorang di balik telepon.

Bruukk ... !

Ponsel terjatuh dari genggaman tangan dan pria itu terduduk di sofa dengan memegang kepala yang tiba-tiba berdenyut.

"Papa kenapa?" tanya Aldo yang baru turun dari anak tangga. Ia heran melihat sang ayah tertunduk lesu dengan menundukkan kepala.

"Habis sudah, Aldo. Perusahaan kita bangkrut. Tidak ada yang tersisa. Semuanya habis sudah," beber Liam.

Aldo tersentak mendengar penuturan itu. "Ba-bangkrut? Bagaimana bisa!?"

Liam mengeleng. "Entahlah. Tiba-tiba saja perusahaan Hutomo membatalkan kerja sama dan para investor menarik semua modalnya."

"Hutomo? Padahal kita tidak ada menyinggung perusahaan dan kerja sama kita transparan," ucap Aldo.

"Papa tidak tahu," sahut Liam yang sangat pusing memikirkan masalah yang menimpanya.

Aldo turut terduduk dan masih tidak percaya dengan apa yang ayahnya katakan. Kekayaan yang didapat dengan usaha bertahun-tahun, kini lenyap hanya dalam semalam.

...****************...

"Kakak," seru Dela.

"Kenapa kamu teriak-teriak?" tanya Mutia.

"Itu, Ma. Ada kiriman paket untuk kak Velia," jawab Dena sembari menunjuk tiga paket kotak putih dengan dilapisi pita emas yang berada di atas meja.

Mutia berjalan menuju meja. Ia melihat nama Velia tertera di sana. Hanya nama Velia serta alamat saja yang ada di keterangan tanda terima. Sedangkan nama yang mengirim bingkisan tersebut tidak ada.

"Ada apa, Ma?" tanya Velia yang baru saja turun dari kamar atas.

"Ada bingkisan untuk kamu," ucap Mutia.

"Oh, ya." Velia memandang tiga kotak yang berjejer di meja. "Tidak ada nama pengirim. Coba aku buka isinya."

Velia membuka bingkisan pertama. Betapa kaget ia menatap isi di dalam kotak tersebut. Sebuah gaun terbaru dari brand ternama Velucci.

"Gaun Velucci!" kaget Velia.

Dena serta Mutia juga turut kaget karena Velia mendapat gaun terbaru yang harganya sangat fantastis. Tanpa membuang waktu, Velia membuka kotak kedua serta ketiga.

"Tas serta sepatu!" Velia berteriak saking senangnya. "Ini beneran brand dari Velucci.

"Beruntung sekali, Kakak," ucap Dena.

"Siapa yang mengirim ini semua?" tanya Mutia.

"Pasti Aldo yang mengirimkan ini semua," jawab Velia.

"Pria itu memang pantas untuk bersamamu, Velia. Daripada Hito yang tidak ada pekerjaan dan hanya menumpang saja," sambung Mutia.

"Apa Hito belum kembali?" tanya Velia yang ingat akan suaminya. "Dia tidak kelihatan."

"Hito memang tidak ada di rumah. Mungkin dia pergi dan tidak mau kembali," sahut Dena.

"Bagus kalau begitu. Mama sangat benci melihat tampangnya," tambah Mutia.

"Aku tidak peduli pada Hito. Malam ini aku akan memakai semua barang ini untuk acara pertemuan keluarga Andreas," kata Velia.

"Malam ini, Kakak akan jadi pusat perhatian," sahut Dena.

Velia mengirim pesan kepada Aldo dengan maksud mengucapkan terima kasih. Wanita itu tidak tahu saja jika Aldo sudah bangkrut dan tidak memiliki apa-apa lagi.

...****************...

"Apa gaun yang kamu pakai semuanya keluaran Velucci?" tanya seorang wanita sepupu jauh Velia.

"Tentu saja. Kamu pasti bisa membedakan yang mana asli dan yang mana palsu," ucap Velia.

Velia beserta keluarganya menghadiri pertemuan keluarga besar Andreas di salah satu rumah mewah kerabatnya.

"Aku dengar perusahaanmu krisis, dari mana kamu mendapatkan gaun itu." Seorang kerabat pria bertanya. "Jangan bilang kamu mengoda pria kaya, secara suamimu tidak punya pekerjaan."

Semuanya tertawa mendengar celetukkan pria itu. Velia serta keluarganya merasa dipermalukan karena Hito.

"Siapa yang kamu bilang tidak punya pekerjaan?"

Suara bariton terdengar dari pintu depan. Sosok pria bermata coklat, hidung mancung serta rahang tegas dengan tinggi badan serupa model catwalk. Tubuhnya sedikit kurus karena selama ini kurang menjaga pola makan.

"Hito!" kaget Velia.

Velia kaget sebab suaminya berpenampilan rapi. Mengenakan jas hitam, sepatu pantofel mengkilap serta tatanan rambut yang disisir ke belakang.

Wanita itu baru menyadari jika Hito sangat tampan. Semuanya merasa tidak percaya jika pria yang melangkah masuk adalah pria sama yang selalu diperlakukan sebagai pelayan.

"Wah-wah! Velia ... kamu sampai mendandani Hito seperti ini. Apa kamu malu, suamimu hanya memakai kaos lusuh?" ucap seorang pria kerabat Velia.

"Siapa yang kamu bilang memakai pakaian lusuh? Aku?" tunjuk Hito pada dirinya sendiri. "Lihat setelan yang kamu kenakan. Harganya cuma sekitar lima juta saja."

"Apa kamu bilang?! Ini buatan brand Moza," ucap pria itu.

Hito tertawa. "Moza? Pakaianmu hanya tiruan saja. Jangan mencoba untuk membodohiku."

"Hito ... kamu apa-apaan. Jangan buat malu aku," ucap Velia geram.

"Aku mengatakan fakta saja," sahut Hito.

Mutia berjalan mendekat pada Hito. "Menantu kurang ajar! Berani sekali kamu menghina kerabat suamiku!"

Mutia mengangkat tangan ke atas hendak memukul Hito, tetapi sayang ... tangannya dicengkeram terlebih dahulu.

"Jangan pernah untuk mendaratkan kembali tanganmu pada pipiku!" Hito mencengkeram tangan Mutia hingga wanita itu merasakan sakit.

"Lepaskan aku," pinta Mutia.

Hito melepas tangan mertuanya dengan kasar. "Aku hanya mengatakan fakta saja. Baju-baju yang dikenakan oleh para kerabat di sini semua palsu, kecuali baju istriku."

"Kamu tidak mampu membeli gaun ini untukku. Kekasihku yang memberikannya," ungkap Velia.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

murniati cls

murniati cls

bodoh sekali hito ini,udah dianiaya,dihina,dcaci maki didepan org banyak masih aja

2024-04-22

0

Imam Sutoto

Imam Sutoto

good luck thor lanjut

2024-03-07

0

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Cerai hito. Cerai is the best udehh

2024-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!