"apa maksud nya cak?"tanya Dian terkejut.
"aku ingin meminta mu pada kedua orang tuamu, aku ingin melamar mu, aku tau ini mendadak, tapi aku tak ingin pacaran lagi Dian," jawab Ghani tegas.
"kalau begitu, buktikan dengan perbuatan, jangan cuma omongan," kata Bidin.
"baiklah, dua Minggu lagi saya akan datang bersama rombongan keluarga besar saya, untuk melamar Dian secara resmi," kata Ghani.
"tunggu sebentar, tapi aku belum mengenal keluarga cak Ghani," kata Dian binggung.
"kalau begitu, saya izin pada bapak dan mas-mas untuk mengajak adik kalian berkunjung ke rumah saya, agar mengenal keluarga saya," kata Ghani.
"itu terserah Dian," jawab Huda tersenyum melihat adiknya yang masih binggung.
"bapak..." kata Dian meminta izin.
"baiklah, dan aku percaya padamu, dan jangan lukai kepercayaan ku," kata pak Kasan.
"baik pak," jawab Ghani pun mengangguk mantap.
Dian pun berganti pakaian dan dia juga binggung karena ini terlalu mendadak, Ghani pun bersiap dan sedang menjawab semua pertanyaan dari ketiga pria di ruang tamu.
bahkan Ghani pun menceritakan tentang mantan istrinya dan juga kenapa mereka sampai bercerai.
tak lama Dian keluar dengan baju tunik dan juga celana jeans, Dian terlihat begitu anggun.
Ghani pun pamit untuk mengajak Dian ke rumahnya, Dian pun naik ke atas motor dan Ghani langsung menancap gas menuju rumahnya.
para pria yang mengincar Dian pun bersiap untuk membuat ghani mundur, bahkan mereka akan melakukan apapun untuk itu.
sedang tak butuh waktu lama untuk sampai, bahkan Ghani juga sempat mengajak Dian membeli beberapa buah untuk oleh-oleh.
"assalamualaikum..." kata Dian saat masuk rumah.
"waalaikum salam, wah siapa ini de?" tanya Likah.
"perkenalkan dia Dian, gadis yang kemarin aku ceritakan, oh ya ibu mana?" tanya Ghani mencari sang ibu.
"biasa di kebun, mbak silahkan duduk biar saya panggilkan ibu dulu," kata Likah.
Likah pun tersenyum karena gadis pilihan Ghani terlihat begitu lembut, Bu Kholis yang di kebun pun langsung pulang saat Likah mengatakan jika Ghani datang dengan kekasihnya.
"wah ada tamu, maaf ya masih kotor karena dari kebun pisang," kata Bu Kholis.
"iya Bu," jawab Dian langsung mencium tangan Bu Kholis.
"Ghani masuk bentar nak, ibu ingin bertanya," ajak Bu Kholis.
sedang Dian takut jika orang tua dari Ghani tak menyukainya, tak di duga Denis mengintip dan terlihat malu-malu.
"sini," panggil Dian.
Denis pun menggeleng pelan, tapi Dian tak kurang akal, dia mengeluarkan sebuah coklat dari tasnya.
"mau, kesini," panggil Dian lembut.
Denis pun datang dan menerima coklat itu, dan Dian pun memangku bocah kecil itu, Dian juga membuka coklat untuknya.
"ganteng, siapa namanya?" tanya Dian
"aku Denis bude, bude pacar pakde ya," tanya Denis.
"temen deh, karena kami tidak pacaran," jawab Dian tertawa.
"haduh Denis kok malah minta pangku sih, kasihan itu budenya," kata Likah.
"tidak apa-apa kok mbak, habis kamu begitu lucu dan ganteng," kata Dian yang gemas.
"maaf mbak, orang mana?" tanya Likah penasaran.
"saya orang Sawiji mbak, kalau mbak orang mana?" tanya Dian.
"saya orang Peterongan, lebih tepatnya Plosokerep, Josari," jawab Likah.
"wah deket berarti," jawab Dian.
Likah pun menemani Dian, selama Ghani masih di tanya oleh Bu Kholis.
"Ghani kamu yakin mu melamarnya, apa kamu tau siapa dia? orang tuanya? jangan sampai yang kemarin terulang," kata Bu Kholis.
"Bu Ghani mengenalnya, bahkan sudah bicara dengan orang tuanya, dan lagi kami satu kerjaan, lagi pula dia gadis yang baik," jawab Ghani.
"tapi Ghani, ini mendadak sekali," kata Bu Kholis.
"terserah ibu, jika tak ingin melamarnya, ibu berarti lebih suka melihat putra mu ini tak akan menikah untuk selamanya," kata Ghani yang keluar dari kamar sang ibu.
Bu Kholis pasti tak mau itu terjadi, Bu Kholis pun kalah, dan mengikuti keinginan Ghani.
Bu Kholis pun keluar dan melihat Dian sudah akrab dengan Denis dan Likah, "nduk ibu boleh tanya?" tanya Bu Kholis pada Dian.
"inggeh Bu," jawab Dian.
"kamu sudah kenal Ghani, dia memang seperti itu, dan juga keadaan kami seperti ini, jadi kamu masih mau menerimanya, dan juga dia sudah pernah menikah, dan ibu ingin ini jadi pernikahan terakhir untuknya," kata Bu Kholis.
"insyaallah Bu, saya akan mencoba yang terbaik untuk menjadi istri cak Ghani," jawab Dian sopan.
"baiklah dua Minggu lagi, seperti yang di katakan Ghani, keluarga kami akan melamar mu nak, jadi tolong Ghani nanti bilang dan Pastikan pada orang tua calon mu ya, oh ya kita belum kenalan ya," kata Bu Kholis tersenyum.
"inggeh Bu, nama saya Diana Maheswari, biasanya di panggil Dian," jawab Dian.
"bude Dian, istri pakde Ghani," kata Denis.
semuanya pun tertawa mendengar celoteh pria kecil itu, tapi tak di duga Ningsih mendengar semuanya.
Ningsih pun mengatakan pada adik iparnya Listiani bahwa Ghani akan menikah, dan Mahmud merasa tak di anggap oleh Ghani karena dia tak memberitahu apapun.
Listiani dan Mahmud datang untuk bertanya, tapi Ghani akan mengajak Dian pulang, "aduh ada tamu, kok buru-buru sih Ghani,kamu juga ingin mengenalnya," kata Listiani yang turun dari motor.
"tidak, kapan-kapan saja, karena aku Janji pada orang tuanya untuk mengantar nya pulang sebelum sore," jawab Ghani dingin.
Dian pun naik ke atas motor dan tersenyum sopan pada keduanya, bahkan Dian tidak memeluk tubuh Ghani tapi hanya memegang bahu pria itu.
kini motor Ghani pun meninggalkan rumah miliknya, dan Ghani memberhentikan motornya di sebuah toko mas di pasar legi.
Ghani pun mengajak Dian memilih beberapa cincin dan juga perhiasan untuk hantaran.
Dian hanya memilih sepasang cincin dengan desain sederhana, dan akan di ukir nama mereka.
tapi Ghani juga meminta satu set perhiasan yang cocok untuk Dian, dan toko emas itu pun memberikan beberapa contoh.
Ghani sudah memilih dan seminggu lagi akan di ambil, Ghani juga sudah membayar semuanya.
Ghani juga meninggalkan nomor telpon dan juga alamat, tapi Ghani meminta agar tak di berikan pada siapapun kecuali dirinya.
setelah itu mereka pun pulang, tapi sebelum itu Ghani mengajak Dian makan dan juga membeli kue untuk keluarga di rumah.
"Dian, ini ada ATM, kamu pegang ya, dan kamu bisa membeli semua kebutuhan mu," kata Ghani.
"tidak cak, aku belum menjadi istrimu," jawab Dian.
"terimalah, atau aku akan marah, dan beli apapun yang kamu inginkan, karena kamu adalah calon istriku saat ini," kata Ghani memaksa.
"baiklah, tapi," kata Dian.
Ghani pun mendekat dan membisikkan nomor PINnya pada Dian, sedang Dian pun merasa malu karena Ghani.
"hei kenapa wajahmu merah," kata Ghani.
Dian pun menyembunyikan wajahnya karena malu, Ghani pun malah merangkulnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Siti Hodijah Enjen
semangat thor
2021-09-05
0
Novita Sari
seru
2021-07-11
0
Topik Hidayat
lanjut thor
2021-07-11
0