Swooosh...!
anak panah melesat dengan cepat. Sebuah pohon lalu tertusuk anak panah yang meleset itu. Burung-burung yang sedang bertengger segera terbang ketakutan. Pembidiknya lalu sedikit menggertakkan giginya.
“Pfft, kau payah juga ya...." Chronoa tersenyum tipis tanpa memperlihatkan gigi seperti biasanya. Dyze meliriknya lalu tersenyum.
"Yah, setidaknya aku bukan anak nakal yang terkena hukuman di hutan," gumam Dyze seraya memainkan busur Layond. Gadis itu terdiam kesal. Dyze yang melihat reaksi Chronoa melebarkan senyumnya.
"Hoy kalian, jangan pergi terlalu jauh! Para dire wolf bisa menerkam kalian kapan saja." Layond berteriak dari jarak yang cukup jauh dengan mereka berdua.
“Yaa...,” jawab Chronoa tanpa sedikit keseriusan. Ia melihat ke sekelilingnya dan tersenyum tipis sedikit licik. Tampaknya ia mendapat ide nakal.
Swoosh!
Gadis itu berlari kearah lain dan semakin menjauhi Layond.
“H-hey tunggu!” Dyze hendak menghentikannya namun terlambat, dia sudah pergi meninggalkannya.
“Tch, bocah merepotkan,”
Dyze bergumam pelan dan segera berlari menyusul nya.
Sementara itu, di sisi Chronoa..
Fufufu Pak Tua itu pasti tidak akan menyadari hal ini. Lihat saja, aku akan menemukan rusa buruanku sendiri!
Begitulah pikirnya, namun apa yang ia dapatkan bukanlah rusa yang ia inginkan melainkan suara rintihan yang terdengar dari suatu tempat.
“Sakit ... sakit sekali ... siapa saja ... tolong selamatkan aku...,”
Dapat diketahui dari pemilik suara itu seperti sekarat karena suara nya yang pelan, lemas, dan terbata-bata.
Chronoa perlahan menghampiri sumber suara sambil bersembunyi di semak berry yang berada di dekat nya.
Saat di semak itu, dia seperti menyenggol sesuatu.
Chronoa mencoba menoleh perlahan ...
'Ughh itu kaki? Kaki manusia yang sudah terkoyak hingga tulang? Sial, itu menjijikkan. Tapi, aku penasaran siapa pelaku nya.'
Chronoa yang sempat teralihkan oleh kaki tersebut mendengar sebuah suara, seperti Predator yang menyantap mangsa nya.
Hmm? Suara ini, kan....?
Chronoa mencoba menyibak semak dan mendekati sumber suara.
Ha! Sesuai dugaanku, pelakunya adalah beruang.
Terlihat seekor beruang cokelat raksasa sekitar berukuran 3 meter sedang memakan seorang pemuda yang masih hidup. Chronoa sempat memutar balik dan tidak ingin menolongnya, tapi ia mengurungkan niat nya. Mungkin itu karena hati kecil nya tidak mengizinkan hal itu terjadi.
Chronoa mengamati beruang itu di balik semak berry. Setelah mengatur napas, Chronoa memulai aksi nya.
Chronoa menoleh ke arah ranting pohon kecil di dekat nya. Dia mematahkan nya lalu dengan gesit dia belari ke batang pohon yang cukup jauh dari posisi nya tadi.
Karena indera pendengaran beruang yang kuat, dia terpancing. Beruang itu berhenti memakan mangsa nya dan mulai mendekati sumber suara.
Saat beruang itu kebingungan mencarinya, Chronoa memanjat pohon besar yang ada di depannya, ia menggigit jarinya hingga mengeluarkan darah kemudian menggosok darah tersebut ke salah satu dahan yang cukup besar.
Chronoa menuruni pohon dengan hati hati agar tidak menyebabkan sedikitpun suara. Dia mendekati semak, dan mengambil perban dari saku nya. Chronoa pun memperban jari nya yang terluka karena khawatir jika itu bisa menarik hewan buas lain nya.
Saat beruang itu mulai menginjak dahan yang dilumuri darah sebelumnya, Chronoa segera keluar dari semak dan melempar pedang kayu yang selalu berada di pinggang nya ke arah mata beruang itu.
"RAAAWRR" Beruang itu meraung keras, kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Hmm~ rencanaku berhasil, sepertinya dewi keberuntungan memang berpihak kepadaku. Senyum tipis terukir di wajah nya. Namun kali ini sedikit lebih spesial.
Menyadari pemuda itu tidak mengeluarkan suara lagi, Chronoa bergegas mencabut pedang nya dari mata beruang itu dan segera menghampiri pemuda yang tergeletak bersimbah darah.
'Ah itu dia.'
Seolah tidak bergeming dengan genangan darah di sekitar nya, Chronoa terus saja melangkah maju mendekati pemuda yang kaki nya telah buntung dan sedang tergeletak tidak berdaya.
“Oi! Kau masih hidup?”
Mendengar sebuah suara, pemuda itu perlahan-lahan membuka matanya.
“Huh? Dimana aku? Apakah aku di surga? Kamu itu ... malaikat?”
Pemuda itu melantur, dia mengira diri nya tidak selamat pada insiden itu, dan kini berada di surga.
“Kau masih hidup, idiot!”
Karena kesal, Chronoa reflek menampar orang tersebut.
“Ughh ... aku ... selamat? Uhukk, kamu...? Seorang malaikat sungguhan?!”
Dia bertanya sambil menahan rasa sakit nya.
“Ya, kau selamat, sayangnya aku bukan seorang malaikat.”
“Tidak, itu pasti perkataan yang akan dikeluarkan seorang malaikat,”
Dia bersikeras, namun karena terlalu bersemangat, luka itu membuat nya menjerit kesakitan.
“Ck, diamlah, jangan berbicara lagi."
Eh? bau apa ini?
Karena mencium bau yang tidak asing, Chronoa mengendus sekitar nya.
Bau amis darah. Bukan, ini bukan berasal dari pemuda itu.
“!”
Menyadari bahaya, Chronoa langsung menghadap kebelakang. Dia mendapati beruang itu sedang berdiri tepat di depan nya sekarang dengan wajah yang murka.
“Terkutuk kau Dewi keberuntungan!"
Sementara itu di sisi Layond, ia sedang bersiul bahagia karena menemukan banyak buruan.
“Dengan begini sudah terkumpul 2 kelinci."
Layond mengikat kelinci itu di ikat pinggang bagian kanan.
“Kita juga punya rusa disini. Hufft, jatah buruan yang cukup banyak ya. Hari ini, kau akan makan sampai benar-benar kenyang lo, Noa Sayang....”
Sepi. Tidak ada satu pun suara yang menjawab nya.
“Noa sayang?”
Layond yang merasa curiga langsung menoleh ke belakang.
Disaat itu juga terdengar suara raungan hewan.
Mungkinkah?!-- Layond segera berlari dengan segenap kemampuan nya. Menembus pepohonan yang menghalangi jalan nya, kecepatan nya sekarang bahkan bisa dikatakan mengalahkan Cheetah yang sangat mumpuni dalam hal berlari.
“Peduli setan dengan hasil buruanku. Noa bagiku tetap yang terpenting!”
Menerjang angin, menembus hutan. Layond berusaha sampai di sumber suara dengan waktu se singkat mungkin.
Kembali pada Dyze, sepertinya dia kehilangan jejak Chronoa, entah karena Chronoa yang terlalu lincah, atau dirinya yang terlalu lambat.
Cih, bocah sialan itu. Lincah sekali larinya, aku bahkan tidak bisa menyusulnya. Tubuh manusia memang merepotkan.
Samar samar terdengar suara raungan hewan. Apa itu dia? Tidak, itu tidak mungkin—pikirnya. Namun karena kehilangan arah, Dyze terpaksa menuju ke sumber suara yang mungkin akan menjadi petunjuk bagi nya.
“Tch, bocah nakal, jangan mati!”
Dyze mempercepat langkah nya. Menggunakan kecepatan yang cukup cepat namun tidak terlalu menguras tenaga. Karena bagi Dyze sendiri fisik nya masih terbilang lemah.
Untuk nasib Chronoa bisa terbilang sedang terancam.
Beruang itu melayangkan cakar miliknya dalam satu kedipan mata, namun..
Ctang!
Chronoa menahannya dengan pedang. Tapi itu tidak bertahan lama. Karena berat badan dan kekuatan fisik yang jauh berbeda membuat pedang Chronoa patah dan dia di injak beruang itu.
Setelah menginjak nya, merasa belum puas, beruang itu menendang nya dengan sangat kuat. Membuat nya terpental jauh dan terhenti saat menabrak batang pohon.
“Uhuk!”
Chronoa memuntahkan darah, baju nya compang camping, dan diri nya tidak dapat berdiri
“U-ukhh.. Seperti nya beberapa tulang ku patah..”
“Noa…!”
Samar-samar Chronoa mendengar teriakan yang sangat familiar memanggil namanya. Tidak lama setelah itu..
Swooosh!
Sebuah tombak melesat membelah udara datang dari semak-semak yang tadi Chronoa tempati. Angin dari tombak itu membuat debu beterbangan dan sedikit mengkaburkan pandangan nya.
Tombak tersebut mengenai dada beruang itu hingga terhempas keras. Tentu saja, pemilik tombak tersebut adalah Layond. Ia berlari keluar dari semak-semak, menghampiri Chronoa dan tanpa sadar menginjak tangan pemuda yang sekarat tadi. Tapi dia tidak menyadari hal itu.
"Aaakh! T-tanganku...."
Lelaki itu kembali kehilangan kesadaran.
"Anak nakal, Kau tidak apa-apa?!”
Layond terlihat khawatir dengan keadaan Chronoa yang terbilang parah di mata nya.
“Bukan masalah besar, yang lebih penting lagi, kaki mu--“ Belum sempat menyelesaikan kalimat, dia memotongnya:
“Beruang bajingan! Beraninya kau menyakiti Noa ku!"
“Ck, sudah kubilang aku tidak apa-apa!"
Chronoa berteriak meminta nya untuk tidak mengkhawatir kan dirinya.
Tapi tetap saja, dia mengabaikan nya. Layond melesat dengan satu kedipan menuju beruang yang sedang sekarat itu dan memukulinya hingga beruang itu kehilangan nyawanya.
Dyze yang kini tidak terlalu jauh dari mereka samar samar mendengar suara.
"... Aku tidak apa-apa!"
Ah! Suara itu pasti ...-- Tanpa pikir panjang, Dyze memacu kecepatan nya ke arah suara itu berasal.
"Oh ayolah, Pak Tua! Kita harus menolong orang ini!"
Dyze mendapati seorang anak perempuan berusaha menyadarkan ayahnya dari kejauhan, dan seorang lelaki sekarat yang mungkin sepantaran dengan nya.
Melihat keadaan sekitar, Dyze pun langsung melangkah menuju Layond
"Sadarlah Layond, ada yang lebih penting dari ini."
Dyze menendang nya untuk menyadarkan nya.
* * *
"Ah, dia sudah sadar."
Suara Chronoa membuat Dyze sadar dari rasa kantuk nya.
"Ugh, dimana-"
"Hei Layond, dia sudah sadar."
Dyze memutus kalimat Kenma untuk alasan yang tidak jelas. Sebelumnya, meeeka membawa lelaki sekarat itu menuju rumah seorang Healer di Kota Elfimp yang merupakan teman Layond.
‘Kota yang cukup jauh dari Desa kami. Seingatku nama desanya adalah Elvire. Sedangkan kota Elfimp ini berada pada wilayah Historian Kingdom.’
Layond membawa nya ke Historian Kingdom bukan tanpa alasan, melainkan karena posisi hutan yang digunakan untuk berburu dekat dengan Historian kingdom. Dan kota Elfimp adalah tujuan nya.
"Oh baguslah."
Layond menduduki kursi di sebelah kiri pemuda yang baru saja mereka selamatkan.
"Hei nak, siapa namamu?"
Dia bertanya dengan elegan.
"S-siapa? Siapa kalian? Dimana malaikat yang sudah menyelamatkanku tadi?!"
Pemuda itu memperhatikan Dyze dan Layond secara bergantian. Lalu saat dia mengalihkan perhatian nya ke gadis yang duduk di pojok ruangan--
"--Ah kamu! Malaikat penyelamatku, aku benar-benar ber-"
"Idiot! Berhenti memanggilku malaikat, dasar sialan...!"
Chronoa bangkit dari kursi nya dan berusaha memukul pemuda itu lagi, namun Dyze menghentikan nya.
"Hei heii keributan apa ini?"
Seorang wanita dengan rambut biru tiba-tiba memasuki ruangan tempat kami berada.
“Ah, nak Kenma, kau sudah sadar rupanya ... bagaimana kakimu? Apa masih terasa sakit?”
Wanita berambut biru, ber iris mata abu abu itu menanyakan kondisi nya.
“Eh?” Kenma melihat kedua kakinya dan menggerakkannya.
Wanita itu menyembuhkan—tidak, menumbuhkan kaki Kenma. Dia adalah seorang Healer tingkat tinggi dan di segani di kota Elfimp.
"Benar juga, Setelah beruang itu menyerangku, kalian yang membawaku kemari ya, terimakasih, terimakasih banyak. Maafkan sikapku yang tidak sopan sebelumnya."
Kenma membungkuk kan badan nya sebagai tanda terima kasih.
"Ah benar. Perkenalkan, namaku Kenma. Aku akan mengantar kalian ke rumahku, orang tuaku pasti menyambut kedatangan kalian,"
“Oh~, kamu sudah tumbuh dewasa saja ya Kenma....”
"Kami--" Kalimat layond terputus.
"Itu tidak perlu, kami melakukannya atas keinginan kami sendiri."
Chronoa memotong nya dengan nada tidak menyenangkan.
"Ah ya, itu benar, kami rasa ada baiknya untuk segera pulang."
Layond tersenyum kaku melihat sikap putri kesayangannya.
Wanita itu menghampiri Layond dan berbisik pada nya.
"Hei Layond, kupikir kau sebaiknya mengikuti anak itu."
"Riley pasti menunggu kami Shearly, jadi kurasa--"
* * *
Suara langkah kaki kuda yang menarik kereta Layond menambah keheningan di antara mereka. Ya, atas paksaan Shearly, mereka mengantarkan Kenma sekaligus berkunjung kerumahnya.
“Sialan, menghabiskan waktuku saja.”
Dyze bergumam kecil.
Tidak lama setelah itu terdengar suara menyedihkan dari sebuah perut yang seperti meronta ronta.
“Na, kapan kita sampai? Aku lapar,”
Dyze menyandarkan tangan dan menopang dagu nya dengan arogan.
‘Yah, rasa lapar itu memang merepotkan. Meski aku tidak membenci proses makan nya, tapi proses setelah mengonsumsi makanan nya lah yang membuatku kerepotan, rasa nyeri di perut itu masih saja terbayang dikepalaku. Zavist sialan, kau akan membayarnya.’
Karena tidak ada jawaban, Dyze mencoba topik lain. Dyze menghampiri Chronoa dan berbisik pada nya:
"Lagi pula, bocah, kenapa juga kau sampai membahayakan dirimu untuk menyelamatkan orang itu?"
“Ugh, paman, kau tidak tau diri sama sekali ya, aku hanya ingin menolongnya, jadi kenapa kau yang terlambat datang menolong malah merengek kelaparan seperti anak kecil?”
“Apa katamu?!”
Tiba-tiba, terdengar suara perut yang serupa. Spontan Dyze melihat ke sumber suara berasal. Dan Dyze menahan tawa nya saat mengetahui sumber suara nya.
“Pfft.”
“Ini bukan berasal dariku! Suara ini milik pak tua itu!!”
Chronoa dengan nada tinggi menunjuk Layond yang sedang fokus menyetir kereta kuda nya.
“Hahaha baiklah terserah maumu ... tapi, tidak biasanya kamu berbaik hati menolong orang lain. Apa kau tertarik padanya?”
Dyze sekilas melirik ke arah Kenma.
“Cih, pertanyaan tak berbobot."
Chronoa hanya membalas nya singkat dengan dingin.
"Ah, tak kusangka, seleramu itu rendah sekali ya."
Dyze mengatakan itu sambil beralih ke posisi semula.
"Bukan begitu dasar idiot! Aku hanya tidak mau melihat orang tak bersalah mati didepan mataku. Hanya itu, sialan,"
“Hmm? Sepertinya kalian akrab sekali....”
Kenma yang berada di kursi depan melirik ke belakang.
“Tidak, tidak juga. Kami hanya kebetulan tinggal seatap saja,”
Dyze menyanggah nya dengan jawaban yang salah.
“Se atap..?! apakah kalian seorang pasangan...?"
Kenma menatap mereka dengan tatapan kosong dan nada rendah.
“HAH?!! Jelas tidak!! Jangan bermimpi aku akan berpasangan dengannya!”
Mereka berdua menyanggah nya dengan berteria keras.
“Begitu ya!”
Atmosfer kembali seperti semula, seakan tidak terjadi apa apa.
Dyze seperti melihat Riley pada diri Kenma.
Setelah itu, kereta Layond terhenti.
"Hei Kenma, apa ini tempat tinggalmu?"
Layond menunjuk sebuah bangunan besar yang memiliki 4 tingkat lantai. Seperti di bimbing oleh tatapan Layond, Kenma melihat ke arah yang di maksud.
"Benar, itu rumahku,"
Kenma menuruni kereta, dan memutar badan nya. Kemudian membungkuk meletakan tangan di dada nya, seperti pelayan yang mempersilahkan tamu spesial Tuan nya.
"Silahkan tempatkan kuda anda disebelah sana,"
Anak itu menunjuk lahan kosong yang memang berfungsi sebagai tempat parkir.
"Baik, terimakasih."
Layond hanya membalasnya dengan singkat.
Setelah memarkirkan kereta nya, Layond menyuruh Dyze dan Chronoa untuk turun.
"Anak-anak, turunlah."
"Silahkan masuk, Tuan Emilton."
Dengan badan yang masih membungkuk, Kenma mempersilahkan Layond dan Chronoa masuk. Namun saat Dyze mengikuti mereka, Kenma menatap nya dengan berbeda. Hal itu membuat Dyze menghentikan langkah nya.
"Kau juga, silahkan masuk."
Kenma hanya menyambut nya dengan datar, tidak ada yang istimewa. Dyze merasa kesal karena di perlakukan berbeda, terlebih dia adalah seorang—Mantan Dewa.
"Paman ... masuklah! Kenapa kau begitu lambat sih?"
Chronoa melambaikan tangannya seraya menoleh ke arah Dyze yang berada dibelakangnya.
"Tch”
Dyze memasang senyum kecil.
"Bukankah kau yang terlalu antusias?"
Dyze memacu langkah nya menyusul Chronoa dan Layond yang telah memasuki rumah Kenma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
『Minecraft』
gw marathon
2022-07-27
0
『Minecraft』
meeka= mereka
2022-07-09
0
Konan
Bang jangan sering sering berdecak kesal.
2021-11-12
1