Di Rainbow Caffee,
"Gimana kabar kamu?" tanya Matias yang langsung duduk di seberang Kezia yang tengah menghirup milkshake-nya.
Kezia hanya tersenyum. Lebih tersenyum dan merona lagi saat Matias menyentuh matanya pelan-pelan. Hangat sekali tangan pacarnya tersebut. Sudah lama Matias tak memberikan sentuhan hangat sejak kematian ayahnya.
"Kamu sering nangis ya?" tanya Matias yang mulai cemas.
"Tapi aku gapapa." Kezia masih memaksakan diri tersenyum.
Begitu pelayan kafe datang, Matias langsung memesan segelas Vietnam Drip. Itu memang minuman favorit Matias.
Matias nyengir. "Aku gak nyangka, kamu ampe segininya. Aku jadi gak tega harus ninggalin kamu. Kalo kamu masih kuat, aku akan terus perjuangin kamu."
"Awas aja ampe ninggalin aku." ujar Kezia tertawa, lalu terbatuk-batuk.
"Hati-hati minumnya, Ke," Matias segera mengelus-elus pundak Kezia.
"Yas, malu aku. Udah, ah." protes Kezia, yang tak suka diperlakukan layaknya anak kecil.
Matias hanya tersenyum. Kezia balas tersenyum. Keduanya bersitatap lumayan lama. Suasananya makin terasa panas saat Rainbow Caffee memutar lagu "Nothing's Gonna Change My Love for You".
"...if I had to live my life without you near me The days would all be empty..." Matias menyanyikan lirik pertamanya.
"...the nights would seem so long with you I see forever, oh, so clearly..." sambung Kezia.
Berikutnya, sambil tetap bernyanyi, Matias merengkuh tangan Kezia. Kedua bernyanyi bersama-sama lagu yang dipopulerkan oleh George Benson. Spontan keduanya menjadi bahan tontonan pengunjung-pengunjung Rainbow Caffee.
Pesanan datang. Pelayan itu nyengir berkata, Mas, Mbak, keduanya penyanyi yah? Boleh minta foto bareng gak? Tanda tangan juga yah?"
Matias tertawa. "Sori, Mas, keceplosan. Kami berdua orang biasa, kok. Cuma emang pacar saya sempet ikut pemotretan majalah."
"Bohong, Mas." tangkis Kezia malu-malu, nyengir juga. "Apaan sih, Yas? Jangan gitu, ah."
"Oh, saya kira penyanyi. Suara Mas dan Mbak sekalian bagus tenan soalnya. Tapi ada kepikiran gak ikut kontes nyanyi?"
"Gimana, Ke?" ledek Matias nyengir. "Pacar saya malu-malu kucing, Mas. Kalo lagi malu, semanis Hello Kitty."
"Matias!!!" Kezia jadi meradang.
Di tengah-tengah itu, ponsel Kezia berdering. Mampuslah Kezia. Sebab itu dari Kak Thalia. Kezia memberikan kode ke Matias agar hati-hati.
"Halo, Zia, kamu lagi di mana? Bisa segera pulang gak?"
"Eee... lagi ada urusan, Kak. Mungkin pulangnya agak sorean."
"Urusan sama Matias, yah?"
Kezia tergeragap, namun diusahakan tetap tenang. "Ng-ng-ng-nggak, kok, Kak. Sama temen aku. Temen kuliah."
"Gak bohong kan? Eh, itu kamu lagi di kafe yah?"
"I-iya, Kak."
"Kok gugup gitu jawabnya? Sama Matias kan?"
Hening. Kezia mati kutu. Matias ikutan pucat. Wajar laki-laki itu ikutan tegang. Ini menyangkut hubungan cintanya dengan Matias. Matias takut Kezia akan diungsikan sejauh-jauhnya dari dirinya. Matias sungguh tak mau kehilangan kakak kelasnya tersebut.
Saking cinta dan tak mau kehilangannya, Matias merupakan pihak pertama yang lewat chat menyodorkan ide backstreet tersebut--yang lalu Kezia setujui. Ini merupakan backstreet kedua mereka berdua. Sebelumnya, mereka backstreet saat mereka masih SMA, yang penyebabnya karena Matias takut kedua orangtuanya. Backstreet kali ini terjadi karena halangan dari keluarga Kezia. Apesnya, di hari pertama backstreet kedua ini, Kezia dan Matias sepertinya terciduk. Jelas keduanya sangat kalut.
"Sama Matias, kan? Jangan bohongin Kakak, kamu itu. Kakak gak suka punya adik pembohong. Dan, mending pulang kamu. Kakak butuh bantuan kamu buat jagain Helena."
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments