"Zia," kata Thalia untuk membuka obrolan kala sarapan pagi bersama. "Kamu mau ikut Kakak gak ke Singapore? Kita jalan-jalan di sana, Zia. Sekalian Kakak mau minta rekomendasi kamu, cocoknya beli baju apa."
Kezia menghentikan kegiatan makannya, walau mulutnya masih penuh karena makanan. "Mmm..."
"Jangan mmm dong. Gimana? Mau, yah, Zia?"
"Lama gak? Kita berapa lama di sana?"
"Emangnya kenapa, Zia? Kamu lagi banyak kesibukan? Gak kan? Orang Kakak suka lihat kamu ketemuan mulu sama seseorang, ehem,..."
Kezia mengembuskan napas panjang. Dia tahu ke mana arah pembicaraannya. Satu nama dan enam huruf. Siapa lagi kalau bukan Matias. Tapi Kezia coba tak terpancing. Sebisa mungkin dia harus bisa pura-pura tak tahu.
"Soalnya aku lagi kerja bareng temen. Ada project gitu, Kak. Gak enak juga kalo aku tiba-tiba pergi gitu aja. Kasihan dia juga kerja sendirian."
"Temen yang mana, Zia? Kakak juga pernah ngurus project. Dan, setahu Kakak, yang kerja gak cuma dua orang. Ada lebih malah. Jadi, kalo kamu minta ijin, Kakak rasa, yah gak masalah. Pasti ada yang bisa gantikan tugasmu, kan."
Wah, enak sekali bicaranya, Kak Thalia ini, Kezia sebal dalam hati.
"Gak gitu juga kali, Kak."
"Ngelawan lagi," Thalia berdecak-decak. "Dulu, kamu itu--seingat Kakak--gak pernah ngelawan Kakak. Sekarang hobinya ngebantah Kakak mulu. Dasar ntu cowok, benar-benar deh, udah kasih pengaruh buruk ke kamu yah, Zia."
Kamu salah, Thalia. Sebelum kedua orangtua kalian meninggal, kalian sudah sering bertengkar karena persoalan fashion dan hal-hal lainnya.
"Loh, kok jadi bawa-bawa Matias? Dia salah apa? Aku yang gak bisa, dan dia juga belum tentu kenal semua teman-teman aku juga kan?"
Thalia mendengus sebal. "Pokoknya, Kakak gak mau tahu, Kamu harus temenin Kakak ke Singapore. Paspormu belum mati kan?"
Ada alasannya kenapa Thalia ngotot mengajak Kezia. Nanti, setibanya di Singapore, Kezia akan diperkenalkan ke seorang laki-laki. Ada temannya Thalia yang memiliki adik yang masih jomblo. Usia laki-laki itu hampir sama seperti Kezia. Hanya berjarak beberapa bulan saja--dan lebih tua pula dari Kezia. Tak seperti dengan Matias yang empat tahun lebih muda daripada Kezia. Tak hanya itu, laki-laki yang hendak diperkenalkan ke Kezia itu juga berprofesi sebagai seorang programmer di sebuah perusahaan advertising dengan gaji yang sangat wah.
💜💜💜💜💜
Obrolan lewat telepon saat Kezia tak sedang bersama Thalia.
👦 Jadi, kamu diajakin Kak Thalia ke Singapore?
👧 Iya, Yas. Rencananya gitu, sih.
👦 Berapa lama di sana?
👧 Kenapa nanya gitu? Kamu bakal kangen sama aku, yah?
👦 Haha... yah begitulah. Jadi, berapa lama, Ke?
👧 Mmm... gatau juga sih. Kayaknya sih, mau shopping gitu. Mungkin cuma seminggu.
👦 Semoga ga lebih dari seminggu, yah. Aku takut kehilangan kamu, Ke.
👧 Haha... kamu kenapa sih? Kok jadi mellow gini? Cuma seminggu, Yas, seminggu. Dan, cuma ke Singapore, bukan ke kutub utara. Singapore itu dekat ke Jakarta.
👦 Yah, kamu tahu sendiri Kak Thalia masih marah sama aku. Aku takut--
👧 --takut apa sih? Aku gak bakal naksir cowok lain juga di sana, Yas. Hatiku cuma buat kamu.
Itulah yang ditakutkan Matias dengan rencana keberangkatan Kezia ke Singapore. Dengan Thalia yang masih marah dengan Matias, Matias takut Kezia akan diperkenalkan kakaknya ke laki-laki lain. Perjodohan itulah yang sudah ditakut-takuti Matias bakal terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments