"Zia," ucap Kak Thalia yang ekspresi berubah menjadi tegang. Kezia tahu ke arah mana pembicaraannya. Dan, pastinya Kezia bingung menjawabnya seperti apa.
"Iya, Kak." Kezia mulai menyendok nasi goreng buatan Kak Thalia, yang hampir menyamai buatan Mommy.
"Please, Zia, Kakak pengin kamu jangan lagi berhubungan sama Matias. Menurut Kakak, kayaknya Matias juga bukan cowok yang tepat buat kamu."
"Hmmm..." Kezia hanya berdeham, karena memang mulutnya penuh dengan nasi goreng.
"Jangan hmmm gitu. Kakak ngomong, didengerin. Kakak lebih tua daripada kamu. Kakak tahu mana yang terbaik buat kamu."
"Tapi Matias kan udah baik banget sama kita. Malah udah akrab banget sama Daddy."
"Itu kan cuma kelihatan dari luarnya aja."
"Kakak tahu dari mana?"
Hening.
"Lanjutin sarapan pagi kamu. Kakak nyuci piring dulu. Oh iya, rencananya suami Kakak baru ke sini minggu depan. Kamar Papa nanti Kakak dan suami Kakak yang pake." kata Thalia, yang langsung melengos begitu saja ke arah dapur.
Kezia terus makan nasi gorengnya. Sesekali Kezia menangis. Berat hati Kezia untuk memutuskan hubungan. Kezia sudah kadung mencintai Matias. Oh, di tengah kesedihannya tersebut, Kezia terpikirkan ide. Matias pasti akan semakin kesulitan untuk datang ke rumahnya. Kezia saja yang menghampiri Matias. Matias tak perlu menampakan batang hidungnya di depan rumah Kezia yang megah. Mereka nanti berjumpa di tempat lain saja. Begitu saja nanti ke depannya.
Nanti, seiring berjalannya waktu, Kezia akan mengusahakan yang terbaik agar Matias diterima lagi di keluarganya. Bahkan Kezia sudah terpikirkan untuk melibatkan Grandpa dan Grandma. Kedua kakek dan neneknya itu hanya tahu Daddy meninggal, namun tak mengetahui dengan pastinya detail masalahnya. Lagipula, jika diperkenalkan dulu Matias ke kakek dan nenek Kezia, Kezia yakin sekali.
Kezia jadi nyengir dengan segala rencananya. Sekarang ini dia ikuti saja mau Kak Thalia dulu. Kezia berharap Kak Thalia bisa melihat sendiri betapa dia dan Matias itu saling melengkapi. Dirinya seperti tulang rusuk Matias yang hilang.
❤❤❤❤❤
"Yas," ujar Hendy, teman main game paling setia Matias. "Apa gak sebaiknya lu mutusin Kezia aja? Berat, Bro, kalo udah kayak gini. Pacaran kan ujung-ujungnya nikah. Kalo udah berat di masa pacaran, gimana mau diakhiri dengan kata nikah?"
"Uhuk, uhuk,....." Matias terbatuk-batuk. "****, asepnya jangan diarahin ke gue, Nyet."
"Sori, sori," ujar Hendy yang langsung mematikan rokoknya. "Jadi, gimana? Gue saranin ini karena lu itu sahabat gue."
"Eee... gimana yah?" Matias menggigit bibir bawahnya.
Hendy tertawa, dan langsung merangkul pundak Matias. "Set dah, yang segitu cinta matinya sama Kezia. Udah gak bisa pindah ke lain hati, yah, Mas Bro?!"
Matias terkekeh.
"Mending main gimana? Mabar Mobile Legends, Bro. Kali ini gue pake MM." ajak Hendy, yang sigap mengeluarkan ponselnya. Aplikasi game moba itu dinyalakannya.
Matias tak menjawab. Dia hanya meminum kembali Espresso-nya, dan mengambil juga ponselnya. Main game saja dulu, nanti pasti ada jalan keluarnya. Jujur saja, sama seperti Kezia, Matias juga tak ingin putus.
"Bro," kata Matias yang sibuk menyalakan aplikasi game-nya. "Menurut lu, backstreet itu gimana?"
"Hah?" Mata Hendy sekonyong-konyong terbelalak. "Maksud lu, lu sama Kezia mau backstreet?"
"Iya, gitu, Bro. Jadi, di hadapan keluarga Kezia, khususnya kakaknya yang bernama Thalia itu, gue kelihatan jadi teman Kezia. Nanti, bisalah gue atur agar gue sama Kezia gak kelihatan pacaran. Mungkin gue sama Kezia bisa kelihatan kayak rekan bisnis."
Hendy tertawa lebar. Beberapa pengunjung jadi memperhatikan mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments