Tak terasa dua minggu telah berlalu, Rani mulai kembali ke sekolah. Awalnya ia sangat canggung dan merasa malu tetapi Dewa mendampinginya. Janji Dewa mempertemukan Rani dengan Tomi ditepati.
Saat jam istirahat, Dewa,Tomi dan Rani bertemu di belakang sekolah.
"Tom, maafin gue ya sudah memfitnah lo"ucap Rani tertunduk
"Fitnah yang mana ya?" Tanya Tomi
"Hmmm..i..itu gosip lo gay! Maaf ya Tom🙏🙏🙏"mohon Rani
"Oh itu kerjaan lo? Gue kira si Silvy!"
"Yaa, dia juga, gue juga, Tom"
"Minta maaf sih gampang Ran, dampak gosip itu bikin nyokap gue shock berat. ,apalagi isue LGBT lagi berseliweran, jadi panik beliau"
"Aduuuhh maaafff banget Tomi, gue memang sengaja, gue harus bagaimana supaya lo bisa maafin gue?"
"Yaa, lo sebar lagi, bahwa gosip gue gay itu hoax!!!" Ucap Tomi dengan nada sedikit tinggi
"Bisa emang?" Tanya Rani
"Yaa dicoba dong Rani, kalau lo memang menyesal!" Ujar Dewa ikutan
"Kalau bisa,lo maafin gue?" Tanya Rani Lagi
"Let's see! Sejauh mana klarifikasi lo bisa memperbaiki citra gue!" Ucap Tomi kesal sambil meninggalkan Rani.
Rani mematung memandang punggung Tomi
"Sudah ya Ran, gue sudah tepati janji gue?" Ucap Dewa
"Iya Wa, makasih ya!, btw lo ada saran ga, tentang permintaan Tomi tadi?”
“Hmm..lo coba aja ngomong lagi sama si Silvy, siapa tahu dia ikutan meng-clearkan gosip Tomi.” Usul Dewa berjalan disamping Rani meninggalkan tempat itu.
Siang harinya sepulang sekolah, Rani menemui Silvy.
“Vy, gue mau ngomong sama lo sebentar!” katanya sambil menarik tangan Silvy.
Silvy menurut
“Ada apa Ran? Lo mau masuk geng kita lagi? Maaf deh sudah ketutup untuk member baru. Kita lagi sortir member yang berkualified!” ucap Silvy
“Iya gue ngerti, lo jadiin gengnya kayak MLM kan? Gue ga tertarik masuk gang lagi, gue mau minta tolong sama lo and gang.”
“Minta tolong apa dulu nih?”
“Sebarin bahwa Tomi itu bukan gay, dia laki-laki normal!”
“Idihhh..lo aje, kan ide awalnya dari elo, gue cuma ngikutin aj. Lagi pula dimana-mana orang lebih percaya berita yang pertama daripada berita klarifikasi”
“yahh..terus gimana dong?”
“Ya harus ditutupi dengan gosip lain yang sama hebohnya!”
“Misalnya apa?”
“Misalnya nih, kan kemarin gosipnya si Tomi pacaran sama Dewa, nah kalau ketahuan ternyata Dewa sudah punya cewek ,pasti orang mikirnya oh selama ini Tomi cuma teman.”
“itu bukannya malah mengangkat isue tentang Dewa? Kan targetnya Tomi!”
“Aduh lo ribet banget sih, terserah elo deh, pokoknya gosipnya harus melibatkan cewek!, Tomi sih sok jual mahal, coba sama gue, ga bakal rame kayak gini!” ucap Silvy kesal.
“eh Vy, gue mau cerita RAHASIA!”
“Rahasia apaan lo jangan boong !”
“yang menyelamatkan gue waktu mau jatuh dari gedung kan Tomi, dia narik rok gue.”
“Terus??”
“Iya, artinya dia perhatian sama gue. Ga mau gue mati, iya kan?”
“HEH!! Lo jangan banyak boong deh, dikira orang ga tau kali beberapa kali Dewa yang jenguk lo di RS. Gue punya banyak SPY, jadi lo ga bakal bisa boong sama gue!”
“Ih, beneran Vy, jadi selama ini Tomi itu nolak gue karena Dewa ngejar-ngejar gue, jadi dia sengaja dekatin Dewa supaya mau lepasin gue!” ucap Rani mengarang bebas
“Sebegitunya ya elo mengorbankan diri untuk membersihkan nama Tomi?, gue kasih tahu saja lo ini seperti melempar bola api, lo tahu kan fans Dewa lebih banyak dari Tomi, gue ga jamin lo bakal tenang di sekolah ini.”
Rani baru tersadar, apa yang sudah diucapkan tidak bisa ditarik lagi.
“Iya Vy, gue bingung nih, mendua Tomi apa Dewa,..dua-duanya keren dan baik, sakit lagi deh gue!” ucap Rani beracting.
“Gue kesel lho, lo keluar dari geng, tapi sekarang gue bersyukur lo ga ada di geng kita lagi, setidaknya, nama geng kita ga tercoreng karena perbuatan lo!” ucap Silvy marah sambil meninggalkan Rani.
“Mulai sekarang, gue harus hati-hati nih, gengnya Endah walau adik kelas tapi lumayan berpengaruh. Gengnya Rosa penggemar Dewa tingkat akut juga bakal ngincer gue..aduuuhhh kenapa jadi ribet gini sih..ngapain juga gue minta maaf sama Tomi toh sebentar lagi gue pindah.” Katanya membatin, kepalanya pusing Ia pun pulang dengan langkah gontai.
Esok harinya, gosip Tomi dan Dewa berebut Rani menyebar dengan cepat. Akhirnya gosip Tomi bisa dilupakan, hanya saja Rani sejak pagi, sudah menghindar dari kejaran geng-geng fans Tomi dan Dewa.
Siang itu sepulang sekolah, Rani kembali menghindar dari geng Rosa.
“Ini bener-bener deh..begini rasanya dibully..ah sudah capek lari, gue hadapi saja” katanya dalam hati.
Ia pun mulai berjalan santai. Tiba-tiba ada seorang anak perempuan berteriak,
“Woy!! Itu Rani!!” teriaknya
“Waduh..gengnya Rosa, gawat nih...kabur ah!”
Tapi ia terlambat, terlanjur dihadang oleh Rosa dan teman-temannya.
“Heh! P***k, mau kemana lo!” tanya Rosa sambil mendorong Rani
“ga, kemana-mana disini saja, hehehe” ucapnya sambil menenangkan diri.
“Apa betul gosip lo-Tomi dan Dewa?” tanya Rosa lagi sambil mendekat ke Rani
“Kalau bener lo mau apa?!” ucap Rani menantang
“Eh, sok kecakepan lo ye, nih terima! “
“Plak!!!” Rani ditampar Rosa
“Plak!!” Rani membalas tamparannya
Rosa memegang pipinya, lalu mulai menjambak rambut Rani, Rani membalasnya. Teman-teman gengnya Rosa berkerumun memberi semangat kepada ketuanya
“ Ayo Rosa,..jambak!!! pukul!! Tendang!!” teriak mereka
Rani yang terbiasa membully orang, tentunya tahu cara membela diri. Rosa mulai kewalahan. Ia terjatuh duduk.
“Teman-teman hajar dia!!!” perintahnya
Teman-temannya Rosa mulai mengeroyok Rani. Ada yang menjambak, memegang kedua tangannya supaya ia sulit bergerak. Rosa yang kesal karena bibirnya dibuat berdarah oleh Rani, mengambil balok untuk memukul. Ketika ia mengayunkan balok kayu ke arah Rani, tiba-tiba ada yang menahannya. Rosa kaget, ketika ia menoleh, ternyata Rita yang menahan balok kayu tersebut.
“Eh, Elo anak kelas 2 berani-beraninya ngelawan kakak kelas!” teriak Rosa
Rita diam saja, perlahan ia menarik balok tersebut dan membantu Rani berdiri.
“Kak Rani ga apa-apa?” tanya Rita
“Ga apa-apa Rit, terimakasih!” ucap Rani
“Kak Rosa, Kak Rani baru sembuh dari operasi, apa kakak ga takut, kalau memukulnya bisa membuat jahitan operasinya terbuka, bisa fatal akibatnya!”
“ Ah, elo jangan banyak cingcong deh, jangan ikut campur!” ucap Rosa marah
“Ros, dia ini yang dekat sama Dewa dan Tomi, bukan Rani” ucap temannya Rosa
“Lo tahu dari mana? Kenapa baru bilang sekarang? Tanya Rosa kesal
“Gue lihat langsung, mereka bertiga naik mobil. Tertawa-tawa.!” Adunya lagi
“Kalau gitu lo harus diberi pelajaran karena menduakan Dewa !” ujar Rosa mengangkat tangannya akan memukul Rita
Rita yang sudah terlatih dengan mudahnya menangkis, dan memelintir tangan Rosa.
Teman-temannya mulai mengeroyok Rita. Satu-persatu pengeroyok ditendang Rita, mereka mengerang kesakitan, sambil saling berpegangan meninggalkan Rita dan Rani.
Rani menatap kepergian mereka dengan muka mengejek.
“Rit, terimakasih ya, kalau kamu terlambat datang, pasti kakak sudah pingsan dipukul.”
“Mereka garang-garang sekali ya Kak, apa kak Dewa tahu fansnya kayak begitu?”
“Kayaknya Dewa dan Tomi ga tahu mereka punya fans”
Rita membantu Rani berjalan.
“Kak, Rita bantu panggil grab ya, supaya kakak bisa pulang ke rumah” ucap Rita menawarkan diri
“Kakak, mau ke suatu tempat dulu Rit, terimakasih, kaki saya sudah gak apa-apa.”
Rita memberikan tas Rani yang beranjak pergi meninggalkannya.
Rita kembali ke sekolah untuk berganti pakaian, sebelumnya ia masih memakai pakaian karatenya.
Rani berjalan pelan menuju rumahnya, pukulan salah satu temannya Rosa mengenai perutnya, ia mengerang kesakitan. Rani tidak melihat, seseorang memperhatikannya.
‘Woy, Rani! Sombong banget Lo!”panggilnya
Rani menoleh, ternyata yang memanggilnya Diki. Bekas pacar Rani dari SMP hingga SMA kelas 1. Usia Diki 5 tahun lebih tua dari Rani. Ia tertangkap karena menjadi mucikari dan memperalat anak dibawah umur untuk prostitusi. Diki dipenjara selama 3 tahun, selama itu ia menyimpan dendam kepada Rani.
Rani ketakutan, ia mempercepat langkahnya untuk menuju rumahnya. Karena kakinya sakit, langkahnya terseok-seok. Diki berlari mendekati Rani dan menarik lengannya.
“Sombong amat anak Cantik! Ucapnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Rani. Rani memalingkan wajahnya.
“Cewek murahan kayak lo, jangan sok jual mahal sama gue! Katanya, sambil mendorong Rani hingga terjatuh.
“Aduh!!!” erang Rani kesakitan
“gara-gara elo, gue dipenjara! Dilecehin gue disana!” katanya dendam
“Enak aje lo nyalahin gue, salah lo sendiri, ngejual pacar lo ke teman-teman!” balas Rani
“Lo bukan pacar gue Rani, lo Cuma anak kecil yang gelisah yang gampang gue peralat!. Abis gue tidurin, bisa ngasih banyak duit buat gue!” katanya sambil mengelus tangan Rani.
Rani melepaskan pegangan tangan Diki, dan meludahinya
“Sana lo! berani kesini lagi, gue laporin polisi! Ancam Rani
Di saat itu, pintu pagar rumah terbuka, mami Rani dan papa tirinya berada dalam mobil, mereka mengenali Diki. Om Bagyo papa sambung Rani keluar dari mobil.
“Rani, masuk ke mobil!, kamu jangan sendirian di rumah, terutama ada orang brengsek ini! “ perintah Om Bagyo.
Rani menurut, ia masuk ke mobil, tangan dan kakinya sakit hari ini betul-betul hari yang panjang baginya.
“Dan Kamu!, Saya akan menyerahkan rekaman CCTV ini ke polisi, apa yang sudah kamu lakukan ke Rani, akan saya laporkan ke polisi! “ ucap om Bagyo tegas
Diki melihat kamera CCTV , lalu ia berbalik dan pergi meninggalkan Om Bagyo. Om Bagyo kembali ke dalam mobil dan kembali memarkirnya mundur, kembali ke garasi.
“Kamu ga apa-apa Rani? Tanya maminya cemas
“Rani Ga pa-pa kog mi, Lho mami dan Om ga jadi pergi?”
“Lebih baik kita batal pergi hari ini, bisa saja Diki kembali kemari!” ucap Om Bagyo
“Iya Pi, mami rasa juga begitu” Mami merangkul Rani untuk masuk ke dalam rumah.
Malam harinya, pada saat makan malam, Om Bagyo mengatakan sesuatu
“Mulai besok, Om dan mami kamu akan mengantar kamu ke sekolah, pulangnya juga akan kami jemput. Ini untuk sementara saja, sampai keadaan aman”
“Baiklah Om, terimakasih” ucap Rani tersenyum, baru kali ini ia merasa bahwa om Bagyo tidak seburuk pikirannya.
Di rumah, Rita masih memikirkan tentang Rani yang dikeroyok oleh geng Rosa. Lalu ia membuka HP dan mulai mengetik pesan untuk Dewa.
“Kak!”
“ya Rita?”
“Tadi Kak Rani dikeroyok oleh Geng kak Rosa”
“Hah, terus Gimana sekarang?”
“Seharusnya kak Rani sudah di rumah sekarang, Cuma saya khawatir”
“Khawatir kenapa?”
“Tadi salah satu temannya Rosa memukul perut Rani, saya takut bekas operasinya..”
“hmm...kakak akan nelpon Rani untuk memastikan, terimakasih Rita sudah menjaga Rani.”
“Sama-sama kak!”
Rani merasa kesakitan, perutnya yang terpukul mulai terasa, keringat dingin menetes deras dari jidatnya. Ia berusaha berjalan keluar kamar menuju kamar maminya.
Tok..tok...ia mengetok pintu kamar.
“Mi..mi..perut Rani sakit!” keluhnya, lalu ia jatuh tak sadarkan diri
Ketika terbangun ia sudah berada di rumah sakit, maminya duduk disampingnya menatap dengan cemas.
“Rani, kamu sakit ya? kenapa perut kamu?”
“Ga sengaja terpentok mi, karena Rani meleng” ucapnya berbohong
“masa terpentok, ga mungkin ah, kamu berantem ya? mami lihat, tangan, badan kamu pada memar-memar!”
“Rani ga bohong kog mi”
“ya sudah kalau kamu ga mau ngaku, kamu harus jaga diri, tubuhmu masih dalam proses penyembuhan”
“iya mi, Rani memang salah!”
Dokter memberikan obat pereda sakit, lalu Rani diperbolehkan pulang. Esok harinya ia tidak masuk sekolah.
Hari itu ada kehebohan di sekolah, Rani yang dipukuli terekam CCTV sekolah. Rosa dan gengnya dipanggil ke kantor kepsek. Di kantor kepsek mereka mengakui perbuatannya dan diskors selama seminggu. Kepsek juga mengumumkan melalui pengeras suara bahwa apabila terjadi pembullyan oleh geng atau seseorang, akan diserahkan kepada polisi untuk diproses secara hukum. Anak-anak yang sering menjadi korban geng anarkis akhirnya dapat bernafas lega.
Rita dan teman-temannya turut merasa lega, sebenarnya terungkapnya Rani yang dibully karena campur tangan Lisa, yang melaporkan tentang geng meresahkan disekolahnya kepada ayahnya. Papa Lisa yang merupakan pengawas sekolah, langsung menelepon kepsek untuk menindak geng-geng tersebut, dan membuka rekaman CCTV sebagai bukti, apabila wali murid keberatan dengan tindakan sekolah yang memberikan hukuman kepada para siswa pembully.
Dewa yang merasa khawatir dengan keadan Rani, pagi itu datang ke rumah Rani untuk bersama-sama ke sekolah. Ia membawa motor CBR 150 dan 2 helm. Rani dengan senang hati lebih memilih pergi bersama Dewa dibandingkan diantar oleh orang tuanya.
Di tengah perjalanan, Dewa dan Rani dihadang oleh sekumpulan preman yang dibayar oleh Diki.
“Rani..Rani..lo memang cantik,..sampai-sampai lo cepat dapat pacar” ucap Diki
“Dia siapa Ran?” tanya Dewa masih di atas motor
“Diki, itu yang pernah dipenjara” jawab Rani ketakutan
“Gue mantannya Rani, dulu dia bucin banget sama gue, sampai-sampai nurut mau gue suruh macam-macam. Lo siapa?”
“Gue pacarnya yang sekarang!” ucap Dewa ngasal
Rani kaget, lalu menatap Dewa dengan mesra. Dewa membalas tatapannya dengan mata mengisyaratkan “Cuma pura-pura”. Diki yang mendengar pengakuan Dewa, marah dan mulai menyerangnya. Ia menendang motor Dewa hingga Dewa dan Rani terjatuh. Karena kaki Dewa dan Rani terjepit motor, mereka sulit untuk bangkit. Hal tersebut digunakan Diki untuk memukul dan menendang Dewa. Dewa melindungi bagian perut dan kepalanya. Lalu Diki menjambak rambut Rani dan berusaha mencium bibirnya. Rani marah ia menggigit bibir Diki hingga berdarah. Diki mendapati luka dibibirnya menarik Rani dari motor dan menamparnya berkali-kali. Dewa dikeroyok oleh tiga orang preman. Melihat Rani yang menderita disiksa oleh Diki, Dewa berhasil menghalau pukulan preman tersebut, dan berhasil melepaskan diri dari motornya. Para preman tersebut dihajarnya hingga babak belur. Lalu ia menghampiri Diki yang menjadikan Rani sebagai sandera.
“HEH!!, jangan maju lagi lo, berani maju gue patahin nih leher Rani!”
Dewa menjauhi Diki, ia mencari akal supaya Diki melepaskan Rani.
“HEH, lo pada bangun cepetan, pukul tu orang, lo kan pada gue bayar!” perintah Diki kepada para preman. Para preman mengambil kayu untuk memukul Dewa.
“Kalau lo berani melawan,gue sobek muka Rani!” ancam Diki
Disaat bersamaan, Rita yang saat itu dibonceng Indra melewati jalan tersebut. Mereka melihat Dewa akan dipukul, lalu Indra menabrakan motornya ke arah para preman hingga mereka terpental. Rita dengan cepat menghampiri Diki dan memukul hidungnya hingga berdarah. Diki kaget dengan serangan tiba-tiba Indra dan Rita hingga tidak sempat bereaksi untuk melukai Rani. Diki kesakitan karena pukulan Rita , ia melepaskan cengkramannya pada Rani dan berusaha melarikan diri. Rita tidak membiarkannya. Ia memberi tendangan ke punggung Diki hingga ia jatuh tersungkur mencium aspal, lalu pingsan.
Rita menghampiri Rani, dan membantunya bangun.
“Kak Rani sudah tidak apa-apakan?”
“Iya, dua kali kamu menyelamatkan kakak ya Rita”
Rani melihat Dewa dan Indra mengikat tangan dan Kaki Diki yang masih pingsan. Ia menangis kencang dipelukan Rita, ia merasa lega.
Dewa dan Indra melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Rita dan Rani menunggu Diki yang masih pingsan di tempat kejadian. Tak berapa lama mobil patroli polisi datang menjemput Diki. Dewa, Rani,Rita dan Indra memberikan keterangan di kantor polisi sebagai saksi, setelah laporan lengkap mereka diperbolehkan pulang. Rani yang terluka, akhirnya diantar pulang oleh Dewa, sedangkan Indra dan Rita melanjutkan perjalanannya ke sekolah.
Hari-hari terakhir Rani di sekolah dihabiskannya bersama Rita CS , Dewa dan Tomi. Ia merasa lega Tomi telah memaafkannya.
“Besok, kak Rani pindah ke Surabaya, apa ga tanggung kak, semester depan kakak sudah UN? “ tanya Kiki
“Tanggung sih, tapi orang tua kakak sudah menjual rumah di sini, jadi kami harus sesegera mungkin pindah. Barang-barang sudah dipindahkan dari dua minggu yang lalu. Mereka sudah memberikan kesempatan pada kakak untuk menyelesaikan pelajaran semester ini, setelah PAS, kakak harus segera menyusul mereka”
“Sepi ga ada kamu Ran!” ucap Dewa
“Iya , ga ada lagi tukang gosip!” sambung Tomi bercanda
“Tukang gosip mah banyak Tom, elo aja yang berlagak budeg, dan itu bagus!”
“Kak Rani, kalau libur main—main ya kesini” ucap Lisa
“hehehe..ga janji ya, mungkin kakak akan banyak kesibukan, tapi kalian akan selalu kakak ingat, sebagai adik kelas yang baik hati.” Ucap Rani terharu
“Kak Rani harus jaga kesehatan, ayah saya berpesan supaya Kak Rani jangan mengangkat yang berat-berat, atau jangan sampai perut kakak terpukul” pesan Rita
“Iya Neng Ritaa..terimakasih banyak!”
“Besok berangkat jam berapa?” tanya Tomi
“Pesawat gue jam 10 pagi, tapi gue harus sudah ada di bandara jam 8”
“Kita anter yuk!” ajak Dewa
“Ayo!!!” jawab teman-temannya kompak.
Hari Minggu pagi...
Rani telah bersiap menunggu di teras, beberapa menit kemudian Dewa dan Rita tiba di tempat.
“Lho, Tomi dan yang lainnya mana?” tanya Rani
“Mereka ada acara keluarga, jadi tidak bisa ikut mengantar” jawab Rita
“Tomi, harus menjaga restoran, mamanya sedang tidak sehat, salam saja untuk Rani, katanya” ucap Dewa sambil menaikkan koper Rani ke bagasi mobilnya.
“Yahhh...”Rani kecewa
“Masih ada rasa?” tanya Dewa
“Engga siy, Cuma pengen saja saat terakhir bisa lihat mukanya”
Tanpa setahu Rani, Rita melakukan Vcall ke Tomi
“Kak Rani, kak Tomi mau ketemu” Rita memberikan iphonenya
“Halo Ran!” sapa Tomi
“Kog ga ikut nganter gue?” tanya Rani
“Maaf nyokap gue sakit, gue harus jaga beliau!”
“ooh, ya sudah, semoga mama lekas sehat ya, Tom”
“Iya, Lo baik-baik ya di sana! Jangan ngegosipin orang lagi!”
“Hahaha, iya Tom, kapok gue!”
Mereka saling berpamitan. Rani tersenyum, airmata keluar dari sudut matanya.
Rita dan Dewa mengantar Rani hingga pesawatnya tiba. Ia berpamitan dengan Dewa dengan memeluknya. Dewa kaget dan berusaha melepaskan diri. Rani makin kuat memeluknya.
“Sebentar saja!” ucapnya sambil menahan tangis
“Terimakasih ya, sudah menjaga gue, lo sangat baik, semoga lo mendapatkan cewek yang baik juga kayak elo, jangan lupain gue ya Wa” Rani melepaskan pelukannya
“Aaamiin” jawab Dewa tersenyum
Rani juga memeluk Rita
“Sayang ya, pertemanan kita Cuma sebentar, kalau dari dulu kakak kenal kamu, mungkin hidup kakak akan lebih baik, terimakasih ya Rita” ucapnya sambil memeluk Rita
“Sama-sama Kak, sehat-sehat selalu ya Kak!” ucap Rita
Rani pun pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.
Rita dan Dewa melambaikan tangannya. Setelah Rani sudah tidak terlihat, merekapun pulang.
\=\=\=Demikian akhir cerita Rani, cerita tentang Rita masih panjaanggg...simak terus
yaaa!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments