Rita(Petualangan Cucu Konglomerat)
“Rita..Rita Soegiarto”..Rita memperkenalkan dirinya di depan klub PMR SMA nya. Hari ini hari pertama Rita bergabung di acara Klub PMR SMA nya. Rita gadis 16 tahun siswi pindahan dari SMU Negeri di Jakarta. Rita duduk di kelas 2 SMU. Sebenarnya ayahnya tidak mau Rita mengikutinya bertugas, karena tugas kali ini cukup lama, 5 tahun, karena tidak punya kerabat dekat di Jakarta dan beliau sangat mengkhawatirkan anak semata wayangnya, terpaksa beliau memindahkan Rita ke sekolah di daerah tempat ia bertugas.
“jiaahh...namanya mirip penyanyi dangdut!” ledek salah seorang seniornya
“Betul,Kak, Ayah saya penggemar Rita Soegiarto jadi nama saya diambil dari namanya...” ucap Rita lantang..
“Kalau begitu kamu bisa nyanyi dong??? ayo nyanyi!” suruh Dendi seniornya
“Lagunya apa ya kak?” tanya Rita
“Ya lagunya Rita soegiarto lah...masa kamu ga tahu???”tanya Dendi heran
“Yang ngefans kan ayah saya Kak, saya engga!, lagunya terserah saya ya?” jawab Rita
“Ya udah nyanyi deh!” ujar para senior
“ Tuduhlah Akuuuu..sepuas hatimuuuu..apabila kau perluuu bunuhlah akuuuu....Jangan pula kau katakan diri ini taak berimmaaannn...sampai maatii akuuu tak menerimaaa..tak menerimaaa” Rita bernyanyi dengan nada sumbang dan keras..
Teman-teman dan seniornya tidak kuat menahan tawanya...
“Hahaha..Rita,...Kamu bisa membunuh kita-kita dengan suaramu!”, teriak Dendi sambil menutup kupingnya
“Sudah-sudah Ritaaa...gue ga bisa nerima suara loo” teriak para senior..
“Bunuh gue aje deh Rit, “..canda ucap teman-temannya tertawa keras sambil guling-gulingan.
“Ha..ha..ha... sudah Rita jangan nyanyi lagi,...kami Kapok!!!” ujar Dewa ketua klub PMR, sambil tertawa . Lucu juga ni anak ga ada urat malunya, pikir Dewa
“Sudah Kak? Saya boleh duduk?” tanya Rita
“Belum,..Kenapa kamu mau bergabung dengan klub PMR? Kenapa ga klub lain?, tanya Arya seniornya yang lain.
“Saya mendaftar 2 klub Kak, 1 klub Karate 1 PMR, tapi yang lolos PMR, yang karate sudah penuh katanya”
“oo, jadi klub kami cuma alternatif saja ya?, tanya Dendi merasa diremehkan
“Tidak Kak, saya tertarik dengan pengobatan, ayah saya dokter bertugas di RSUD, jadi siapa tahu saya bisa mengikuti jejaknya!”, jelas Rita
“oohh..begitu,..baiklah Kamu boleh kembali ke tempatmu!” ujar Dewa
“Terimakasih Kak!” jawab Rita lantang.
Dia mengambil duduk diantara cewek-cewek.
“Kamu boleh juga Rit, kenalkan gue Endah, duduk 2 bangku dibelakang lo!” ujar Endah memperkenalkan diri.
“Oya?” ujar Rita sambil tersenyum,...asyikkk..punya teman baru pikirnya.
Sebagai anak baru Rita cukup populer, sifatnya yang humoris, cuek dan agak tomboy membuatnya cukup cepat dapat teman.
“Eh Rit, lo merhatiin ga? Dari tadi Kak Dewa ngeliatin lo melulu, jangan-jangan naksir lo!”
“Masa sih?, coba gw perhatiin”, Rita berpura-pura menangkat kedua tangannya sambil pura-pura melihat ke arah senior
“Engga ah En, justru dia ngeliatin lo! Tuuu.., sampe dikerubungi lalat”
“Hehehe..ternyata bener dugaan gw,” ucap Endah
“Lah, kenapa tadi lo bilang dia ngeliatin gue?” tanya Rita bingung
“Gue mau nguji doang, bener ga dia merhatiin gue...hehehe” tawa Endah
“Semprul!!!”, bikin geer saja ucap Rita dalam hati.
“Huh, sok cantik!” ucap Kowi ngedumel..Rita baru menyadari cewek yang ada di samping kanannya
“Eh?” sambil menoleh
“Dia sok cantik, sebel gue, caper gitu,...kenalin, gue Kowi duduk di kursi depan lo! Ucap Kowi memperkenalkan diri.
“Ini Ida, Lisa, Diana dan Kiki!” sambung kowi memperkenalkan anggota klub yang lain
“Eh..gue Rita, maaf yee gue gak ngeh kalian duduk dekat gue!” ujar Rita
“Kita sekelas lho Rit, gue duduk di depan dekat pintu, Ida di samping gue, Diana dan Kiki duduk di belakang gue,” Jelas Ida
“wah..Kita sekelas semuanya ya..enak dong!,” ucap Rita senang
“Hahaha..Kelas 11 tahun ini cuma ada 1, kelas 10 ada 2 yang banyak kelas 12, ada 4. Karena rombongan sekolah kita termasuk kecil. Kata papaku, kemungkinan tahun depan sekolah kita akan di merger sama SMU sebelah,” Jelas Lisa, ayahnya penilik pendidikan, sehingga mengetahui cukup banyak tentang berita-berita sekolah.
“Oo begitu” ucap Rita sambil memperbaiki tali sepatunya.
“Rit, bokap lo dokter RSUD ?” tanya Kiki
“Iya, beliau dokter umum di RSUD kecamatan ini, “ jelas Rita
Senior Arya menghampiri para peserta yang sedang beristirahat setelah acara perkenalan tadi.
“Nah, teman-teman, kalian boleh istirahat di tenda masing-masing, nanti sekitar jam 1 malam akan ada jurit malam, kalian siap-siap ya keliling hutan ini.” perintah senior Arya.
Ada 2 tenda besar yang didirikan di tengah hutan di bawah kaki gunung, 1 tenda untuk laki-laki, dan yang 1 lagi untuk perempuan.
Rita dan teman-teman memasuki tenda dan mengambil posisi masing-masing untuk tidur, 1 tenda bisa memuat 25 orang, jumlah perempuan yang ikut pada acara tersebut 20 orang, 5 diantaranya kakak senior kelas 3.
“Nah teman-teman silakan istirahat dulu, nanti jam 12 akan kami bangunkan untuk memulai acara jurit malam, jangan lupa bawa senter” ucap Ade kakak senior perempuan di dalam tenda
“Teman-teman senior kelas 3 ayo kita biarkan adik-adik kita beristirahat, kita keluar untuk mempersiapkan acara” tambahnya. Para senior pun keluar dan merencanakan acara untuk jurit malam.
Waktu menunjukkan pukul 00.00, seluruh peserta berkumpul didepan tenda, dan dikelompokan setiap kelompok terdiri dari 5 orang , 3 perempuan dan 2 laki-laki. Rita sekelompok dengan Kiki, Lisa, Erik dan Danu. Setiap kelompok ditugaskan untuk mengumpulkan bendera yang diletakan di tempat-tempat tertentu. Kelompok yang berhasil mengumpulkan bendera lebih dulu akan mendapatkan sarapan pagi yang enak, sedangkan kelompok yang datang belakangan hanya akan sarapan mie rebus. Erik dipilih sebagai ketua kelompoknya Rita. Ia berjalan didepan, didampingi Danu yang memegang peta lokasi tiap-tiap bendera berada.
Dengan kepemimpinan Erik dan petunjuk jalan dari Danu, kelompok mereka memimpin dalam pengumpulan bendera hingga sampai pada bendera terakhir yang diletakkan di sebuah rumah tua.
Rumah tua tersebut terdiri dari 1 lantai, cat dindingnya sudah banyak yang terkelupas, pintu masuk dan jendela terbuat dari kayu yang pinggirnya sudah lapuk. Di halaman depan banyak rumput yang tumbuh tinggi. Rumahnya cukup besar, terdapat 3 kamar dan 1 kamar mandi, semua ruangan gelap, tidak ada satupun cahaya lampu, sepertinya rumah tersebut telah lama ditinggalkan penghuninya. Konon kabarnya penghuni terakhir rumah tersebut seorang perempuan paruh baya, yang meninggal karena sakit tetapi karena tinggal sendirian, meninggalnya perempuan tersebut tidak diketahui, jenazahnya ditemukan 4 hari kemudian oleh penjual sayur langganannya.
Rita dan teman-teman memasuki rumah tua itu. Kiki, Lisa merapatkan tubuhnya di dekat Rita. Mereka berjalan berhimpitan, walaupun masing-masing memegang senter.
“Kita berpencar, aku dan Danu mencari di sini, kalian bertiga masuk ke ruangan lain!” perintah Erik.
“Takut ah ketua, kalian kan laki-laki , kami yang mencari di sini, kalian di ruangan dalam,” ucap Kiki.
“Gue kan ketua, lo pada harus nurut apa kata gue!” sanggah Erik
“Sst..ga usah ribut, kita bareng-bareng saja nyarinya, kalau ada yang ga beres kita keroyok bareng-bareng,” usul Rita
Mereka menyetujui usul Rita, lalu berjalan bersama menuju ruangan lebih dalam di rumah itu.
Rita,Kiki dan Lisa berjalan sambil berpegangan tangan, Erik dan Danu berjalan berdekatan. Mereka mengarahkan senter ke segala penjuru untuk mencari bendera yang dimaksud.
Tibatida terdengar suara dari ruangan samping,
Krek..krek..kresek...kresek..cit.cit...cit.
“Tikusssss!!! “ teriak Kiki yang merasa anak-anak tikus tadi melewati kakinya.
“ Lo jangan ngagetin gitu deh gue kaget tahu!” hardik Lisa
“Gue jijik banget sama tikus lis” ucap Kiki membela diri
“ssstttt....jangan ribut” hardik Danu
Mereka kembali berjalan memasuki ruangan selanjutnya. Erik mengarahkan senternya ke sebuah ruangan. Ruangan tersebut sangat berantakan, terdapat dipan yang sudah rusak, dan lemari kayu rapuh. Danu mengibaskan kain yang menutupi lemari kayu tua, bau debu beterbangan membuat mereka terbatuk-batuk.
“uhuk..uhuk..uhuk..”
Mereka menutupi hidungnya, lalu terdengar suara batuk yang terdengar agak berat
“Uhukkk...uhukk..uhuk..”
Mereka saling bertatapan dan mengarahkan senter ke wajah masing-masing, tidak ada yang batuk diantara mereka berlima, tiba-tiba kain putih beterbangan ke arah mereka, terdengar suara..
“hi..hi...hi...hi...”
Semua orang ketakutan, lalu berlari keluar kamar tersebut menuju pintu keluar. Kiki berlari lebih dulu, disusul Erik, lalu Danu dan Lisa, Rita yang tertinggal di belakang.
Mereka berlari menjauhi rumah tersebut, tiba—tiba Lisa menghentikan langkahnya,
“Eh,..Rita..Rita ketinggalan di dalam”, ucapnya kepada Erik dan Danu yang lari lebih dulu.
“Sorry..sorry..kita kaget,jadi refleks kabur,” ucap Erik dengan suara bergetar dia menghentikan langkahnya dan menghampiri Lisa. Danu melakukan hal yang sama.
“Siapa yang tertinggal?”tanya Danu dengan suara masih bergetar.
“Rita..Rita masih di dalam, tadi dia kepleset, “ucap Lisa sambil menangis
“Tenanglah Lisa, Rita tidak akan apa-apa,ini Cuma ulah senior” hibur Kiki berjalan menghampiri Lisa
“Aduuhh..gimana nihh??,gue takut banget”ucap Lisa
“Lo Kira kita engga? Sama tau!!” ucap Danu
“Terus gimana nih? Kasihan Rita” ucap Kiki
“Ayo kita balik lagi aja bareng-bareng, kalau ada yang aneh-aneh kita timpuk pakai ini” ajak Erik sambil membungkuk mengambil batu kecil yang diinjaknya.
Mereka membungkuk untuk mengumpulkan krikil, lalu kembali menuju rumah tua tersebut.
Suasana sepi membuat suara jangkrik jelas terdengar
“Krik..krik..krik..”
Di depan rumah tersebut, tidak ada satupun dari mereka yang berani masuk, akhirnya mereka berteriak-teriak memanggil Rita.
“Rita!!!...Rita!!!..Rita..!!! teriak mereka.
Tiba-tiba muncul seseorang muncul dari rumah tersebut ditengah malam yang hanya diterangi cahaya senter.
“Siapa itu? Tanya Erik sambil mengarahkan senter ke arah sumber bunyi.
Rita muncul membawa bendera, sambil mengusap-usap lututnya, matanya sembab seperti habis menangis. Ia berjalan menghampiri teman-temannya.
“hiks..hiks..lo pada jahat, gue ditinggalin sendirian..huhuhu...” tangisnya
“ Maaf ya Rita, Kita refleks kabur, “ sesal Erik menepuk-nepuk pundak Lisa.
“Tapi kog kamu bisa dapat benderanya? tanya Danu
“gue juga ga tahu, gue sempet jatuh tadi, trus ga inget apa-apa, begitu bangun kakak-kakak yang pakai kain putih sudah pada tidur, gue langsung ambil benderanya dan kabur.” Jelas Rita
Mereka semua berpandangan dan merasa lega.
“Alhamdulillah sudah terkumpul semua bendera, yok kita kembali ke kemah!” ajak Erik.
Pagi itu hanya kelompok Rita yang dijamu dengan sarapan kumplit, nasi uduk dengan lauk tempe, telor dan daging ayam, karena berhasil mengumpulkan bendera dengan cepat. Sedangkan kelompok lain serta para senior hanya mendapatkan sarapan mie rebus.
Di tempat lain, senior Arya dan Dendi duduk sambil mengusap kepalanya yang benjol tanpa ingat apapun. Mereka tersadar di perkemahan senior, setelah dipindahkan oleh para peserta laki-laki dari rumah tua tersebut.
Kehebohan di perkemahan PMR pada saat jurit malam dan cerita dari rumah tua menjadi pengalaman menegangkan bagi beberapa peserta dan senior.
Mereka berkumpul mengelilingi api unggun, para yunior mengucapkan terimakasih kepada senior atas bimbingan dan pelatihannya.
Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore, acara perkemahan ditutup. Para peserta menaiki truk tentara yang besar untuk kembali ke sekolah, satu jam kemudian rombongan PMR sampai kembali di sekolah, seluruh peserta dan senior kembali ke rumah masing-masing.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 400 Episodes
Comments
Rita Mahyuni
saya juga rita namanya....sepertinya ibu saya juga penggemar rita sugiarto🤣🤣
2022-12-28
0
Nartye Sikki Siradjang
jgn² ulah si rita yg buat kpala seniornya bnjol...
2022-08-29
1
Rita Rita
kok sama thor nama ku Rita juga karena mama ku penggemar Rita sugiarto jaman dulu....😅😅
2022-04-24
1