Aku membuka mataku perlahan karena ponselku yang tergeletak di samping kasurku bergetar kuat. Aku meraih ponselku itu dengan malas karena aku yakin pasti itu panggilan atau pesan masuk dari debt collector yang menagih pembayaran hutangku.
Sebuah notifikasi pesan masuk muncul di layar ponselku. Aku membukanya, seseorang dengan nomor yang tidak kukenal mengirimiku sebuah pesan.
'Amel,
Ini Bayu. Bisa ga besok kita ketemu jam 7 malam di Mall Living World Alam Sutera?'
Aku tersentak dan terduduk di kasurku, ternya Bayu yang mengirimi pesan padaku. Ada apa Bayu ingin bertemu denganku? Apakah dia mau memberikan pekerjaan padaku?
Aku membalas pesannya.
'Oke Bay, besok gua ke sana!'
Jantungku berdebar kencang, semoga saja Bayu memberikan pekerjaan untukku agar aku bisa segera terlepas dari jerat hutang ini dan memperbaiki kehidupanku lagi. Ya Tuhan, semoga saja ini jalan keluar dari masalahku!
...
Jam 18.55, aku sudah tiba di Mall Living World Alam Sutera. Aku melangkah menuju West Lobby untuk menunggu Bayu. Aku menghubunginya melalui chat untuk mengabari kalau aku sudah berada di tempat yang ia janjikan. Aku duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
19.12 WIB. Dua belas menit sudah berlalu tapi Bayu belum juga menemuiku di sini, dia juga tidak memberi kabar sama sekali, chat-ku pun hanya dibacanya tanpa di balas. Apa dia berniat mempermainkanku?
"Mel!" seru seseorang sambil menepuk pundakku. Aku yang terkejut langsung beranjak dari tempat dudukku dan membalikkan tubuhku menghadap orang itu. Tepat dugaanku! Bayulah yang memanggilku itu, ia bersama seorang pria lainnya.
"Sorry ya gue terlambat! Tadi ada urusan sedikit." terangnya. Aku hanya mengangguk pelan.
"Oh iya, kenalin ini Adnan, dia sahabat gue sekaligus rekan bisnis gue." ucap Bayu memperkenalkan pria bertubuh tinggi dan ramping yang sedari tadi bersamanya itu. Pria itu mengulurkan tangannya untuk mengajakku berjabat tangan.
"Adnan, Adnan Wirayudha!" ucapnya memperkenalkan diri.
"Winda Amelia, panggil saja Amel!" Akupun memperkenalkan diriku padanya. Telapak tangannya terasa sangat halus, berbeda sekali dengan telapak tanganku. Apa semua telapak tangan orang kaya seperti itu?
"Ya sudah yuk kita ngomongnya sambil makan saja!" ajak Bayu.
Bayu dan Adnan mengajakku ke salah satu restoran yang ada di mall tersebut.
"Nih, Mel!" ucap Bayu sambil menyodorkan buku menu restoran itu. Aku membaca daftar makanan dan minuman yang ada di sana dan tidak ada satu pun namanya yang kukenali, harganya pun sangat mahal bagiku. Aku harus memesan apa?
"Lo mau pesan apa, Mel?" tanya Bayu. Pertanyaan Bayu membuatku berkeringat, aku benar-benar tidak mengerti mau memesan apa! Aku bahkan tidak bisa menyebutkan namanya.
"Lo aja yang pilihkan, Bay!" ucapku akhirnya.
"Gua ga tau makanan apa yang enak di sini." tukasku.
"Hmm. Oke gua pesenin ini aja ya?!" tawar Bayu sambil menunjukkan apa yang akan dia pesankan untukku. Aku mengangguk pelan.
Bayu juga menanyakan apa yang ingin dipesan Adnan dan ia memberitahukan semua pesanan itu kepada pelayan restoran.
"Amel ini teman gue jaman SMP." ungkap Bayu pada Adnan. Adnan menangguk-anggukkan kepalanya.
"Dulu gue sering nge-bully dia!" aku Bayu. Bayu menceritakan bagaimana ia mem-bully-ku saat itu, dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Mungkin bagi mereka itu cerita lucu, tapi sungguh, dulu aku sangat membenci Bayu. Dia membuatku malas pergi ke sekolah karena terus-menerus memperlakukanku dengan buruk. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi, bahkan sekarang aku mencoba menggantungkan hidupku pada orang yang pernah mem-bully-ku itu.
"Lo beneran butuh pekerjaan, Mel?" tanya Adnan pelan.
"Iya!" ucapku sambil menganggukkan kepala.
"Gue sudah sebulan ini menganggur." akuku.
"Oh, lo udah ga kerja?!" Bayu tampak terkejut mendengar pengakuanku itu. Aku kembali menganggukkan kepalaku.
"Jadi lo bener-bener butuh kerjaan nih?" tanya Adnan lagi.
"Iya!" jawabku singkat.
"Gue suka sama orang yang mau kerja sungguh-sungguh." ucap Adnan. Entah mengapa jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya, ekspresi wajah Adnan terlihat berbeda dari sebelumnya. Apa ini hanya perasaanku saja atau memang yang sebenarnya? Aku merasa Adnan terlihat seperti orang yang licik.
"Kita punya pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang yang benar-benar mau bekerja!" terang Adnan.
"A.. apa itu?" tanyaku gugup. Entah mengapa aku merasa seperti menangkap firasat buruk dari pekerjaan ini.
"Kami ingin kamu menyelamatkan hidup sahabat kami." sambung Bayu.
"Ma.. maksudnya?" Aku bingung dengan apa yang dimaksud oleh Bayu. Menyelamatkan? Apa sahabatnya itu sedang sakit? Apa jangan-jangan mereka menginginkanku untuk mendonorkan organ untuk sahabatnya itu?
"Jadi gini.." Adnan memulai ceritanya. Ia dan Bayu menceritakan secara detail tentang pekerjaan itu, apa yang harus aku lakukan dalam pekerjaan itu.
"Kalian sudah ga waras ya?!" makiku. Aku benar-benar terkejut mendengar penjelasan mereka tentang pekerjaan itu.
"Gue ga mau kerja kayak begitu!" tolakku. Adnan dan Bayu tersentak, ia tampak sangat terkejut karena aku menolak tawaran pekerjaan dari mereka itu.
"Lo yakin ga mau nerima pekerjaan ini?" tanya Bayu. Aku menatap Bayu dengan sorot mata tajam.
"Dosa, Bay!" seruku.
"Kalau lo memang yakin tidak mau mengambil pekerjaan ini ya ga apa-apa. Kami akan mencari orang lain lagi yang mau menolong sahabat kami." tukas Adnan.
"Niat kami hanya ingin menyelamatkan kehidupan sahabat kami." ucapnya pelan.
"Kan bisa dengan cara lain, cara yang lebih normal." tukasku.
"Cara normal seperti apa yang lo maksud?" tanya Bayu.
"Ya misalnya mengenalkan gue dengan sahabat lo itu dengan cara biasa, tidak seperti yang kalian mau itu!" sahutku.
"Nih!" Adnan menyodorkan ponselnya ke hadapanku.
"Ini pacarnya sekarang." ucap Adnan. Sebuah foto wanita yang sangat cantik, berkulit putih, dan berambut panjang terpampang di layar ponsel itu. Wajah wanita itu sangat cantik seperti seorang malaikat!
"Menurut lo, kalau kita menggunakan cara yang normal apa mungkin dia bisa berpaling dengan mudah dari wanita seperti ini?" tanya Adnan.
"Apa mungkin lo bisa mengalahkan pesona pacarnya itu?" tanyanya lagi. Aku terdiam, ucapan Adnan memang benar tapi entah kenapa ucapannya itu terasa sangat menusuk hatiku.
"Kami sama sekali ga punya niat buruk untuk menyakiti sahabat kami itu, kami hanya ingin mengembalikan kehidupannya seperti dulu lagi." terang Adnan.
"Iya, Mel! Kami hanya ingin menolong sahabat kami." tambah Bayu. Aku menatap mereka berdua bergantian. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Jantungku terus berdetak dengan sangat cepat hingga membuat dadaku terasa sesak.
"Bantu kami, Mel. Please...!" pinta Bayu.
...
Cerita ini adalah versi lain dari cerita sebelumnya.
Mohon untuk kembali membacanya dari awal agar bisa merasakan perbedaannya.
Terima kasih banyak untuk dukungannya pada cerita sebelumnya.
Dukung terus karya-karyaku ya..
Aku sayang kalian semua.. 🤗😘🥰😊☺
Jangan lupa like di setiap episodenya, vote, dan share ya supaya lebih banyak yang baca cerita ini..
Dukungan darimu sangat berarti untukku.. ❤
Terima kasih 😘🤗🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
الف راينشه رضوان
cerita sblmnya yg mn ya Thor...?
2021-01-07
0