Kringgg,,, kringggg,,, kringggggggggggg…!!!!!!
Bunyi berisik alarm yang menunjukkan pukul 05.00 pagi itu membangunkan gadis cantik yang sedang tidur dengan mimpi indahnya, tetapi sang gadis masih enggan untuk membuka matanya. Entah apa yang ada dalam mimpinya sehingga membuatnya tersenyum dalam tidurnya. Padalah dia merupakan gadis yang jarang sekali untuk tersenyum dan cenderung dingin sehingga dijuluki “Ice Quenn” sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi oleh teman-teman dan orang sekitar.
Dia adalah Momo, gadis kecil yang sekarang sudah memasuki masa dewasa. Yaa, dia sekarang tengah melanjutkan studi S2nya di salah satu universitas terbaik dunia yaitu Harvard University dengan jalur prestasi (beasiswa) dari kampus pertamanya tempat dia menempuh Pendidikan S1nya yaitu Oxford University. Momo dikenal sebagai gadis dingin dan cuek terhadap sekitarnya, terbukti dengan kurangnya dia berinteraksi dengan sekitarnya dan hanya sedikit menanggapi jika ditanya. Dia akan menjadi pribadi yang manja dan hangat hanya pada Papa dan Maminya serta para Mbak dan para Mamang di rumahnya, juga pada Mommy Clarissa dan Papa Key, juga pada Koko kesayangannya. Hanya saja sifat manjanya pada kokonya hanya sampai keduanya di bangku Sekolah Menengah Atas, karena setelah Cleo berangkat kuliah ke luar negeri tepatnya di Harvard Univerty dia mulai memutuskan komukasi dengan Kokonya tersebut karena takut mengganggu fokus Cleo, juga dia sendiri saat itu fokus menyelesaikan SMAnya dan mempersiapkan diri untuk berkuliah di universitas impiannya yaitu Oxford University.
Hal itu membuat Cleo bertanya-tanya mengapa gadis kecilnya tidak pernah menghubunginya atau sekedar menyapanya lewat sosial media. Dia bertanya pada orangtuanya, lalu dijelaskan oleh Maminya bahwa Momo sedang fokus mempersiapkan dirinya untuk ujian akhir dan juga mempersiapkan segala hal untuk kuliahnya nanti. Dia juga menempatkan beberapa orang kepercayaannya untuk memantau gadisnya dari jauh sehingga dia bisa tau segala hal tentang gadisnya dan sedikit mengurangi rasa khawatir dan rindunya.
Kringggg…. Kringggggggggg!!!!!!!!!!!!!!!!
Sekali lagi bunyi alarm yang sangat berisik itu mengusik tidur sang gadis. Dia akhirnya membuka matanya perlahan, berbaring sebentar kemudian bangun dan duduk lalu merentangkan tangannya untuk meregangkan otot-ototnya yang sudah cukup beristirahat. Dia diam sebentar dan teringat mimpinya, membuat dia merasa merindukan tanah airnya, rumahnya, keluarga tercintanya. Dia pun bangkit berdiri kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, dia segera menggunakan pakaian, lalu bersiap-siap untuk ke kampus. Setelah bersiap-siap, dia kemudian turun ke lantai 1 apartemennya untuk sarapan.
“Pagi Mbak Naya”, sapanya pada salah satu pelayan yang sudah melayaninya sejak dia di bangku sekolah menengah pertama.
“Pagi Non Geulis, silahkan dimakan sarapannya Non, biar semangat kuliahnya, hehe”, kata Mbak Naya dengan sedikit bercanda pada Nona Mudanya itu.
“Siap Mbak. Mbak juga jangan lupa sarapan biar semangat terus nemenin Momo di sini”, kata Momo sambal tersenyum.
“Siap laksanakan Nona Muda”, katanya sambal bergaya hormat ala tentara yang membuat Momo sedikit terkekeh dengan tingkah pelayan pribadinya itu.
Mbak Naya adalah salah satu orang yang ditolong keluarga Alexandra sehingga dirinya mengabdikan diri pada keluarga tersebut dan menjadi pelayan pribadi Nona Muda Alexandra. Dia sangat menyayangi Momo seperti adiknya sendiri. Dia berasal dari kampung yang jauh dari kota kemudian memutuskan untuk merantau, hingga dirinya dirampok dan hamper dilecehkan, namun kemudian ditolong oleh pengawal Momo ketika dia dalam perjalanan pulang dari sekolahnya.
Mbak Naya ikut dengan Momo ke Inggris atas suruhan Tuan dan Nyonya Alexandra karena khawatir putri mereka akan kesepian nanti, padahal Momo ingin tinggal sendiri agar bisa mandiri dan merasakan hidup seperti orang pada umumnya yang melakukan semuanya sendiri tanpa perlu dilayani. Tetapi pendapatnya tidak dihiraukan orangtuanya, karena mereka tau Momo akan kesulitan bergaul nanti di lingkungan barunya. Mereka sadar putri mereka sedikit cuek dan terkesan tidak peduli dengan sekitarnya, sehingga memutudkan agar Mbak Naya ikut bersama Putri mereka untuk melayani kebutuhan sehari-hari Momo.
“Momo berangkat ke kampus ya Mbak, jangan rindu, berat, biar Mang Udin aja”, pamit Momo kemudian keluar apartemen untuk berangkat ke kampusnya.
“Hati-hati Non, semangat, cepat pulang, kasihan Tuan Muda Cleo menanti dengan penuh kerinduan di tanah air, hehehe”, kata Mbak Naya sambal bercanda pada Nona Mudanya.
Momo hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, tidak menanggapi lagi ucapan Mbak gesreknya itu. Dia turun ke parkiran mengambil mobil sport kesayangannya yang dibelikan Papanya sebagai hadiah ulang tahunnya. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang karena masih jam 06.30, sedangkan kelasnya dimulai pada jam 07.30.
Setelah sampai di kampus, dia segera melajukan mobilnya pada area parkir mahasiswa. Setelah memarkirkan mobilnya, dia segera berjalan menuju kelasnya.
Di tengah perjalanan dia mendengar ada suara yang memanggil Namanya dengan sangat keras. Dia sangat mengenal suara tersebut dan hanya mengheka napas jenuh kemudian segera berjalan tanpa menghiraukan orang yang memanggilnya.
“Momoyaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!”, teriak seorang gadis bernama Cessa kepada Momo saat melihat sahabatnya sedang berjalan menuju kelas mereka.
“Hei Nona Muda, tunggu aku..!!!”, teriaknya sambal berlari mendekat pada Momo karena Momo tidak menghiraukan panggilannya. Dia sadar sahabatnya pasti sangat kesal dengan tindakannya yang seperti orang hutan saja.
“Hei Nona Muda, apa kau sadar dirimu sedang menjadi pusat perhatian semua orang”, katanya lagi pada Momo yang berjalan disampingnya karena dia sudah berhasil mengejar Momo, sambal melirik ke sekitar mereka yang sedang memperhatikan Momo yang memang sangat cantik dan penuh dengan aura positif dan misterius.
“Berhenti bicara omong kosong.”, kata Momo santai tanpa mempedulikan pandangan sekitar. Dia hanya berjalan lurus dan ingin segera masuk ke kelasnya.
Merekapun berjalan menuju kelas dengan Cessa yang selalu mengoceh sepanjang jalan tanpa direspon oleh sang Nona Muda Alexandra. Sesampainya di kelas mereka segera duduk di bangku lalu bersiap menunggu dosen yang akan mengajar. Momo dan Cessa bersahabat sejak kuliah S1 di Oxford, mereka bertemu di kelas Sastra Jerman. Saat itu Momo mengambil jurusan Manajemen Bisnis dan Teknik Informatika, sedangkan Cessa mengambil jurusan Seni dan Bisnis. Sejak saat itu mereka semakin akrab dan menjadi sahabat.
Cessa yang berisik dan Momo yang cuek sehingga mereka menjadi cocok satu sama lain. Cessa juga merupakan anak orang kaya di kotanya. Dia tau Momo peduli dengannya walaupun terlihat cuek, karena Momo selalu ada di saat dia membutuhkan bantuan. Seperti saat ini, dia sibuk menyalin tugas Momo yang akan mereka kumpulkan nanti, dia lupa mengerjakan karena terlarut dalam drama Korea yang ditontonnya sampai subuh. Hah, kebiasaan memang. Dan Momo akan selalu membiarkan sahabatnya itu untuk menyontek tugasnya. Menurutnya tidak ada alasan dia tidak mengijinkan sahabatnya itu untuk meenyontek, karena dia tau Cessa memang tidak sengaja melupakan tugasnya.
“Morning everyone. Silahkan kumpulkan tugasnya.” Kata Dosen pengampu kelas tersebut.
“Yes, Mr. John”, kata mereka serempak.
*(Author ga pake Bahasa inggris karena author sendiri ga pinter Bahasa inggris, paling kata-kata sehari-hari yang gampang aja, jadi langsung Bahasa Indonesia aja, hehehe)
Mereka pun segera mengumpulkan tugas mereka masing-masing. Setelah itu kelas pun dimulai.
Setelah kelas berakhir, Momo segera bergegas ke ‘markas’nya untuk melanjutkan pekerjaannya. Cessa tidak mengikutinya karena beralasan akan pusing dengan suasana ‘markas’ Momo. Mereka hanya janjian untuk makan siang bersama di kantin. Cessa kemudian pergi bersama teman-temannya yang lain, dan Momo segera ke ‘markas’nya.
Setelah sampai di ‘markas’ yang merupakan ruangan lab computer khusus mahasiswa/I yang tergabung dalam “organisasi peretas handal” (para pencetus organisasi yang memberi nama organisasi tersebut) dia langsung menjuhu mejanya dan melanjutkan pyoke yang sedang dikerjaknnya selama semester tersebut. Terdengar narsis memang nama organisasi mereka, namun memang anggota-anggotanya adalah orang-orang jenius dalam bidang IT dan peretasan. Di ruangan itu hanya ada Momo dan beberapa mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas ataupu penelitian mereka. Mereka semua bekerja dengan serius sehingga menimbulkan kesan mencekam pada ruangan tersebut, karena benar-benar hening tanpa ada suara sedikitpun, hanya ada suara mesin keyboard yang sedang ditekan-tekan oleh pengguna computer tersebut.
Melihat jam sudah menunjukkan waktunya makan siang, Momo segera beranjak dari tempat duduknya kemudian keluar menuju kantin setelah menyimpan file pengerjaannya dan mematikan komputernya. Sesampainya di kantin dia segera menuju meja yang diduduki oleh Cessa karena sahabatnya tersebut sudah melambaikan tangannya dengan heboh setelah melihat Momo. Seperti biasa, Momo selalu menjadi pusat perhatian karena kecantikannya, kejeniusannya, dan auranya.
Setelah makan siang, mereka melanjutkan mengikut kelas berikutnya, kemudian Kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk hari berikutnya. Cessa juga tinggal di appartemen tetapi berbeda Kawasan dengan Momo. Dia juga bekerja part time untuk mengisi waktu luangnya, dia hanya mengatakan mencari pengalaman saat ditanya mengapa mau bekerja part time padahal dirinya tidak kekurangan dalam hal finansial. Itulah salah satu alasan Momo betah berteman dengan dirinya, karena kesederhanaan dan kemandiriannya membuat Momo mengagumi kepribadiannya tersebut.
Setelah sampai di apartemen, Momo segera memarkirkan mobilnya dan naik menuju kamar apartemennya. Setelah menyapa Mbak Naya sebentar, dia segera ke kamarnya, menghubungi orangtuanya sebentar, lalu beristirahat sejenak di tempat tidur kesayangannya. Sore harinya, dia bangun lalu membersihkan diri, kemudian menyalakan laptopnya dan memeriksa laporan perkembangan restorannya yang ada di Jakarta, kota kelahirannya. Ya, dia memiliki beberapa restoran di Jakarta, dan puluhan cabang yang tersebar di seluruh kota di Indonesia. Dirinya membuka usaha tersebut saat berumur 18 tahun dengan dimodalkan oleh Papanya.
Setelah memeriksa sedikit, dia turun ke ruang makan untuk malam malam bersama pelayan setianya, lalu kembali ke kamar setelah mengobrol sedikit tentang kegiatannya seharian bersama Mbak Naya untul lanjut memeriksa laporan yang belum diperiksa juga mengerjakan tugas yang belum dikerjaknnya. Setelah itu dia tidur Ketika jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Begitulah kesehariannya sebagai mahasiswa S2 tingkat akhir. Hari-harinya dilalui dengan semangat karena dirinya tidak sabar untuk segera pulang ke tanah air dan bekerja di perusahaan impiannya yaitu perusahaan Papanya. Dia tidak ingin langsung mengambil alih perusahaan, tetapi ingin bekerja sebagai bawahan Papanya sampai dirinya yakin mampu untuk memegang perusahaan besar Papanya tersebut.
Hari-hari berlalu seperti biasanya, sampai akhirnya minggu depan merupakan hari penting baginya karena dirinya akan segera diwisuda dan akan resmi nenyandang gelar Magister. Dia sangat menanti hari itu tiba agar segera pulang ke tanah kelahirannya. Dia tidak sabra untuk segera bertemu dengan keluarganya, rumahnya, kamar tercintanya.
“Aku akan segera kembali”, gumamnya penuh semangat lalu tidur menuju alam mimpi dan bersiap menyambut hari esok.
Sedangkan di belahan dunia lain tepatnya di negara Indonesia kota Jakarta, di sebuah Gedung perkantoran berlantai 60, di sebuah ruangan bertulikan ruangan CEO, tampak seorang pria tampan dengan perawakan yang begitu sempurna sedang berdiri dekat jendela, memandangi pemandangan luar yang begitu padat dan berisik walaupun tidak terdengar diruangannya. Pria itu berdiri memandang ke kejauhan, entah apa yang dipikirkannya. Yang jelas sekarang dirinya sedang gelisah namun juga bahagia. Bahagia karena menurut perkiraannya, gadisnya akan segera kembali ke tanah air dan akan selalu dekat dengannya lagi, namu dia gelisah karena selama beberapa tahun terakhir dia dan gadis kecilnya tidak pernah berkomunikasi lagi. Dia takut gadisnya akan menolak bertemu dengannya, dan menjadi semakin jauh dengannya.
Dia sangat tau bagaimana sifat sang gadis, sehingga membuat dia gelisah. Akibatnya, dia melampiaskan segala perasaanya pada pekerjaannya dan pada karyawannya dengan sering mengadakan rapat dadakan, juga tugas-tugas kantor ataupun project dengan deadline waktu yang cukup singkat. Para karyawan sangat tersiksa tetapi tetap mengerjakan semua perintah bos mereka tersebut. Karena tidak ada perusahaan yang membayar gaji sebesar CM Corp. tempat mereka bekerja saat ini. Mereka hanya berharap suatu hari nanti sang boss akan berubah menjadi sedikit ‘baik’ sehingga mengurangi tekanan yang mereka rasakan Ketika bekerja.
Pria itu adalah Sang Tuan Muda Grissham, Cleo Grissham. Dia melamun, mengingat kembali masa lalunya bersama gadisnya Momo. Mulai dari masa kecil mereka, sampai kelulusan sekolah menengah atasnya, dimana saat itulah pertemuan terakhirnya dengan gadis kecilnya sampai sekarang ini.
“Aku sangat merindukanmu Bebe, apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Aku harap kamu tidak melupakanku di sana”, gumamnya dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.
“Aku masih mengingat janji kita Bebe”, lanjutnya kemudian sambal mengingat Kembali momen-momen kebersamaannya dengan Bebenya, juga janji masa kecil mereka.
Janji apakah kira-kira yang mereka berdua ucapkan? Penasaran? Pantengin terus biar ga ketinggalan update terbaru dari author.
Para readers sekalian… Jangan lupa like, comment, follow author, dan paling penting jadikan favorit karya pertama author ini sebagai bentuk dukungan kalian untuk author, agar agar menjadi makin semangat nulisnya.
.
.
Author ga maksa kok, seikhlasnya ajaa..
Salam hangat Author receh.. hehe
.
.
Sampai jumpa di episode berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments