Di Rainbow Caffee,
Matias coba menghabiskan makanannya--sepiring Indomie Goreng Sambal Matah. Kuliner yang satu itu sukses membuatnya terengah-engah. Walau dia anak Medan,tak serta merta membuat Matias doyan pedas. Sejak kecil, Matias tak tahan dengan yang pedas-pedas. Tak heran, yang menurutnya teman-temannya kurang pedas, bagi Matias, Indomie Goreng Sambal Matah itu sudah cukup pedas.
Kezia, lama banget sih, batin Matias sambil melirik jam yang ada di dalam ponsel.
Dengan kilat, Matias mengirimkan pesan ke Kezia. "Ke, kamu di mana, kok lama banget?"
Semenit, dua menit, sejam, dan hampir dua jam, belum ada balasan dari Kezia. Matias mulai panik. Di pikirannya, apa jangan-jangan ketahuan kakak nomor duanya tersebut. Tak biasanya selama ini Kezia jika berjanji bertemu dengan dirinya. Apa sebaiknya Matias menelepon saja?
Ponsel itu masih dipeganginya. Makin erat Matias menggenggam erat ponselnya, sampai-sampai ponsel iti mungkin bakal rusak. Telepon tidak yah, Matias masih menimbang-nimbang. Karena masalahnya dengan Thalia, kepercayaannya ke Kezia menjadi berkurang, yang tak sebesar sebelum ayah Kezia meninggal.
Ya sudahlah, mungkin ada baiknya menelepon saja, daripada gelisah tak menentu. Kezia, maafkan Matias. Bukannya dia tak percaya dengan kamu, rasa kesal Thalia ke Matias--belum lagi rencana ke Singapore, itu benar-benar menurunkan kepercayaan Matias ke Kezia.
Ada nada sambung. Matias menghela napas lega. Dia kira Kezia kenapa-napa sampai nomor Kezia tak bisa Matias hubungi lagi.
"Halo, Ke,"
"Sori ya, Yas. Aku kena macet, nih. Macet parah dekat bundaran Alam Sutera. Ini juga kuusahakan jadi turun dari angkot. Rencananya mau nerusin lagi pake ojek online. Sori ya. Di luar kemauanku juga. Bisa denger kan, aku beneren lagi di jalan raya."
"Iya, aku percaya. Ya udah, kamu hati-hati, yah. Love you."
Namun Matias kembali gelisah. Dibukanyalah folder foto yang ada di ponselnya. Ia melihat foto-foto dirinya yang tengah bersama Kezia. Seluruh foto tersebut ditaruh dalam satu folder bernama 'With My Yayang Kezia". Kadang Matias tertawa, ada kalanya dia termenung, atau sesekali dia tersenyum manis, tapi tak jarang dirinya hampir hanyut dalam air mata. Dia sedih memikirkan nasib hubungannya dengan Kezia. Dengan cara apakah dia harus meminta maaf kepada Thalia dan keluarga Kezia yang lainnya?
Disesapnya Espresso yang sudah mulai mendingin. Pahit, namun tak sepahit segala hal yang sudah dialami oleh Matias. Matias saja sudah merasakan betapa pahitnya yang dihadapi, bagaimana pula dengan Kezia. Walau Kezia itu lebih tua, Matias tahu Kezia itu tidak lebih kuat dari dirinya.
Salah satu foto Kezia dilihatnya seksama dan agak lama. Kezia tengah memeluk boneka beruang berwarna coklat keemasan. Boneka beruang itu pemberian Matias di hari ulang tahun Kezia setelah Matias menyatakan cinta. Kezia tampak cantik--dan amat cantik. Meskipun Kezia selalu cantik untuk kondisi apapun untuk seorang Matias.
"Ke, aku minta maaf yah, udah naruh kamu dalam situasi kayak gini..." lirih Matias yang masih memandangi foto Kezia memeluk boneka beruang tersebut. Lalu, foto itupun Matias coba close up. Mau di-close up juga, wajah Kezia tetap manis. Matias perlahan tersenyum. Bagi Matias, Kezia itu sumber kekuatannya.
Matias kembali menghabiskan mi goreng dengan sambal matah tersebut. Kali ini ia harus habiskan. Dia sudah berjanji dengan temannya, Hendy, jika dirinya bisa menghabiskan sepiring Indomie Goreng Sambal Matah.
Ah, mungkin kalo sambil melihat foto Kezia, tak terasa pedasnya, begitu pikir Matias cengar-cengir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments