Cinta Yang Tertukar
"ehh!!! lu yang jalan nggak lihat-lihat noh, asal nelonyor aja, lu liat nggak lecet ni jas mahal gua!!", pria itu balik mengomel pada Nindi.
"idihhh... jas beli di pasar loak aja belagu lu!!", kata Nindi sambil memonyongkan bibirnya.
"eh eh ehh... sembarangan aja lu kalo ngomong ya!!" jawab pria tersebut.
"udah ah, dari pada ribut mulu sama lu nggak jelas mending gua cepetan pulang, ntar sial lagi!" sambil berlalu melewati pri itu.
Pri itu adalah Cahya Lingga Wirawan. Dia adalah penerus satu-satunya perusahaan tersebut. Namun Nindi belum mengetahui akan hal itu.
"Cantik juga tuh cewek, tapi siapa ya?", Lingga bergumam sendiri.
Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang mengamatinya sedari tadi.
"Apa yang kamu lakukan disini?", tanya orang tersebut tak lain halnya Mamanya Lingga sendiri yang tak sengaja melihat adu mulut anaknya tadi bersama seorang wanita muda tadi. Nyonya Ana Wirawan adalah istri dari pemilik perusahaan tersebut.
"Eh mama, nggak itu tadi ada cewek nggak sengaja nabrak Lingga ma. Oh iya, tumben mama dateng ke kantor udah jam pulang kerja?" tanya Lingga.
"Oh iya, ini mama mau jemput papa kamu tadi katanya gk enak badan".
"Oh ya udah ma, Lingga duluan ya ada barang yang ketinggalan di ruangan".
"Ya udah mama juga mau keruangan papa kamu dulu ya?". "Oke ma".
Sambil berjalan menuju ruangan suaminya, Ana memikirkan hal yang tadi dilihatnya kalau anaknya mau berbicara dengan wanita yang belum dikenal. Setahunya, sejak Lingga gagal bertunangan tahun lalu dengan wanita yang pernah ia cintai, Lingga tidak pernah mau berbicara dengan lawan jenis. Jangankan berbicara, mau melihat perempuan saja tidak. Maka dari itu, karyawan di kantor itu tidak ada yang berani dekat dengan Lingga. Mereka takut melihat aura galak dari wajah Lingga. Paling hanya sekedar menegur, itupun tidak pernah mendapatkan respon dari Lingga.
"Siapa perempuan itu?", Ana bergumam.
**
"Siapa ya,, yang gua tabrak di depan lift kantor tadi?. Ganteng sih gayanya juga cool tapi judes amat kalo ngomong?".
"Kamu ngomong sama siapa sih, sambil melamun lagi pamali tauk, berdiri depan pintu sambil melamun".
"Iihh.. ibuk ah, siapa juga yang melamun orang lagi liat halaman!", gerutu Nindi pada ibunya yang sudah menangkap basahnya saat melamun tadi.
"Gimana hari ini, apa sudah dapet kerjaannnya?", tanya Bu Lasmi
"Oh iya buk, Nindi sudah dapet kerjaan buk jadi cleaning servis di perusahaan Kencana Indah yang ada di tengah kota ini buk", Nindi menjawab pertanyaan ibunya dengan antusias.
"Oh ya sukur kalo kamu udah dapet kerjaan nak, ibu ikut senang dengernya. Kerja yang hati-hati jangan sampai ada kesalahan lagi", Bu Lasmi tersenyum.
"Iya buk Nindi janji".
**
Tugas yang dikerjakan oleh Nindi tidak terlalu berat untuknya. Ia hanya ditugaskan menyapu dan mengepel lantai VIP pagi-pagi sebelum para petinggi kantor tersebut datang.
"Pagi Nin,??", sapa Ayu.
"Pagi juga Yu", jawab Nindi.
"Oh iya, kamu udah denger belom kalo sebentar lagi perusahaan ini akan ganti pemimpin??", tanya Ayu pada Nindi.
"Emang siapa Yu yang mau mimpin perusahaan ini besok?", Nindi mengerutkan.
"Anak dari pemilik perusahaan ini lah Nin".
"Ooohh..". Nindi hanya ber oh ria sambil manggut-manggut.
Tiba-tiba...
"Hei kalian para ladies, sedang bicarain siapa?", Joni ikut nimbrung pembicaraan 2 wanita itu.
"Apaan sih lu Jon, ikut nimbrung aja dasar ketoprak gosong!!", jawab Ayu sambil memukul pelan kepala Joni pakai tangkai pel yang ia pegang.
"Aduhhh... apaan sih lu Yu asal pukul aja. Gini-gini beharga ni kepala gua, apalagi kepala bawah, hehehhhe😁", sambil memegang kepalanya yang tadi kena pentung dengan Ayu sambil pula cengengesan. Nindi hanya tertawa melihat tingkah kedua teman barunya itu
"Idiiihh, mit amit dah Jon. Udah Nin, kita lanjut kerja aja dari pada ngeladenin nih orang, bikin naik tensi mulu!!".
"Ayok, bentar lagi juga udah selesai".
Nindi memang diberi jatah membersihkan lantai VIP bersama Ayu dan Joni tersebut. Untungnya ia mendapatkan teman yang enak diajak bergaul, baik pula seperti Ayu.
***
"Udah selesai Nin, kita istirahat dulu yuk di kantin sambil ngisi perut?", ajak Ayu.
"Ayok", jawab Nindi.
Nindi senang bila ada teman yang perhatian seperti Ayu, dan mau di ajak kerja sama. Jadi Nindi tak perlu canggung untuk bertanya jika ada hal yang tidak dimengertinya.
Sampai di kantin mereka memesan makanan. Sambil menunggu pesanan datang mereka berbincang-bincang mengakrabkan diri.
"Nin, ngomong-ngomong, orang tua lu masih ada ya?", tanya Ayu yang penasaran dengan kehidupan teman barunya itu.
"Alhamdulillah orang tua masih ada semua Yu, bapak gua kerja jadi satpam di sekolah dasar, kalo ibu jualan makanan di sekolah itu juga, gua orang nggak punya Yu", tutur Nindi menjelaskan kedua orangtuanya.
"Ya nnggak papa lh Nin, yang penting itu pekerjaan yang halal. Lagi pula nggak minta sama orang juga kan??", Ayu menjawab dengan senyuman.
"Kalo lu sendiri gimana Yu?", Nindi bertanya balik pada Ayu.
"Huummph.. gua udah nggak ada siapa-siapa lagi Nin. Bisa dibilang hidup sebatang kara", jawab Ayu sambil menatap kosong ke depan.
"Aduhh gua minta maaf ya Yu, gua nggak maksud nyinggung lu,, maaf banget ya Yu??", Nindi berkata sambil memegang tangan Ayu yang ada disebelahnya, merasa bersalah karna melihat raut wajah Ayu yang sedih.
Seketika itu juga Ayu langsung tersenyum ke arah Nindi dan berkata, "ngak papa Nin, jangan merasa bersalah gitu deh biasa aja kali", sambil tertawa kecil melihat raut wajah Nindi yang kebingungan.
"gua jelasin ya ke elu, ayah gua meninggal waktu gua masih kecil karna kecelakaan, dan kalo ibu gua sudah setahun yang lalu nyusul ayah gua karna penyakitnya yang nggak sembuh-sembuh, karena gua emang nggak punya uang buat berobat ibu".
"Ohh gitu, gimana kalo elu gua ajak kerumah gua nanti sekalian nginep gitu?", Nindi berniat untuk mengajak Ayu bermalam dirumahnya.
"Ehhmm.. boleh juga sih", Ayu tersenyum menanggapi permintaan Nindi. Seketika itu juga Nindi ingat akan sesuatu.
"Ehhmm... gua baru inget kalo boleh tau elu tinggal dimana Yu?".
"Gua tinggal sendiri Nin, di rumah peninggalan almarhum orang tua gua, lumayanlah untuk berteduh nggak kepanasan nggak kehujanan".
"Oohhh", jawab Nindi.
Pesanan mereka pun datang, tanpa basa basi mereka langsung menyantap makan siang mereka. Saat mereka sedang menikmati makanan mereka, eh tau-taunya si Joni Dateng nih alias ketoprak gosong.
"Eh ketoprak gosong, bisa nggak sih lu jangan muncul terus di depan gua!!" Ayu langsung menodongnya dengan pertanyaan.
"eh lu gentong penyok bisa diam nggak, emang nggak boleh apa gua gabung? sadis amat lu jadi orang", jawab Joni seraya menonyor kepala Ayu.
Nindi yang mendengarnya hanya tersenyum melihat tingkah kedua temannya. Sebenarnya dari tadi Joni sudah duduk di dekat meja kedua wanita itu, tapi karna mendengar percakapan mereka diurungkannya niat untuk bergabung. Joni pun merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Ayu, karna sebenarnya Joni diam-diam suka sama Ayu. Tapi belum saatnya untuk dia mengatakan hal itu. Selesai mereka makan, mereka pun membayarnya kepada bibik Sri yang menjual makanan di kantin tersebut.
"Berapaan bik?", tanya Nindi yang belum mengerti harga-harga makanan disitu.
"Semuanya makanannya udah dibayar neng", jawab bik Sri dengan santai.
"Loh, siapa yang bayar bik, saya aja belum bayar kok tadi??", Nindi kebingungan.
"Bibik nggak bisa kasih taunya neng, yang jelas makanannya neng Ayu sama neng siapa ini namanya bibik ngga tau??"
"Nindi bik, panggil aja saya Nindi".
"Oh iya neng Nindi, udah dibayar".
"Punya saya juga dibayar ngga bik??", Joni ikut bertanya.
"Maaf ya Jon, kalo punya kamu mah bayar sendiri!!", ekspresi wajah bik Sri langsung sewot melihat Joni.
"aahh.. bibik mah payah ah, masa mereka ada yang bayarin akunya ngaa sih bik??", gerutu Joni.
"Kalo mau dibayarin ya jangan jadi cowok, jadi cewek noh. Sedangkan mereka berdua aja dibayarin sama seorang cowok kok!", timpal Andi anak laki-laki bik Sri yang membantu bik Sri berjualan di kantin tersebut.
Andi langsung menutup mulutnya, karna keceplosan. "Loh bik, emang siapa yang bayarin kita si??", tanya Ayu yang kepo setengah mati dan Nindi yang hanya bengong kaya sapi ompong.
"Eh anu, itu neng bukan siapa-siapa kok, ngga usah terlalu dipikirin ya??. Udah sana aja kerja lagi, ntar telat dimarah loh sama bosnya?", bik Sri mengalihkan pembicaraan supaya ngga ketahuan. Nindi yang tadi bengong justru malah menyipitkan matanya, tanda curiga pada bik Sri dan anaknya itu.
"Ya udah bik kami kerja lagi, makasih banyak ya bik??", Ayu mengakhiri pembicaraan.
"Eh eh ehh.. wooiyyy, tunggu gua, gua belom bayar nih!!", kata Joni setengah berteriak sambil mengeluarkan uang dari dompetnya untuk membayar makanannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Rini Sarmilah
Saran saja perhatikan tanda bacanya dan untuk awal kalimat gunakan huruf besar... untuk ceritanya bagus..👍👍
2021-09-04
1
Aditya Jetli
Awal yang bagus, dialog nya hidup, terus berkarya
2021-09-03
2
NalaLa
Hii kak aku mampir
semangat terus yaa..
2021-08-06
1