Bulepotan

Alsa baru saja selesai membuat kue. Lambat laun dirinya mulai paham bagaimana cara membuat kue dengan resep martuanya sendiri. Dan bahkan sudah beberapa kali Alsa membuat kue yang langsung mendapat pujian dari kedua martuanya.

"Done," senyumnya terlihat sangat manis melihat tampilan kuenya yang terlihat sangat menggoda.

Ekor matanya mencari sesuatu. Ada yang kurang dari kuenya. Sebelum akhirnya tangannya mengambil krim kue yang sudah berada di tempatnya. Dengan telaten Alsa sengaja memberi tulisan I love you di salah satu kuenya. Dengan niatan akan diberikan untuk Gerald nanti.

"Cantik," ucapnya tersenyum manis.

"Seperti yang bikin." Bunda Nimas datang dan langsung memuji kue buatan Alsa. Sekalian juga dengan orangnya.

"Bunda," sapa Alsa mencium punggung tangan Bunda Nimas.

Bunda Nimas tersenyum melihat kue buatan Alsa. "Makin pinter ya menantu Bunda," pujinya yang langsung mendapat senyum manis dari Alsa.

"Tapi nggak seenak buatan Bunda." Alsa merendah. Dia memang merasa kuenya belum bisa seenak buatan Bunda Nimas.

"Siapa bilang? kemarin pas kue buatan kamu Bunda bawa ke arisan semua teman Bunda bilang enak kok," jelas Bunda Nimas yang langsung membuat Alsa terbengong.

"Bunda bawa ke arisan?" tanya-nya tidak percaya.

Bunda Nimas mengangguk. "Kamu itu ada bakat buat buka toko kue sayang," sekali lagi Bunda Nimas memuji kehebatan yang dimiliki menantu cantiknya.

Alsa tersentuh dengan ucapan Bunda Nimas. Dia langsung memeluk Bunda Nimas dengan hangat.

"Aaa...Bunda, Al jadi malu," lirihnya di sela pelukan mereka. Dan langsung mendapat cubitan gemas dari Bunda Nimas di hidungnya.

Alsa melepaskan pelukan mereka. Menatap Bunda Nimas dengan wajah bahagia.

"Ya udah sana mandi dulu, bentar lagi suami kamu pulang kan? tunjukan kalau menantu Bunda ini sekarang sudah pintar masak dan buat kue," jelas Bunda Nimas yang dijawab Alsa dengan anggukan kepala dan jempolnya.

"Al ke atas ya Bund," pamitnya dan diangguki oleh Bunda Nimas.

Dari bawah. Tatapan Bunda Nimas tidak terlepas dari Alsa yang mulai menjauh. Gadis cantik yang menjadi menantunya itu sangat ceria. Meski Bunda Nimas tahu betul bagaimana kehidupan Alsa sebenarnya.

Jauh dari kedua orang tuanya yang tidak pernah mengunjungi atau bahkan menanyakan kabar membuat Bunda Nimas paham bagaimana rasanya menjadi Alsa. Gadis yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Terakhir kali bertemu ketika makan malam atas kelulusan Gerald. Mami Eva sempat bercerita kepada Bunda Nimas alasan menikahkan Alsa dengan Gerald. Itu karena kedua orang tua Alsa sadar tidak bisa menjaga Alsa sepenuhnya. Tidak bisa menjadi orang tua yang baik untuk putri mereka. Tetapi untuk alasan lebih jauhnya sampai kini mereka belum menjelaskan secara gamblang.

"Bunda harap, Gerald segera bisa menyelesaikan masalah kamu nak," ada harapan besar yang terselip dari doa seorang ibu martua yang begitu menyayangi menantunya.

Selesai mandi, Alsa langsung berjalan menuju ke lemari baju. Dengan perlahan Alsa mulai menanggalkan handuk yang dikenakan. Lalu memakai baju yang sudah dia ambil tadi di lemari.

"Bener juga kata tuh dosen, gue indah pakai baju apa aja," gumamnya seraya menggeleng. Geli saja dengan ucapannya sendiri.

Bahkan tanpa Alsa sadari. Ucapannya sampai membuat seseorang yang juga berada di kamar itu menahan senyum.

Langkahnya tertuju dimana letak cermin besar di kamarnya. Matanya melotot melihat pantulan seseorang yang terlihat dari cermin di depannya. Dengan spontan Alsa menoleh ke arah dimana Gerald sedang tiduran dengan mata mengamati gerak-gerik Alsa sedari tadi.

"Gerald..!" teriak Alsa seraya menutupi bagian dadanya.

Gerald terkekeh. "Ck, ditutup, gue udah pernah lihat, bahkan bagian bawah juga udah nikmati," cibir Gerald membuat Alsa melotot.

"Resek!" kesal Alsa membuat tawa Gerald pecah.

"Puas lo?" Alsa menatap geram ke arah Gerald.

Gerald menggeleng sebagai jawaban. "Gimana bisa puas? kita belum ngapa-ngapain hari ini," ucap Gerald membuat Alsa menggeleng.

"Rald... nggak lucu deh!" kesal Alsa kembali membelakangi Gerald.

Masih dengan rasa kesalnya karena ulah dan ucapan Gerald yang terkesan menggoda.

Gerald beranjak dari ranjang. Melangkah ke depan dan memeluk Alsa dari belakang. "I know Al," ucapnya mengecup lembut pundak Alsa.

Tangan Gerald mengusap lembut di sekitar perut rata Alsa. "Kenapa tadi di kampus pakai baju kurang bahan gitu?" pertanyaan Gerald membuat Alsa seketika terdiam.

Lalu tatapan matanya lurus ke depan cermin. Dimana wajah Gerald kini sedang mengendus-endus bagian pundak dan lehernya.

"Atau mau bikin gue-?" Gerald menjeda pertanyaannya, dan langsung mendapat gelengan kepala dari Alsa.

"Gue nggak bisa marah Al, tapi gue cemburu dan nggak rela banget yang lain sampai lihat bentuk tubuh lo." Gerald mempererat pelukannya.

"Sorry Rald, gue kayak bocah banget tadi," hanya itu yang bisa Alsa katakan.

"Lo tahu...lo cuma milik gue, biar gue pertegas. Y**ou are mine, fore*ve***r Alsava Mabella," bisik Gerald seraya mengecup singkat bagian telinga Alsa.

Alsa terpejam. Menikmati sentuhan bibir Gerald di sekitar leher dan pundaknya.

"Lo udah bikin gue ingin," bisik Gerald membuat Alsa terdiam.

Keduanya sama-sama saling pandang. Dengan deru napas yang sudah tersengal tetapi pelan.

"Lakukan," ucap Alsa membuat Gerald semakin menatap dalam manik mata indah Alsa. Sebelum akhirnya kembali melancarkan aksinya yang sering dia sebut dengan proses membuat anak sekarang.

_____

Pukul 7 malam. Gerald sedang menatap layar laptopnya. Bibirnya digigit kecil melihat informasi kedua orang tua Alsa. Ada kaki tangan Gerald di negara luar sana. Negara yang menjadi tempat tinggal kedua orang tua Alsa sekarang, yang tanpa ingat dengan anak kandung mereka sendiri.

Ceklek

Alsa keluar dari kamar mandi. Melihat Gerald yang sedang fokus dengan layar laptopnya membuatnya mendesah kesal.

"Belum makan?" Alsa duduk di sebelah Gerald.

Gerald menoleh. Menatap Alsa dengan senyum dan juga gelengan kepala. "Nunggu tuan putri dong."

"Paan sih?" Alsa menggeleng dengan tangannya mengeringkan rambutnya.

"Buat lo." Gerald menyodorkan beberapa batang coklat dengan ukuran lebih besar.

Alsa terdiam. Menatap manik mata Gerald yang juga sedang menatapnya. "Ini aman?" pertanyaan Alsa membuat Gerald tertawa.

"Aman buat kesehatan lo, tapi nggak sama hati lo," jelas Gerald membuat Alsa mengernyit.

"Lo tahu kenapa?" Gerald menatap lekat Alsa. Dan dijawab Alsa lagi-lagi dengan anggukan kepalanya.

"Karena udah gue kasih racun cinta... hati lo nggak akan bisa berpaling dari gue kalau udah makan coklat ini," jelas Gerald membuat Alsa bersemu.

"Hmmm...gue rasa lo di sana bukan cuma kuliah Rald. Tapi juga belajar ngegombal." Alsa mengambil salah satu coklat dengan ukuran yang cukup besar itu.

"Tepat, gue nggak mau balik tanpa ada bekal yang bisa bikin lo-" jeda Gerald dengan tatapan matanya tepat di bibir Alsa yang sedang memakan coklat darinya.

"Biar gue ajarin gimana cara makan coklat yang bisa bikin nikmat." Gerald sudah tepat berada di depan wajah Alsa.

Bahkan Alsa sampai berhenti mengunyah. Ekor matanya melirik ke arah Gerald yang mulai mendekatkan bibirnya lalu menyapu di sekitar bibir.

Setelahnya, Alsa mulai memejamkan matanya. Mereka baru saja melakukan, tetapi Gerald selalu bersikap demikian seakan tidak ada habisnya.

Jika di kampus mereka bukan siapa-siapa. Maka lain cerita ketika di rumah.

Tok

Tok

Tok

"Alsa! Rald!" teriak Bunda Nimas tepat di depan pintu.

Deg

Keduanya berhenti, saling diam dan saling pandang, sebelum akhirnya Gerald kembali akan mel**at bibir Alsa, tetapi sudah lebih dulu didorong oleh Alsa.

"Rald stop!" cegah Alsa membuat Gerald terkekeh.

Alsa bersiap diri sebelum menjawab. Lalu sedikit menjauh dari Gerald. "Masuk Bund!"

Ceklek

Bunda Nimas membuka pintu, terlihat wanita paruh baya itu dari balik pintu. Matanya menyipit melihat Alsa yang sedang mengunyah coklat, tetapi bekas coklatnya ada pada bibir Gerald.

Dengan gelengan di kepala, Bunda Nimas tersenyum. "Makan dulu nak, jangan lupa kue buatan kamu juga," jelas Bunda Nimas yang diangguki oleh Alsa. "Iya Bund."

Bunda Nimas kembali menoleh. "Oh ya Rald. Kalau makan coklat jangan kayak anak kecil. Belepotan," cibir Bunda Nimas seraya terkikik, sebelum akhirnya pergi.

Ekor mata Alsa melirik ke arah Gerald. Sebelum akhirnya tawa Alsa pecah melihat coklat di bibir Gerald. "Pantesan!"

Alsa lebih mendekat ke arah Gerald. Dengan tubuh setengah membungkuk. "Mainnya masih kurang rapih Rald," ledek Alsa lalu kabur dari kamar mereka.

Gerald mengusap dengan jemarinya coklat dibagian bibirnya. Senyumnya terukir. "Sengaja sayang," lirihnya lalu beranjak untuk menghampiri Alsa.

Terpopuler

Comments

nah

nah

😄😄😄

2023-12-18

0

Fitria Wisnu

Fitria Wisnu

hahahahah Gerald so sweeet banget alsa makin cinta ini... bunda jg mertua the best bangeet😍

2023-07-28

0

Anonymous

Anonymous

YaAllah hahaha gemessss

2023-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Yang Baru
2 Sebentar Lagi
3 Obat Penawar Rindu
4 Lamunan Terasa Nyata
5 Klien Misterius
6 Ada Yang Beda
7 Kembali Merasakan
8 Polemik Cinta
9 Bertemu Mantan
10 Reuni Mantan Osis
11 What The F*ck!!!
12 Mulai Posesif
13 Ada Sesuatu
14 Baku Hantam
15 Lo Indah Di Mata Gue (Gerald)
16 Coklat Racun
17 Bulepotan
18 Sebuah Pesan
19 Ada Yang Aneh
20 Cireng Oh Cireng
21 Dia Punya Gue (Gerald)
22 Viko Kabur
23 Ngidam Aneh
24 Alsa VS Ninda Done
25 Fakta yang Menyakitkan
26 Asal Kau Bahagia
27 Ini Sakit
28 Sesal Mendalam
29 Ada-Ada Saja
30 Aku-Kamu
31 Aku Pemiliknya
32 Bucin (Bumbu Cinta)
33 Ada Aku
34 Sederhana Tapi Bahagia
35 Kesal Tapi Suka
36 Selama Ada Kamu
37 Segelas Susu
38 Benar Dia
39 Baik Tapi Jahat
40 Moment Langka
41 Tawamu Bahagiaku(Gerald)
42 Gagal
43 Cemburu
44 Morning Sweet
45 Tidak Ada Tempat
46 Kali Kedua
47 Malu Tapi Mau
48 Tidak Tepat
49 Obat Spesial
50 Selalu Ada Cara
51 Ajaib
52 Persiapan Persalinan
53 Welcome Baby El
54 Bayi Besar
55 Siapa?
56 Best Friend
57 Terbuka Hati
58 Senekat Itu?
59 Sandiwara
60 Sesal Datang Terlambat
61 Membaik
62 Bahagia Itu Sederhana
63 Datang Terlambat?
64 Hot Daddy
65 Tangis El
66 Pesta Panas
67 Hari Bahagia Untuk Alsa (Juga)
68 Itu Kita
69 Peluk Yang Dirindukan
70 Titik Bahagia
71 Akhir Bahagia
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Yang Baru
2
Sebentar Lagi
3
Obat Penawar Rindu
4
Lamunan Terasa Nyata
5
Klien Misterius
6
Ada Yang Beda
7
Kembali Merasakan
8
Polemik Cinta
9
Bertemu Mantan
10
Reuni Mantan Osis
11
What The F*ck!!!
12
Mulai Posesif
13
Ada Sesuatu
14
Baku Hantam
15
Lo Indah Di Mata Gue (Gerald)
16
Coklat Racun
17
Bulepotan
18
Sebuah Pesan
19
Ada Yang Aneh
20
Cireng Oh Cireng
21
Dia Punya Gue (Gerald)
22
Viko Kabur
23
Ngidam Aneh
24
Alsa VS Ninda Done
25
Fakta yang Menyakitkan
26
Asal Kau Bahagia
27
Ini Sakit
28
Sesal Mendalam
29
Ada-Ada Saja
30
Aku-Kamu
31
Aku Pemiliknya
32
Bucin (Bumbu Cinta)
33
Ada Aku
34
Sederhana Tapi Bahagia
35
Kesal Tapi Suka
36
Selama Ada Kamu
37
Segelas Susu
38
Benar Dia
39
Baik Tapi Jahat
40
Moment Langka
41
Tawamu Bahagiaku(Gerald)
42
Gagal
43
Cemburu
44
Morning Sweet
45
Tidak Ada Tempat
46
Kali Kedua
47
Malu Tapi Mau
48
Tidak Tepat
49
Obat Spesial
50
Selalu Ada Cara
51
Ajaib
52
Persiapan Persalinan
53
Welcome Baby El
54
Bayi Besar
55
Siapa?
56
Best Friend
57
Terbuka Hati
58
Senekat Itu?
59
Sandiwara
60
Sesal Datang Terlambat
61
Membaik
62
Bahagia Itu Sederhana
63
Datang Terlambat?
64
Hot Daddy
65
Tangis El
66
Pesta Panas
67
Hari Bahagia Untuk Alsa (Juga)
68
Itu Kita
69
Peluk Yang Dirindukan
70
Titik Bahagia
71
Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!