Ramai sekali Grand Serpong Kitchen malam minggu ini. Sebab, gedung pertemuan itu tengah disewa oleh sekelompok orang yang merupakan alumni dari sebuah SMA swasta yang cukup terkenal di Tangerang.
"Eh, Ta," kata Lizbeth yang menyalami Thalia. "Gimana kabar lu? Gue denger, lu baru aja nikah yah. Sori ya, gue gak bisa dateng waktu itu. Gue juga baru denger soal pernikahan lu dari temen-temen kita."
"Iya, gapapa, kok." balas Thalia. "Lu sendiri gimana? Sibuk apa sekarang? Masih di kantor yang lama?"
Lizbeth mengangguk. "Masih, Ta. Udah nyaman banget gue sama suasana kerjanya. Gaji lumayan, temen-temennya udah kayak keluarga sendiri."
Thalia tertawa. "Dasar lu yah. Masih aja matre gitu."
"Bukan matre, Ta, tapi realistis." Lizbeth ikut tertawa. "Eh, temenin gue ke toilet, dong."
Thalia mengiyakan. Wanita beranak satu itu mengikuti temannya itu menuju toilet yang posisinya lumayan jauh.
"Eh, adek lu gimana kabarnya?"
"Baik, dia baik-baik aja, kok. Dia lagi nyelesein kuliahnya."
"Udah ada cowok?"
"Udah sih. Adik kelasnya dia. Kalo gak salah, namanya Matias."
"Matias Immanuel, bukan, namanya?"
"Kok lu tahu?"
"Wah, bahaya tuh buat Kezia. Nama adek lu Kezia kan?"
Thalia mengangguk. "Emangnya kenapa?"
"Gak cocok sama Kezia. Yang ada Kezia bakal menderita. Yang gue denger, Matias tuh bandel gitu anaknya. Lulusan Tarakanita kan keduanya? Seingat gue, lu pernah ceritain ke gue."
"Seriusan lu?" tanya Thalia yang tak percaya. Seingat Thalia, Matias itu laki-laki yang sopan, selain humoris dan doyan bercanda.
Tanpa terasa Thalia dan Lizbeth sudah berada di dalam toilet. Sungguh luar biasa jika kedua perempuan tengah berbincang.
"Ngapain gue bohongin lu?! Lu itu sahabat gue, Ta. Nih, gue ada buktinya juga." Lizbeth cepat sekali mengeluarkan ponsel dari dalam tas tangan yang bermerek Louis Vuitton. Dia langsung menunjukan akun Facebook Matias.
"Lihat, deh," Lizbeth menyorongkan ponselnya ke hadapan Thalia. "Gak cocok, Ta. Nanti Kezia bisa kena pengaruh buruk. Mabok gini anaknya. Berandalan."
"Iya, sih, lu bener juga."
"Suruh Kezia putusin Matias. Rusak ntar masa depan Kezia." Lizbeth menjadi semakin berapi-api. Matanya melotot tanpa Thalia bisa marah karena dipelototi begitu. "Kerjaan si Matias juga gak jelas gitu. Lagian, cewek tuh harusnya cari cowok yang lebih tua. Masa cari yang lebih muda?"
Thalia tertawa. "Nyante, Bu. Kezia kan adek gue, kenapa lu yang rempong gini?"
Lizbeth tertawa pula. "Sori deh sori. Ya kan lu sahabat sejati gue, Ta. Nanti kalo Thalia kenapa-napa, ujung-ujungnya lu dateng juga ke gue. Mending gue ceritain dari sekarang. Jaga-jaga aja, Ta. Persis kayak peribahasa, mencegah lebih baik daripada mengobati."
❤❤❤❤❤
Sudah jam satu pagi. Acara reuni akbar SMA Ursula barusan lumayan lama juga. Tak sia-sia panitia pelaksana mempersiapkan reuni akbar tersebut. Sangat meriah. Ponsel Thalia jadi penuh dengan foto akibatnya.
Sebelum tidur, Thalia memutuskan menelepon Lucy dulu yang tinggal di kota yang berbeda dengan Thalia dan Kezia. Thalia ingin meminta pendapat Lucy selaku anak sulung. Ini juga waktu yang tepat untuk menelepon Lucy. Mumpung sudah larut malam. Kezia dan Daddy sudah tidur nyenyak pastinya. Seberisik apapun suara Thalia, kemungkinan besar tak akan terdengar.
"Lu seriusan, Ta?" tanya Lucy di ujung telepon sana.
"Beneren, Kak. Gue juga kaget. Apa gak sebaiknya kita minta Kezia mutusin Matias sebelum hal-hal buruk menimpa dia?"
"Tapi, itu kan baru gosip hitungannya. Apa sebaiknya nggak usah terlalu diperhatiin? Yang gue lihat, Kezia cocok kok sama Matias. Matias udah sukses ngembaliin senyuman Kezia."
"Gitu, yah, Kak? Jadi, nurut lu, gitu?"
"Tapi, gue juga gak bisa ngehalangin lu buat cari tahu lebih lanjut. Toh, kelak Matias bakal jadi bagian dari kita juga."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Susan Sinuraya
Ceritanya kerennn langsung like aku...
semangat dan sukses berkarya ya thor
bila berkenan mampir di novelku yaaa...
DARI DANAU CINTAKU
mari kita saling mendukung.....
2020-06-18
1