Main Hati
Happy reading dear readers....
"pulang ke kota mu
ada setangkup haru dalam rindu
masih seperti dulu
tiap sudut menyapaku bersahabat
penuh selaksa makna...
terhanyut aku akan nostalgi
saat kita sering luangkan waktu
menikmati bersama suasana Jogja
dipersimpangan langkah ku terhenti
ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
orang duduk bersila
musisi jalanan mulai beraksi
seiring laraku kehilanganmu
merintih sendiri ditelan deru kota mu
malam ini kau tlah tiada kan kembali
namun kota mu hadirkan senyummu abadi
ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
bila hati mulai sepi tanpa terobati...."
Jogja, Mei 2020
"hikzzzz...."
wanita muda itu menyeka cepat air matanya. Lagu yang sayup terdengar selalu terngiang setiap dia mulai termenung sendiri. Dia menyukainya, dari dulu.
Entah kenapa, tapi liriknya seolah menjadi mantra yang menggiring kehidupannya sebagai lakon kisah lagu ini.
Dia menggeliat, merenggangkan tangannya ke atas, menarik pelan rongga tulang tubuhnya yang berasa remuk redam setelah seharian membanting tulang.
Sambil mendengarkan lagu pujaannya yang diputar berulang-ulang tanpa bosan. Wanita itu masih tampak sibuk merapikan sejumlah tumpukan baju, menyemprotkan parfum sesuai yang diinginkan si empunya kemudian memasukkannya dengan rapi dalam packingan plastik bening.
Setelah barisan mesin cuci yang berjajar rapi di sudut kiri ruangan beroperasi siap merontokkan semua kotoran yang menempel di baju sampai kinclong, wanita itu bergeser ke sudut ruangan di sebelah yang berisi macam-macam pernak pernik HP.
Mencari posisi yang paling uenak sambil selonjoran, dia menyalakan laptopnya dan mulai mengetik sambil memeriksa beberapa buku catatan yg bertumpuk rapi disebelahnya. Sepertinya dia sedang memeriksa hasil kegiatan usahanya hari ini.
"ting...ting...."
notif HP nya berbunyi dua kali. "WA siapa gerangan sudah tengah malam begini.." gumamnya dalam hati sambil mengedarkan pandang mencari benda kotak pipih yang sangat dipuja manusia zaman now itu.
Deg....tertera sebuah nama di sana. Nama yang sangat susah payah disingkirkan dalam pikirannya selama ini. Melihat namanya saja sanggup memacu detak jantungnya, dan hatinya pun malah lancang menyebut namanya. Ternyata walau sudah dikunci rapat-rapat, tetap saja percuma, ahhhh mungkin besok harus cari tukang las biar aman....
Wanita muda itu termenung sejenak, mondar-mandir dalam ruangan dan sesekali menggaruk tengkuk bahkan kepalanya yang tidak gatal. Melihat ke layar HP, kemudian meletakkannya lagi. begitu terus berulang untuk sesaat sebelum dia memutuskan untuk mengetik sesuatu di HPnya dan mengirimkannya dengan harapan apa yang dia lakukan tidak salah.
Dengan cepat dia merapikan pekerjaannya yang belum selesai. Kemudian beranjak masuk ke kamarnya, mengganti daster ternyamannya dengan kaos lengan panjang dan celana jeans kesukaan, berlapis hoodie tersayang.
Dia mematut dirinya dalam pantulan cermin,
meyakinkan dirinya sendiri, berusaha mengalahkan ragu yang berputar-putar di kepalanya dan menepis segala bimbang dan ketakutan yang selama ini mendekam di hatinya.
Setelah merasa mantap, segera dia berlari menuju ke lantai atas. dikecupnya satu persatu kening ketiga buah hatinya yang tertidur lelap di kasur mereka masing2. Bukan kamar yaaa, hanya kasur berjajar yang disekat dengan lemari dan meja belajar masing-masing, karena mereka tinggal di ruko bertingkat yang sangat menghemat lahan.
"mba Sum....mba..."
setengah berbisik digoyangkan pelan tubuh mba Sum. Setelah mengerjap-ngerjapkan matanya ragu, perempuan paruh baya yang tanpa sengaja dijumpainya tergeletak pingsan di depan kontrakannya dulu dan akhirnya dipercaya 2 tahun ini merawat anak2nya itupun terduduk kaget.
"nggih Bu...? ada apa malam-malam?"
tanyanya kebingungan sambil melirik jam yang menempel di dinding depannya.
"aku ke luar bentar ya mba. nitip anak-anak, kalau ada yang kebangun mencari ku bilang aja ibu ada perlu bentar"
Setelah yakin mba Sum mengangguk mengerti, Wanita itu segera turun dan mengeluarkan sepeda motor satu-satunya yang dia miliki. Dipacunya cepat memecah dinginnya malam tanpa takut. Walau tengah malam, Jogja tidak pernah sunyi maupun seram. Rasanya manusia hidup 1 x 24 jam di sini, hanya berganti shift jadwal tayangnya sesuai skenario kehidupan mereka.
15 menit, waktu tempuh maksimal dengan kecepatan maksimal di malam hari yang bisa ditembus untuk jarak 15km plus berhenti dibeberapa titik lampu merah. Sampai lah sudah, nampak wanita itu manarik buang nafas berulang kali untuk memberi sedikit kelegaan dihatinya, atau lebih tepatnya keberanian.
******
Lesehan Kopi pinggiran kali Code.
Sambil mengedarkan pandangan mencari sosok yang sudah cukup lama tak dia jumpai, diliriknya jam tangan di tangan kirinya. Jam 1 dini hari.
Kepulan asap rokok membumbung, diiringi canda tawa dan sendau gurau muda mudi belia yang riang ceria. "aku pernah seperti itu, dulu..." bisik hatinya membuat bibirnya tersenyum kecut.
Duduk membelakangi keramaian kerumunan manusia dan hiruk pikuk kendaraan di jalan.
Wanita itu menemukan seseorang yang dicarinya. Masih setia dengan rokoknya, pandangannya menerawang hampa ke depan. Terlihat kurus tak terurus sekalipun dalam keremangan penerangan yang memang seadanya.
Perlahan wanita itu melangkah mendekat, sambil membungkuk permisi melewati mereka yang terduduk santai di tikar plastik sederhana.
"hai..."
Dia memberanikan diri menyapa setelah jaraknya cukup dekat.
Seorang pria tampan mendongak kearahnya,
menatapnya sumringah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Pria tadi menepuk tempat disebelahnya sambil bergeser.
"duduklah..."
Dengan sedikit ragu wanita tadi duduk di sampingnya, tentunya dengan sedikit jarak untuk mengantisipasi terdengarnya detak jantung yang sudah tak karuan iramanya.
"apa kabar Ayumi??"
suara merdu yang begitu hangat menyentuh gendang telinganya yang mulai kedinginan.
"Alhamdulillah, baik mas...."
Pria itu menatapnya kecewa. Hatinya tersenyum kecut, tapi ya begitulah mungkin sudah seharusnya Ayumi memanggilnya sekarang.
"Aku menerindukanmu Ay....."
Sekali lagi pria itu bersuara. Parau, bergetar dan tertahan menyiratkan betapa berat beban kata-kata yang diucapkannya.
Pria itu menatapnya penuh harap, mengerakkan tangannya ingin memeluk wanita itu, Ayumi....ya, namanya Ayumi.
"maafkan aku mas..."
hanya tiga kata itu yang keluar dari bibir Ayumi untuk memukul mundur pria itu dan mengurungkan niat untuk memeluknya.
Tangan pria itu terkulai lemas tak bertenaga. Digeseknya perlahan keduanya kemudian meniupnya. Menghangatkannya dari suasana malam yang semakin dingin.
"Tuhan...mungkin dia hanya rindu atau sekedar refleks karena lama tak bertemu, maafkan aku kak..."
Ayumi merasa tak enak hati melihat raut wajah kecewa pria tadi.
Mereka saling diam, bingung menyusun kata apa yang harus diucapkan walau dalam hati dan pikiran mereka banyak sekali tanda tanya yang memerlukan jawaban.
Pria itu menatapnya sayu, mengunci pergerakan Ayumi, tak bisa berkutik lagi. Ditatapnya lekat wajah yang begitu dirindukannya, seolah memindai seluruh jawaban dari semua pertanyaan yang sebenarnya sudah tersusun rapi dalam benaknya.
"tak seharusnya aku menemuinya. Kenapa setelah sekian lama dia masih begitu mengikat hati ku, tatapannya selalu berhasil membuat ku tak bisa berkutik lagi..."
Ayumi merutuki kebodohannya sendiri dalam hati.
Dinginnya malam seolah membekukan tubuh Ayumi. Dia diam tak bergeming saat tatapan pria itu bergerak turun teralihkan ke bibirnya. Ayumi tak menyadari, Pria di depannya adalah kutub Utara magnet dan dia adalah kutub selatannya. Sudah hukum alam kedua kutub ini akan saling tarik menarik saat berdekatan.
Perlahan tubuh keduanya bergerak saling mendekatkan diri. Pria itu menggapai pipi tirus Ayumi yang memang tak pernah gembul dari dulu. Masih lembut dan hangat walaupun dalam cuaca dingin sekalipun. Perlahan ujung ibu jarinya membelai bibir tipis yang sepertinya refleks jadi agak terbuka karena efek sentuhannya.
"aku merindukanmu..." jerit hati pria itu tak terdengar.
Pria itu menghela berat nafasnya. Ayumi diam tak bergeming sedikitpun. Matanya terpejam tak sanggup menatap wajah pria di depannya dalam jarak yang begitu dekat.
Tak dapat dipungkiri, dalam hatinya pun dia sangat merindukannya.
Semuanya terjadi begitu cepat, entah siapa yang mulai menarik atau malah menyerahkan diri duluan. Bibir keduanya sudah saling bertaut, membunuh semua rindu yang bersembunyi selama ini tanpa membiarkannya hidup di celah sudut manapun.
Tanpa memberi jeda karena mereka berdua memang sama-sama lihai dalam "bersilat lidah", melupakan dimanakah mereka berada saat ini.
Pria itu semakin memperdalam pagutan bibir mereka, tangan kanannya menekan lembut tengkuk Ayumi, tak membiarkannya mundur sedikitpun. Tangan kirinya sibuk mengamankan tubuh ramping Ayumi dalam pelukannya tak menyisakan jarak satu mili pun diantara keduanya.
Dalam kesadarannya yang mulai berkabut, otak Ayumi masih berusaha memukul mundur kelancangan respon tubuhnya yang malah semakin bergerak maju mengimbangi lawan mainnya. Ternyata kerinduan yang berkecamuk dalam hatinya lebih kuat daripada usaha otaknya untuk tetap sadar.
Keduanya larut dalam nikmatnya rasa sakit dan rindu yang sudah sekian lama terpendam. Mereka seolah hanyut dalam alunan semilir angin malam, terbawa aliran air di bawah sana yang tak banyak berubah dari saat mereka pertama kali duduk di sana 15 tahun yang lalu....
Dunia milik mereka berdua untuk sesaat sebelum ada hentakan yang menarik paksa keduanya menjauh.
Ayumi kebingungan dan sulit bernafas. Dia tak bisa berteriak, tubuhnya tak bisa bergerak. Kesadarannya yang nyaris hanyut dia pertahankan untuk tetap terjaga. Pikirannya panik dan tak bisa berpikir.
Bulir bening turun deras di kedua pipinya melihat apa yang terjadi di depan matanya. Teriakan dan makian. Hujaman pukulan yang bertubi-tubi dia saksikan. Kerumunan manusia yang dibubarkan paksa.
Namanya yang terus dipanggil memaksa ketidakberdayaannya untuk tetap tersadar.
"Tuhan....apa yang terjadi???..."
kesadarannya berangsur-angsur hilang. Matanya kali ini benar-benar terpejam. Semuanya menjadi gelap menyisakan ruang hampa dan kosong yang membuatnya tenggelam dalam kebingungan dan ketakutan.
*****
hai readers, bantu like nya yaa buat novel pertama ku🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Juwita Oben
baru mulai baca,, moga bgus cerita ny
2022-04-03
2
NanLexa
authorrr orang jogja kali ya........???? hehehe
Semangat selalu thorrr.......👌
Salam darii NanLexa
2022-02-11
1
nieta chandra
baca yang ini ah👍
2022-01-23
1