Kafe yang Matias datangi itu lumayan nyaman. Tampilannya bagus. Sangat artistik. Terlebih lagi, Matias sangat menyukai keberadaan kata-kata mutiara di beberapa pigura yang dipajang di dinding kafe.
"Misi, Mas," sapa salah seorang pelayan kafe dengan kaus berwarna merah menyala. "Mau pesen apa?"
"Oh iya, hampir lupa," Matias melepaskan headset-nya. Dia terlalu terbuai dengan keindahan tampilan interior Rainbow Caffee (bukan salah ketik, tapi ini emang nama kafenya 😆). "Sementara ini saya pesen Vietnam Drip dulu aja. Saya lupa juga dia sukanya apa. Takut salah, nggak enak kan?"
"Mau dingin atau yang panas, Mas?"
"Cobain deh, yang dingin."
"Siap, Mas. Tunggu bentar yah." Si pelayan kafe itu langsung melengos dengan sopannya, meninggalkan Matias sendirian saja.
Matias kembali mengenakan headset-nya. Ia lalu memasang beberapa lagu. Seperti beberapa cerita awal, tentunya lagu yang didengar Matias itu bergenre J-Pop. Mau berusia berapapun, J-Pop never dies, kata Matias.
Matias memasang lagu "Dearest" dari Ayumi Hamasaki. Suara merdu dari perempuan penyanyi Jepang yang suka mengecat rambut . Iramanya sangat enak sekali didengarkan kala suasana hati kita tengah membutuhkan lagu-lagu syahdu.
*Hokuntou ni taisetsuna mono igai
Subete sutete shimaetara
Ii no ni ne
Genjitsu wa tada zankoku de
Sonna toki itsudatte
Me wo tojireba
Waratteru kimi ga iru
Ah- Itsuka eien no
Nemuri ni tsuku hi made
Douka sono egao ga
Taemanaku aru you ni
Hito wa minna kanashii kana
Wasure yuku Iki mono dakedo
Ai subeki mono no tame
Ai wo kureru mono no tame
Dekiru koto
Ah- Deatta ano koro wa
Subete ga bukiyou de
Toomawari shita yo ne
Kitsuzuke atta yo ne
Ah- Itsuka eien no
Nemuri ni tsuku hi made
Douka sono egao ga
Taemanaku aru you ni
Ah- Deatta ano koro wa
Subete ga bukiyou de
Toomawari shita kedo
Tadori tsuitanda ne*
"Sori, lama nunggunya," ujar Kezia yang berkali-kali meminta maaf sembari menundukan kepala.
Matias cengar-cengir tak jelas.
"Apa sih? Ada yang lucu sama wajahku yah?" tanya Kezia yang langsung mengambil kaca kecil di dalam tas tangannya.
Matias terkekeh. "Gak ada yang lucu, kok. Kamu tetap yang tercantik untuk aku, Sayang."
"Gombal!" Kezia pura-pura tak suka. "Terus, kenapa ketawa kamu? Hah?"
"Hehe, aku cuma ngetawain cara kamu minta maaf barusan. Kayak ojigi-nya orang Jepang aja."
Kezia mengerutkan dahi. "Ojigi apaan sih?"
Seketika itu Matias langsung mempraktekan cara orang Jepang minta maaf. "Kayak gitu, tuh. Itu namanya ojigi, yang caranya orang Jepang minta maaf."
"Oh,..." Kezia tertawa. "Ya sori kalo aku gak tau. Aku kan bukan weaboo kayak kamu, Yas."
Matias berdecak. "Jangan bilang weaboo, dong. Aku kurang suka. Aku cuma kebetulan aja tahu banyak soal Jepang-Jepangan. Cuma itu kok."
"Sama aja sih, haha." Kezia tertawa makin lebar. Matias menekuk bibirnya.
"Jahat kamu, tuh." ucap Matias manyun sok imut. "Eh, iya, kamu pesen dulu, gih. Tadi aku udah pesen Vietnam Drip."
"Ih, kamu pesen kopi mulu. Semingguan lalu kita ketemuan, yang kamu pesen kopi juga." ucap Kezia terkekeh, dan langsung saja ia memanggil pelayannya.
❤❤❤❤❤
Sebelum menutup mata dan jatuh ke pulau kapuk, Kezia membiarkan kepalanya memutar kejadian saat itu. Itu salah satu momen dari momen-momen awal hubungan dirinya dan Matias. Indah sekali masa-masa tersebut. Tak seperti sekarang-sekarang ini. Lebih banyak pahitnya daripada manisnya. Sampai kapan pula Kak Thalia mau terus menerus memusuhi Matias? Daddy sudah lama meninggal juga. Lagipula Daddy di sana juga pasti sudah memaafkan Matias.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments