‘Diruang keluarga’
“Tante akan langsung saja bertanya dengan Tia. Karena Papa Gilang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, jadi dikeluarga ini, Tante yang akan menggantikan tugas suami Tante.”
“Iya, Tante. Tia akan menjawab semua pertanyaan dari Tante.”
“Gilang sudah cerita dengan Tante, jika Tia berasal dari panti asuhan. Tapi itu semua tidak masalah. Yang ingin Tante tanyakan, diperusahaan Tia sebagai apa? Apa sama posisinya seperti Gilang atau ada dibawah Gilang?”
“Tia diperusahaan menjabat sebagai manager, Tante. Jadi kalau menurut posisi, Gilang bawahan Tia. Maaf ya, Tante, bukan maksud Tia . . .”
“Ahhh, tidak apa-apa. Ini kan kamu memang menjelaskan dengan Tante.” Mama Gilang mulai merasa lega karena calon menantunya walaupun berasal dari panti asuhan tapi memiliki karir yang bagus.
“Lalu, selama ini Tia tinggal dimana? Apa masih dipanti asuhan?” lanjut Mama Gilang.
“Tia setelah lulus SMA keluar dari panti asuhan, Tante. Tia mendapat beasiswa penuh dari kampus.”
“Jadi Kak Tia sekarang tinggal dimana?” tambah Gaby.
“Kakak sekarang tinggal di apartemen komplek A.”
“Wahhh, Ma. Itu kan komplek mewah, Ma.” Gaby takjub dengan jawaban Tia dan tersenyum manis memandang mamanya.
“Maaf, ya Tia. Bisa Tia sebutkan semua yang Tia miliki? Itu jika Tia mau, maklum saja sebentar lagi kita kan akan menjadi keluarga, Tante juga akan menjadi Mama Tia sendiri, jadi Tante harus jelas.”
“Maa!!!” Gilang memprotes pertanyaan mamanya yang dirasa sudah diluar batas.
Tia menggenggam tangan Gilang memintanya untuk tenang. “Tidak apa-apa, Lang. Tenanglah.”
“Maaf ya, Tia. Tia boleh diam jika pertanyaan Tante dirasa menyinggung.” Mama Gilang menunjukkan wajah penyesalan.
“Tidak apa-apa, Tante. Tia akan menjawabnya.” Tia tersenyum kearah Gilang dan kembali memandang orang tua dan adik bungsu Gilang. “Saat ini Tia tinggal di apartemen komplek A dengan type rumah yang cukup besar, dan juga sudah atas nama Tia sendiri. Tia memiliki satu mobil sedan keluaran terbaru Tante.”
“Waahhhhh . . . Kak Tia hebat!” Gaby mengacungkan kedua jempolnya. “Iya kan, Ma!”
“Kamu sangat hebat dengan latar belakang seperti itu, Tia.” Puji mama Gilang.
“Terimakasih, Tante. Itu semua berkat dukungan orang-orang terdekat Tia yang sangat berjasa.”
“Dan pastinya berkat kerja keras kamu, sayang.” Gilang menambahi pujian untuk calon istrinya.
“Jadi kita tentukan saja tanggal pernikahan kalian. Karena Tia sendirian di kota ini, maka semuanya bisa kamu serahkan kepada Tante untuk segala urusan.” Mama Gilang mendekat dan menggenggam kedua tangan Tia. “Mulai sekarang Tia bisa memanggil Tante dengan panggilan Mama, ya.”
“Terimakasih, Tante. Ahh . . . maksud saya, Mama.” Tia sangat terharu dengan kehangatan yang diberikan oleh keluarga Gilang.
“Sayang, aku mau kekamarku dulu, ya. Aku harus mengganti bajuku. Baju ini sangat panas.” Gilang berpamitan kepada Tia untuk pergi kekamarnya.
“Emm . . . Tia, Mama ingin mengatakan sesuatu mumpung Gilang tak ada. Mama punya satu syarat Tia.”
“Apa itu, Ma?” tanya Tia dengan rasa penuh penasaran.
“Kamu tahu jika Gilang bekerja diperusahaan yang sama dengan kamu dengan posisi dibawah kamu, Mama takut jika itu akan membuat Gilang minder dan malu karena istrinya mempunyai posisi yang lebih tinggi dari dirinya. Gilang itu anak laki-laki, Mama takut lama kelamaan akan merusak kepercayaan dirinya.” Mama Gilang menghentikan sejenak kalimatnya, “Bisakah Tia sebelum menikah, keluar dari perusahaan. Tia bisa dirumah menemani Mama dan juga menemani adikmu memasak.”
“Tapi, Ma, Tia mendapatkan posisi itu dengan penuh perjuangan. Haruskan Tia mundur, Ma?” wajah Tia dalam sekejap berubah menjadi sedih karena keinginan dari calon mertuanya.
“Tapi Kak Tia kan juga harus memikirkan perasaan Kak Gilang, Kak. Kasihan Kak Gilang kalau sampai ada yang mengatakan suatu kalimat yang merendahkannya.” Gaby ikut memperkuat pendapat dari mamanya.
“Biarkanlah Gilang bekerja dengan tenang, Mama yakin dia bisa menghidupimu dengan layak dan memberikan apa yang kamu inginkan selama menjadi istrinya. Mama tidak meminta jawaban dari Tia sekarang, tapi tolong dipikirkan, ya.”
“Baik, Ma.” Jawab Tia setelah terdiam sesaat.
“Sudah sore, Ma. Gilang mau mengantarkan Tia pulang dulu.” Ucap Gilang saat turun dari kamarnya.
“Baiklah, senang kamu bisa mampir kerumah ini. Mampirlah lagi kapan-kapan. Bagaimanapun ini juga sudah menjadi rumahmu.” Mama Gilang memeluk hangat calon menantunya saat Tia sudah berdiri dari duduknya.
“Tia pamit, Ma. Daa Gaby.” Tia mencium tangan mama Gilang dan melambaikan tanggannya ke Gaby.
Saat berjalan keluar, Tia terdiam. Pikirannya sudah melayang kemana-mana. Gilang harus memanggilnya beberapa kali untuk memintanya masuk kedalam mobil. Sampai akhirnya Gilang mengguncang tubuhnya untuk membuyarkan lamunannya.
“Ada apa? Kenapa setelah aku tinggal tadi kamu jadi murung?”
“Tidak ada apa-apa kok, Lang.” Tia masuk kedalam mobil dan mengencangkan sabuk pengaman. Diikuti dengan Gilang setelahnya.
“Ayolah, aku yakin ada sesuatu yang salah. Aku tidak akan menancap gasku jika kamu tidak mau mengatakan apa yang salah. Apakah Mama?”
Tia menggelengkan kepalanya perlahan, “Jalanlah dulu, aku akan menceritakannya nanti.”
“Oke. Bisakah kamu tersenyum untukku?” tanya Gilang. Tia menunjukkan senyum termanisnya untuk pria yang sangat dicintainya. Gilang mengecup kening Tia dengan lembut. Hal itu cukup membuat hati Tia berbunga-bunga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Hadhie Susilo
wah wah tercium bau kebusukan dari mamanya gilang
2021-06-12
3