Chapter 1. Pertemuan Singkat Dengan Wanita Misterius

"Di mana ini? Apa aku sudah mati?" Aku membuka mataku. Samar-samar, aku melihat seorang perempuan. Wajahnya terlihat redup kecuali mulutnya yang bergerak cukup jelas. Sepertinya dia mengatakan sesuatu. Sayangnya, aku tidak dapat mendengar suaranya.

“Aku, akan … men…." Aku mulai mendengar apa yang dia katakan meski tidak jelas. Tapi, apa yang dia maksud? Siapa dia? Sial, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"... aku berjanji!" sambung perempuan itu lirih. Air mata mulai membasahi pipinya. Sepertinya dia sedang menuju kearahku. Aku menoleh ke sekitar. Terlihat rerumputan bewarna hitam dan pohon tua dibelakangku. Tempat yang sangat asing.

“Hey, siapa kau? Mengapa aku berada disini?!”

“... kuharap kali ini akan berbeda...,” sambungnya sendu. Dengan tubuhnya yang perlahan memudar, ia mencoba memelukku, namun sayangnya tubuhnya telah hancur sepenuhnya menjadi kepingan cahaya biru.

“Aaaarghh!" kepalaku cukup pusing. Beberapa tetes keringat dingin mengalir di kepalaku. "Hosh, hosh, hosh."

“Oh? Kau sudah bangun ya, Paman."

Err..siapa? Ah, gadis yang sebelumnya kutemui di hutan. Tunggu, apa yang dia maksud bangun? Jadi rerumputan gelap dan wanita gelap itu hanya mimpi? Serius?! Tapi mengapa ... dadaku terasa sesak saat melihatnya menangis? Secara reflek aku mencengkram dadaku dengan kuat.

Eh? Mimpi? Jadi manusia dapat merasakan hal seperti ini ya.

“Hei, Paman. Kau menangis?” tanyanya sedikit datar.

“Apa? Menangis? Apa yang kau,“-aku segera mengusap mataku-“maksud?”

Eh? mengapa mataku berair? Siapa yang kutangisi? Lalu, di mana ini? Ruangan kecil dengan pintu tertutup dan beberapa jenis perabotan. Aneh, bagaimana aku bisa mengetahui soal perabotan dan lainnya? Siapa gadis ini sebenarnya?

Ia hanya terdiam heran lalu menghela nafas.

"Cih, aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, setidaknya minum ini." Ia menyodorkan segelas teh bewarna hijau dengan asap yang mengepul diatasnya. Aku sedikit ragu untuk meminumnya. Bagaimana jika ini akan menyakitiku? Hmm, kelihatannya, anak ini tidak berniat jahat. Aku tidak merasakan niat buruk darinya. Tanpa keraguan, aku menerima gelas kayu itu.

"Uh, terima kasih." Aku mencoba memasang muka tulus berterimakasih. Tapi tentu saja, Dewa perwujudan malapetaka sepertiku cukup susah melakukannya. Belum lagi, anak ini baru saja kutemui beberapa saat lalu.

"Pfft...." Samar-samar terdengar suara tawa yang tertahan tepat setelah gadis itu memalingkan wajahnya. Sialaaaaan anak itu pasti menertawakan raut wajahku yang terlalu kaku. Aku lalu menyeruput teh yang baru saja dia berikan. Ternyata, aku masih hidup ya....

"Ah, apa yang terjadi kemarin? Bagaimana aku bisa selamat?"

“... paman tidak perlu mengetahuinya, bukan?” ujarnya. Jawaban yang sudah pasti kudapatkan darinya: dingin, dan kurang ajar. Aku mencoba menahan kekesalanku.

"Berhenti memanggilku paman. Itu menyebalkan. Kau bisa memanggilku Dyze, oke?" Aku kembali menyeruput teh hangatku.

"Kalau begitu, jangan panggil aku bocah, Dyze." Ia melirikku tajam.

"Pfft, tapi itu kenyataan...." Aku membalas tatapannya.

"Paman sialan, usiaku 13 tahun tau!" serunya. Gadis itu terlihat kesal. Muahahah rasanya puas sekali. Tunggu, kenapa aku merasa puas hanya karna hal kecil bodoh ini? Sial, wujud manusia ini mulai memengaruhiku.

"Baiklah baiklah, jadi siapa namamu?" tanyaku kemudian.

"Tidak ada alasan untuk mengetahui nama-"

Kreeek ... Pintu terbuka.

"Noa sayang...." Seorang lelaki yang cukup tinggi memasuki kamar tempatku berbaring. "Ah! Disini kau rupanya, Malaikat Kecilku." Dia tersenyum hangat.

Huh? Malaikat kecilku? Dia siapa?

"Eh?"-gadis itu menoleh kearah pintu dengan cepat-"Pak tua! Kau selalu saja datang di waktu yang tidak tepat!" teriaknya kesal. Wajahnya terlihat sangat marah dan ... malu? Ah, jadi orang itu adalah ayahnya? Dan malaikat kecil adalah panggilan kesayangannya?

"Pfft...." Sial, aku tidak bisa menahan tawaku. "Fuhahahah! Malaikat kecil? kau memang masih seorang bocah, ‘ya?" Aku meliriknya rendah.

"Tch,"-ia menoleh kearahku-"paman masih terluka parah lo, sebaiknya diam saja...," ucapan sedingin es dengan tatapan tajam seperti pedang dan senyum kecil yang sama sekali tidak ramah. Aku hanya memoles senyum penuh kemenangan.

Namun, seketika atmosfer menjadi dingin menusuk. Aku segera menoleh kearah ayah gadis tadi. Wajahnya yang di awal penuh keceriaan, kini menjadi suram, dan entah mengapa, aku sedikit merinding melihatnya.

“Beraninya kau ... beraninya kau menertawakan panggilan khusus Noa tersayang ... kurang ajar. Tidak bisa dimaafkan...!” kata orang itu dengan suara beratnya. Gawat, Ia mulai berjalan kearahku. Sialan, sialan ... apa orang tua ini sudah tidak waras? Ah, itu tidak penting. Aku harus-

Ptanggg, brukk. Lelaki itu jatuh tersungkur.

Eh? Bagaimana bisa? Aku segera melihat kearah orang dibalik lelaki itu. Seorang wanita berambut hitam dengan ikat kuncir kuda, berdiri sembari memegang ... apa itu? Rasanya aku pernah melihatnya, ah kalau tidak salah manusia menyebutnya "teflon". Sepertinya benda itu yang membuat orang ini jatuh tersungkur.

“Geez, dia kambuh lagi ya ... ngomong-ngomong, Noa...,”-wanita itu menatap anak sialan yang ternyata bernama "Noa" itu-“mengapa kau tidak menghentikannya? Bukankah akan runyam masalahnya jika orang yang menolongmu dihajar olehnya?” tanyanya dengan senyuman yang cukup membuatku bergidik.

“Hmmph, salahnya sendiri telah mentertawakanku!” Anak itu membuang muka. Keluarga macam apa mereka? Aku tak dapat mendengar suara langkah kaki mereka, aura yang mereka keluarkan juga tidak seperti manusia pada umumnya.

“Yah terserahlah. Hei Layond, bangun. Kau tidak perlu berpura-pura tak sadarkan diri!” ujarnya seraya menepuk kepala pria yang bernama "Layond" itu. Ia kemudian bangkit dengan kepala yang sudah memiliki benjolan.

“Hehe ... seperti biasa, kau terlihat sangat cantik dan menyeramkan, Riley.” Suasana hatinya berubah lagi. Wanita yang bernama "Riley" kemudian menatapku, atmosfer disekitarnya yang awalnya dingin menusuk, menjadi hangat serta mencairkan suasana.

“Astaga, aku sangat tidak sopan. Maaf, aku belum memperkenalkan diri, Namaku Riley Emilton.” ucapnya dengan senyuman ramah. Akhirnya, semua kembali normal.

“Kau juga perkenalkan diri!” bisiknya seraya menyenggol pria itu. Tetap saja aku dapat mendengarnya. Walau sedikit tidak jelas.

“Ekhem, maaf, aku telat memperkenalkan diri. Namaku Layond Emilton. Meskipun kau tadi mentertawakan panggilan khusus Noa, aku tetap menghargaimu karna telah menolongnya. Terima kasih," ucapnya dengan tulus. Yah, dia adalah ayah yang baik.

Aku lalu menatap lurus kearah Noa.

“Tsk, terserahlah. Namaku Chronoa Emilton.”

Ooh? Chronoa ya, sepertinya dia masih jengkel dengan kejadian tadi.

***

"Masakan buatan Riley memang yang terbaik!" Layond meletakkan piringnya yang telah kosong diatas meja. Layond dan Dyze baru saja menghabiskan makan siang mereka.

Apa ini? Makanan manusia tidak buruk juga, pikir Dyze dalam benaknya. Sementara chronoa, ia hanya mengaduk aduk makan siangnya dan memainkannya.

"Hahah tentu saja ini untuk menyambut tamu kita. Oh, Noa sayang, jangan jadikan makananmu sebagai mainan." Riley menatap Chronoa tajam. Tangannya memegang lap dan teflon yang baru saja ia cuci.

"Hmmph, ini sama sekali bukan makanan," balasnya datar seraya tetap memainkan makanannya.

"Chronoa sayang, sepertinya, ibu tidak pernah mengajarkan hal itu." Riley melebarkan senyumannya yang lembut tapi juga mengerikan.

"B-baik bu!" Chronoa segera memakan makanannya yang telah ia susun menjadi menara kecil.

Benar benar anak yang nakal, gumam dyze dalam hati.

Beberapa saat lalu, Dyze telah mengatakan bahwa dirinya kehilangan ingatan, ia juga memastikan bahwa keluarga Emilton bukanlah manusia yang akan membahayakannya. Selain itu, Dyze juga sudah cukup beradaptasi dengan wujud barunya dan beberapa benda disekitarnya.

"Jadi, Dyze, darimana kamu berasal? Apa kamu juga lupa akan hal itu?" tanya Riley sembari menduduki kursi kosong disebelah Dyze. Dyze terdiam, lalu tersenyum kecil.

"Fu-fu-fu kalian pasti tidak akan percaya." Dyze melebarkan senyum penuh misterinya. Chronoa menatapnya sinis.

"Cih, Paman Dyze itu sudah pasti hanya orang aneh yang kabur dari tempat rehabilitasi," cibir Chronoa. Senyum misterius dyze berubah menjadi senyum penuh kekesalan. Layond hanya tertawa kecil melihat mereka yang saling menatap sinis.

"Hei Malaikat Kecil, dengar saja dulu, kurasa kau tidak akan kecewa dengan jawabanku." Dyze memasang senyum arogannya. Chronoa mengabaikannya dan tetap memakan makan siangnya. Dyze menghela nafas kecil dan menutup matanya.

Atmosfer berubah total menjadi sangat mencekam. Dyze terlihat mulai serius. "Firmament deity."

Firmament deity, katanya!?

Seorang wanita dengan rambut pendek berwarna abu abu bergelombang menoleh kearah Dyze dari kejauhan. Tangannya bergetar dengan sapu di genggamannya. Ia menatap Dyze untuk beberapa lama kemudian tersadar dan segera melanjutkan kegiatan menyapunya.

Layond dan Riley hanya terdiam kebingungan seraya menatap Dyze. Sementara Chronoa berhenti mengunyah dan melirik kearah Dyze.

"Aku baru mendengarnya. Apa itu Human Country yang lain?" Tanya Layond. Ia tampak tertarik dengan apa yang Dyze bicarakan. Dengan senyum arogannya, Dyze melirik kearah Chronoa. Chronoa yang kesal segera memalingkan tatapannya dan melanjutkan makan siangnya.

"Salah besar. Firmament Deity adalah tempat dimana para dewa tinggal," ujar Dyze dengan tenang.

"Pfft." Chronoa menutup mulutnya dengan tangan. Sementara Layond dan Riley saling pandang satu sama lain.

"Paman mengkhayal ya?" Chronoa tersenyum sinis. Ia merasa sangat puas dengan perkataan konyol Dyze tanpa menunjukkannnya.

"Hahahah...," tawa kedua orang tua Chronoa. Suasana yang tadinya kaku menjadi cair kembali. Dyze hanya tersenyum kaku sedikit kesal.

"Apa kau seorang chuunibyou, Dyze?! Kau sudah tidak muda lagi!" Mereka berdua tertawa.

"Cih, apa kau tidak ingat apa yang terjadi di hutan?" tanya Dyze seraya melihat ke arah Chronoa.

"Hm? Apa yang perlu kuingat? Kau, kan, cuma berlari sesuai arahanku." Gadis itu tersenyum tipis.

Siaaaal, senyum tipisnya itu sangat menyebalkan. Gadis ini tetap menyembunyikan rasa puasnya dalam menindas. Ia bahkan tidak pernah tersenyum lebar ataupun tertawa. dia mencoba mempermalukanku yaa? Tidak akan kubiarkan, batin Dyze.

"He~ kau tidak ingat apa yang terjadi saat kau mengucapkan kalimat 'Apakah ini hukuman untuk anak nakal sepertiku?' " Dyze membalas senyum Chronoa dengan tatapan rendahnya.

"Ap,"-Layond dan Riley menoleh kearah chronoa dengan terkejut-"HAHAHA! Kamu serius Noa? Apakah kamu mengakui nya sendiri?" Kedua orang tua itu tertawa.

"Tsk." Wajahnya menjadi sangat suram. Ekspresi jengkel dan malu bercampur aduk di wajahnya yang sangat mudah dibaca. Tiba-tiba, seorang dengan rambut pendek bergelombang tadi menghampiri Meja makan.

"Maaf, apa kalian semua sudah selesai?" tanyanya. Wanita dengan setelan baju pelayan itu tersenyum kaku dengan wajah sedikit pucat.

"Oh, tentu. Kau bisa membereskannya, Lealta," jawab Riley pada wanita yang merupakan maid keluarga Emilton itu. Dyze menatapnya sedikit dan cukup heran dengan gerak geriknya yang sedikit kaku.

Aneh, sepertinya dia merasa ketakutan. Tapi akan apa? Ah itu tidak penting. Sudah bagus mereka tidak menganggapku sebagai dewa. Aaah rencanaku berjalan dengan sangat lancar..., pikir Dyze. Makan siang mereka pun selesai.

* * *

"Dimana Dyze? Aku tidak melihatnya sedari tadi." Gadis kecil berambut hitam panjang bertanya pada ibunya.

"Kurasa dia pergi keluar," jawab Riley, ibu Chronoa.

"Cih, baiklah...," balasnya. Chronoa lalu berjalan kearah luar dan menemukan Dyze tidak jauh dari rumahnya.

Dasar, apa yang dia lakukan diluar malam-malam begini? batin Chronoa. Gadis itu berjalan perlahan kearah Dyze.

"Zavist sialan. Apa tujuanmu sebenarnya?!" gumam Dyze cukup keras. Kepalanya tertunduk suram. Chronoa yang sedikit mendengarnya segera terdiam.

Apa yang dia maksud? pikirnya.

"Brengsek ... aku benar-benar bodoh...." Dyze mengangkat kepalanya seraya menutup matanya dengan penuh penyesalan.

Orang ini ... dia menyembunyikan sesuatu. Paman Dyze, siapa kamu sebenarnya..., batin Chronoa yang masih terdiam cukup dekat di belakang Dyze. Pemuda berusia sekitar 18 tahun yang dulunya adalah Dewa itu berdiri secara tiba-tiba. Ia menghela nafas panjang, dan bergumam pelan.

S-sial, dia berdiri. Aku harus segera pergi atau-

"Chronoa sayang...! Dimana kamu?!" Teriakan Layond terdengar dari dalam rumah. Dyze yang mendengar itu segera menoleh kearah suara dan mendapati Chronoa berdiri tidak jauh dibelakangnya.

"Bocah nakal."

Terpopuler

Comments

『Minecraft』

『Minecraft』

namanya mirip mirip sama Corona :v

2022-07-03

1

『Minecraft』

『Minecraft』

kalau batin/ di dalam pikiran pakai '

2022-02-10

1

Konan

Konan

Saya jujur bahwa sifat yang di tunjukan oleh noa ini agak menjengkelkan... dikit dikit berdecak tch, tsk.

2021-11-12

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog: Hal Yang Akan Mengguncang Dunia
2 Chapter 1. Pertemuan Singkat Dengan Wanita Misterius
3 chapter 2. alasan seorang Layond terobsesi dengan anaknya sendiri.
4 chapter 3. Anak Blacksmith Handal Yang Ditolong Oleh Chronoa.
5 chapter 4. Rahasia Keluarga Olward
6 chapter 5. Sebenarnya Dia Mengetahui Semuanya
7 Chapter 6. Kemurkaan Sang Dewa
8 Chapter 7. Sang Druggist Yang Menawan
9 Chapter 8. Nenek Yang Aneh
10 chapter 9. Saat Yang Ditunggu Tunggu
11 chapter 10. Sosok Yang Memiliki Hubungan Dengan Ariel
12 Chapter 11. Genosida Ras Light Elf
13 Chapter 12. Keinginan Yang Diwariskan
14 Chapter 13. Invasi Asmodeus
15 chapter 14. Dyze Dan Chronoa Menjadi Buronan
16 Chapter 15. Pertarungan Dyze melawan Asmodeus
17 Chapter 16. Dewa Yang Mengejar Kesenangan
18 Chapter 17. Kematian Asmodeus?
19 Chapter 18. Kebahagiaan Eiria
20 Chapter 19. Kota Makmur Yang Menjadi Kota Hantu
21 Chapter 20. Kebodohan Dan Ketakutan Para Elf
22 Chapter 21. Pertanyaan Yang Terjawab
23 Chapter 22. Dimana Semuanya Bermula
24 Chapter 23. Rahasia Dunia?
25 Chapter 24. Harga Diriku Hanya Untuk Orang Itu
26 Chapter 25. Game Telah Dimulai
27 Chapter 26. Emosi Argus
28 Chapter 27. Kegigihan Seorang Argus
29 Chapter 28. Form Argus
30 Chapter 29. A Sacrifice To Save You
31 Chapter 30.Tidurlah Menuju Ketenangan Abadi
32 Chapter 31. Mimpi Buruk
33 Chapter 32. Kehangatan Dan Keharmonisan Sebuah Keluarga
34 Chapter 33. Sebuah Penyesalan
35 Chapter 34. Celestial Human!
36 Chapter 35. Ribuan Kematian
37 Chapter 36. Kota Netral, Evalon.
38 Chapter 37. Kisah Malang Raizel
39 Chapter 38. Kisah Malang Raizel II
40 Chapter 39. Kisah Malang Raizel III
41 Chapter 40. Nasib Malang Raizel IV(Last)
42 Chapter 41. Penyusupan Claire
43 Chapter 42. Pertemuan Kembali Setelah Sekian Lama
44 Chapter 43. Perseteruan Antara Dua Sahabat
45 Chapter 44. Perjuangan Mereka Untuk Membebaskannya
46 Chapter 45. Keserakahan Manusia Di Stolas
47 Chapter 46. Perkenalan Singkat 4 Kerajaan Besar
48 Chapter 47. Hydra - Arc 1 End
49 Chapter 48. Keluh Kesah Seorang Putri Elf
50 Chapter 49. Keberadaan Hydra Yang Menakuti Para Siren
51 Chapter 50. Pengalaman Pertama Yang Direbut Darinya
52 Chapter 51. Ras Xana
53 Chapter 52. Menangislah, Terkadang Itu Dibutuhkan
54 Chapter 53. Seorang Pemandu
55 Chapter 54. Hancurnya Mental
56 Chapter 55. Keputusan Takdir
57 Chapter 56. Sebuah Sandra
58 Chapter 57. Biarkan Aku Yang Membunuhnya
59 Chapter 58. Leviathan Telah Mati
60 Chapter 59. Hadiah?
61 Chapter 60. Replika(?)
62 Chapter 61. Gejolak Kekuatan Livia
63 Chapter 62. Bangkit Kembali Dari Kematian Yang Menghantui
64 Chapter 63. Laki-Laki Yang Lancang
65 Chapter 64. Individu Yang Berkuasa(?)
66 Chapter 65. Sosok Bertopeng Yang Setara Dengan Hydra
67 Chapter 66. Sosok 'Boneka'?
68 Chapter 67. Kota Parsia
69 Chapter 68. Penyembah Sesat
70 Chapter 69. The Sinners
71 Chapter 70. Kehilangan Orang Yang Berharga
72 Chapter 71. Hydra kembali (?)
73 Chapter 72. Kedatangan Sosok Yang Bersama Hydra
74 Chapter 73. Meta Human
75 Chapter 74. Bahasa Arcadia
76 Chapter 75. Rangkaian Kata Yang Membuatnya Termenung
77 Chapter 76. Agartha
78 Chapter 77. 10 Pahlawan Manusia
79 Chapter 78. Alam Semesta Yang Tidak Terbatas
80 Chapter 79. Nyanyian Alpha Di Kala Waktu Senggang
81 Chapter 80. Alasan Eleina & Xelyn Mengikutinya
82 Chapter 81. Telah Sampai Di Tujuan
83 Chapter 82. Lenyaplah, Nirvana Words
84 Chapter 83. Rencana Argus Untuk Membuatnya Tunduk?
85 Chapter 84. Time Rewind
86 Chapter 85. Time Resurrection
87 Chapter 86. Kebesaran Leviathan
88 Chapter 87. Athena, Dan Beberapa Skill Baru Yang Dapat Diakses
89 Chapter 88. Penantian Jutaan Tahun | Arc 2— Arbeltha— End|
90 Chapter 89. Sebuah Perpisahan
91 Chapter 90. Shub-Niggurath
92 Chapter 91. Angin Hitam-- Death Manipulation
93 Chapter 92. Hancurnya Planet Jovian
94 Chapter 93. Beelzebub
95 Chapter 94. Neiphr Yang Dibombardir
96 Chapter 95. Penguasa Hutan
97 Chapter 96. Anggota Eksekutif The Sinners
98 Chapter 97. Infinite Death Loop
99 Chapter 98. Fallen Dawn
100 Chapter 100. Fallen Dawn Fragment
101 Chapter 101. Urutan Juara
102 Chapter 102. Gloomy Giant
103 103. Kenangan
104 104. Realm Destroyer
105 105. Keruntuhan Realita
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Prolog: Hal Yang Akan Mengguncang Dunia
2
Chapter 1. Pertemuan Singkat Dengan Wanita Misterius
3
chapter 2. alasan seorang Layond terobsesi dengan anaknya sendiri.
4
chapter 3. Anak Blacksmith Handal Yang Ditolong Oleh Chronoa.
5
chapter 4. Rahasia Keluarga Olward
6
chapter 5. Sebenarnya Dia Mengetahui Semuanya
7
Chapter 6. Kemurkaan Sang Dewa
8
Chapter 7. Sang Druggist Yang Menawan
9
Chapter 8. Nenek Yang Aneh
10
chapter 9. Saat Yang Ditunggu Tunggu
11
chapter 10. Sosok Yang Memiliki Hubungan Dengan Ariel
12
Chapter 11. Genosida Ras Light Elf
13
Chapter 12. Keinginan Yang Diwariskan
14
Chapter 13. Invasi Asmodeus
15
chapter 14. Dyze Dan Chronoa Menjadi Buronan
16
Chapter 15. Pertarungan Dyze melawan Asmodeus
17
Chapter 16. Dewa Yang Mengejar Kesenangan
18
Chapter 17. Kematian Asmodeus?
19
Chapter 18. Kebahagiaan Eiria
20
Chapter 19. Kota Makmur Yang Menjadi Kota Hantu
21
Chapter 20. Kebodohan Dan Ketakutan Para Elf
22
Chapter 21. Pertanyaan Yang Terjawab
23
Chapter 22. Dimana Semuanya Bermula
24
Chapter 23. Rahasia Dunia?
25
Chapter 24. Harga Diriku Hanya Untuk Orang Itu
26
Chapter 25. Game Telah Dimulai
27
Chapter 26. Emosi Argus
28
Chapter 27. Kegigihan Seorang Argus
29
Chapter 28. Form Argus
30
Chapter 29. A Sacrifice To Save You
31
Chapter 30.Tidurlah Menuju Ketenangan Abadi
32
Chapter 31. Mimpi Buruk
33
Chapter 32. Kehangatan Dan Keharmonisan Sebuah Keluarga
34
Chapter 33. Sebuah Penyesalan
35
Chapter 34. Celestial Human!
36
Chapter 35. Ribuan Kematian
37
Chapter 36. Kota Netral, Evalon.
38
Chapter 37. Kisah Malang Raizel
39
Chapter 38. Kisah Malang Raizel II
40
Chapter 39. Kisah Malang Raizel III
41
Chapter 40. Nasib Malang Raizel IV(Last)
42
Chapter 41. Penyusupan Claire
43
Chapter 42. Pertemuan Kembali Setelah Sekian Lama
44
Chapter 43. Perseteruan Antara Dua Sahabat
45
Chapter 44. Perjuangan Mereka Untuk Membebaskannya
46
Chapter 45. Keserakahan Manusia Di Stolas
47
Chapter 46. Perkenalan Singkat 4 Kerajaan Besar
48
Chapter 47. Hydra - Arc 1 End
49
Chapter 48. Keluh Kesah Seorang Putri Elf
50
Chapter 49. Keberadaan Hydra Yang Menakuti Para Siren
51
Chapter 50. Pengalaman Pertama Yang Direbut Darinya
52
Chapter 51. Ras Xana
53
Chapter 52. Menangislah, Terkadang Itu Dibutuhkan
54
Chapter 53. Seorang Pemandu
55
Chapter 54. Hancurnya Mental
56
Chapter 55. Keputusan Takdir
57
Chapter 56. Sebuah Sandra
58
Chapter 57. Biarkan Aku Yang Membunuhnya
59
Chapter 58. Leviathan Telah Mati
60
Chapter 59. Hadiah?
61
Chapter 60. Replika(?)
62
Chapter 61. Gejolak Kekuatan Livia
63
Chapter 62. Bangkit Kembali Dari Kematian Yang Menghantui
64
Chapter 63. Laki-Laki Yang Lancang
65
Chapter 64. Individu Yang Berkuasa(?)
66
Chapter 65. Sosok Bertopeng Yang Setara Dengan Hydra
67
Chapter 66. Sosok 'Boneka'?
68
Chapter 67. Kota Parsia
69
Chapter 68. Penyembah Sesat
70
Chapter 69. The Sinners
71
Chapter 70. Kehilangan Orang Yang Berharga
72
Chapter 71. Hydra kembali (?)
73
Chapter 72. Kedatangan Sosok Yang Bersama Hydra
74
Chapter 73. Meta Human
75
Chapter 74. Bahasa Arcadia
76
Chapter 75. Rangkaian Kata Yang Membuatnya Termenung
77
Chapter 76. Agartha
78
Chapter 77. 10 Pahlawan Manusia
79
Chapter 78. Alam Semesta Yang Tidak Terbatas
80
Chapter 79. Nyanyian Alpha Di Kala Waktu Senggang
81
Chapter 80. Alasan Eleina & Xelyn Mengikutinya
82
Chapter 81. Telah Sampai Di Tujuan
83
Chapter 82. Lenyaplah, Nirvana Words
84
Chapter 83. Rencana Argus Untuk Membuatnya Tunduk?
85
Chapter 84. Time Rewind
86
Chapter 85. Time Resurrection
87
Chapter 86. Kebesaran Leviathan
88
Chapter 87. Athena, Dan Beberapa Skill Baru Yang Dapat Diakses
89
Chapter 88. Penantian Jutaan Tahun | Arc 2— Arbeltha— End|
90
Chapter 89. Sebuah Perpisahan
91
Chapter 90. Shub-Niggurath
92
Chapter 91. Angin Hitam-- Death Manipulation
93
Chapter 92. Hancurnya Planet Jovian
94
Chapter 93. Beelzebub
95
Chapter 94. Neiphr Yang Dibombardir
96
Chapter 95. Penguasa Hutan
97
Chapter 96. Anggota Eksekutif The Sinners
98
Chapter 97. Infinite Death Loop
99
Chapter 98. Fallen Dawn
100
Chapter 100. Fallen Dawn Fragment
101
Chapter 101. Urutan Juara
102
Chapter 102. Gloomy Giant
103
103. Kenangan
104
104. Realm Destroyer
105
105. Keruntuhan Realita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!